JAKARTA - Menjelang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan fluktuatif namun tetap dalam tren positif.
Kinerja pasar modal nasional dinilai mencerminkan keyakinan pelaku pasar terhadap arah kebijakan pemerintah, terutama dalam menjaga stabilitas dan daya tarik investasi domestik.
Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, menilai bahwa sejauh ini kebijakan ekonomi pemerintah memberikan sentimen positif bagi pasar. “Kebijakan-kebijakan seperti pemotongan anggaran, stimulus ekonomi semester II, hingga pernyataan pemerintah bahwa pasar modal menjadi fokus stabilitas menunjukkan pandangan positif terhadap industri permodalan,” ujarnya.
Meskipun respons pasar belum sepenuhnya maksimal, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang pro-investasi dinilai telah memberikan arah yang jelas bagi pergerakan IHSG.
Miftahul juga menekankan bahwa beberapa faktor eksternal masih menjadi perhatian utama para investor besar, seperti meningkatnya tensi geopolitik global, perang dagang, serta kebijakan suku bunga Bank Indonesia dan The Fed.
Meski begitu, ia menyebutkan bahwa sinyal pemulihan semakin kuat terlihat dari kenaikan IHSG sebesar 13,9 persen secara year to date dan capaian rekor all time high baru.
Kebijakan dan Sektor Penopang Pertumbuhan IHSG
Menurut Miftahul, pemerintah berpeluang memperkuat kepercayaan pasar dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih berimbang di sektor permodalan.
Ia menyebut percepatan proyek infrastruktur serta pemberian stimulus untuk sektor-sektor penyerap modal seperti energi, properti, dan industri dasar sebagai katalis utama yang dapat menjaga momentum positif.
Langkah pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi juga dinilai penting agar investor, baik domestik maupun asing, merasa lebih percaya diri menanamkan modal di Indonesia.
Dukungan terhadap sektor-sektor strategis dan kebijakan yang memudahkan investasi menjadi bagian penting dalam menjaga konsistensi pertumbuhan pasar modal.
Sebelumnya, IHSG sempat mengalami tekanan cukup tajam pada April 2025 dan menyentuh level 5.882. Kondisi ini terjadi setelah kebijakan tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, serta pelemahan nilai tukar rupiah yang menambah tekanan.
Namun, pasar berhasil pulih perlahan hingga kembali mencetak rekor baru di atas level 8.200, menandakan ketahanan pasar yang cukup kuat menghadapi tekanan global.
IHSG Catat Rekor dan Masuk Tiga Terkuat di Asia Tenggara
Pada perdagangan terakhir, IHSG sempat menembus level tertinggi sepanjang sejarah di 8.288,27 sebelum ditutup melemah tipis ke 8.227,20. Secara tahunan, indeks ini telah mencatatkan penguatan sebesar 13,94 persen dan tumbuh 4,46 persen dalam setahun terakhir.
Dengan performa tersebut, IHSG tercatat sebagai indeks saham terkuat ketiga di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai tren penguatan IHSG masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan bahwa fundamental ekonomi nasional yang kuat menjadi faktor utama pendorong kepercayaan pasar.
Kapitalisasi pasar bahkan telah mencapai Rp15.453 triliun pada awal Oktober 2025, mencetak rekor tertinggi baru sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
“OJK menyambut baik optimisme penguatan IHSG yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang kuat,” ujarnya. Namun, ia mengingatkan bahwa keputusan investasi tetap perlu disertai dengan kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik mengingat pengaruh sentimen global terhadap pergerakan indeks masih cukup besar.
Kinerja Emiten dan Prospek Akhir Tahun
Sejalan dengan meningkatnya optimisme pasar, sejumlah saham unggulan mencatatkan kenaikan fantastis sepanjang tahun. Saham-saham dari emiten besar seperti DCII, DSSA, BRPT, hingga CUAN menjadi penopang utama penguatan IHSG.
Berdasarkan data perdagangan, saham DCII tercatat naik 557,78 persen, disusul DSSA dengan kenaikan 187,57 persen, dan BRPT yang menguat hingga 328,26 persen.
Selain itu, saham-saham sektor energi, infrastruktur, dan telekomunikasi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilitas indeks.
Saham TLKM, ANTM, dan ASII masing-masing mencatat kenaikan di atas dua digit sepanjang tahun berjalan, menegaskan bahwa pemulihan pasar tidak hanya ditopang oleh sektor tertentu tetapi juga mencakup berbagai industri strategis.
Melihat capaian ini, analis memproyeksikan bahwa IHSG masih memiliki potensi untuk memperkuat posisinya hingga akhir tahun 2025.
Dengan kebijakan fiskal yang adaptif, stabilitas ekonomi yang terjaga, dan peningkatan kepercayaan investor, pasar modal Indonesia diperkirakan akan tetap menjadi destinasi menarik di kawasan Asia Tenggara.
Kinerja positif IHSG di bawah pemerintahan Prabowo–Gibran menjadi bukti bahwa stabilitas kebijakan dan arah ekonomi yang konsisten mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Optimisme pasar diperkirakan akan terus bertahan, selama pemerintah dapat menjaga momentum pertumbuhan dan memperkuat kepercayaan investor terhadap ekonomi nasional.