Minyak

Indonesia Fokus Kemandirian Energi Lewat Pengurangan Impor Minyak Mentah

Indonesia Fokus Kemandirian Energi Lewat Pengurangan Impor Minyak Mentah
Indonesia Fokus Kemandirian Energi Lewat Pengurangan Impor Minyak Mentah

JAKARTA - Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan untuk mencapai swasembada energi, terutama di sektor minyak dan gas bumi. 

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Noor Arifin Muhammad, menyampaikan bahwa rata-rata kebutuhan pasokan minyak mentah untuk pengolahan di kilang BBM pada tahun ini mencapai 940.000 barel per hari (bph), meningkat dibandingkan 2024 yang tercatat sebesar 890.000 bph.

Dari kebutuhan tersebut, 30,39% masih harus dipenuhi melalui impor. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 34,78%, menunjukkan langkah awal pemerintah dalam menekan ketergantungan impor. 

Meski demikian, angka ini menegaskan bahwa Indonesia masih perlu memperkuat produksi minyak domestik untuk mendukung kilang nasional.

Kebutuhan BBM dan Tren Impor

Selain minyak mentah, kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) juga menunjukkan tren meningkat. Hingga September 2025, kebutuhan BBM tercatat 232.417 kilo liter per hari, naik tipis dari 2024 yang sebesar 226.510 kilo liter per hari. 

Namun, porsi impor BBM meningkat menjadi 49,53% dari total kebutuhan, dibandingkan 38,79% pada 2024.

Secara rinci, impor minyak bensin turun dari 60,26% pada 2024 menjadi 49,64% pada 2025. Kebutuhan Pertalite (JBKP) menurun dari 81.093 kl per hari menjadi 76.923 kl per hari, sementara BBM non subsidi (JBU) meningkat dari 19.016 kl per hari menjadi 28.509 kl per hari. 

Untuk minyak Solar, porsi impor turun dari 20,48% menjadi 15,80%, sedangkan BBM Solar bersubsidi turun dari 48.142 kl per hari menjadi 31.868 kl per hari.

Kebutuhan avtur juga mengalami penurunan impor, dari 38,98% pada 2024 menjadi 33,19% pada 2025. Tren ini menunjukkan upaya pemerintah menyeimbangkan pasokan domestik dengan kebutuhan impor untuk menjaga stabilitas energi nasional.

Kapasitas Kilang Dalam Negeri

Indonesia memiliki sembilan kilang pengolahan minyak dengan total kapasitas mencapai 1,18 juta bph. Kilang terbesar berada di RU IV Cilacap dengan kapasitas 348.000 bph, diikuti RU V Balikpapan 260.000 bph, yang akan segera meningkat menjadi 360.000 bph, serta RU II Dumai 170.000 bph.

Kilang lainnya termasuk RU III Plaju 126.200 bph, RU VI Balongan 150.000 bph, Kilang Pusdiklat Migas 3.800 bph, TPPI 100.000 bph, TWU 18.000 bph, dan RU VII Kasim 10.000 bph. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan nasional untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dalam negeri sekaligus menekan ketergantungan impor.

Penguatan kapasitas kilang domestik menjadi kunci agar kebutuhan minyak dan BBM dapat lebih banyak dipenuhi secara lokal, mendukung kedaulatan energi, serta mengurangi tekanan terhadap devisa negara akibat impor BBM dan minyak mentah.

Strategi Pemerintah untuk Swasembada Energi

Pemerintah terus mendorong strategi percepatan produksi minyak domestik melalui optimalisasi kilang dan peningkatan kapasitas pengolahan. Upaya ini juga mencakup penguatan cadangan dan distribusi BBM, serta pemantauan pasokan untuk menghindari defisit.

Selain itu, pemerintah mengupayakan diversifikasi sumber energi agar tidak hanya bergantung pada minyak mentah, termasuk pengembangan energi terbarukan sebagai bagian dari target swasembada energi. 

Penguatan sektor hulu migas dan peningkatan efisiensi kilang menjadi fokus utama, seiring dengan kebijakan pengurangan impor dan peningkatan kemandirian energi nasional.

Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menurunkan ketergantungan terhadap impor minyak mentah dan BBM, meningkatkan stabilitas pasokan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 

Peran kilang dalam negeri sangat strategis untuk memastikan energi tetap tersedia bagi masyarakat dan industri, sekaligus menekan risiko volatilitas harga akibat fluktuasi pasar internasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index