Fixed Cost Adalah: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Fixed Cost Adalah: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
fixed cost adalah

Jakarta - Pada setiap entitas bisnis dan usaha, terdapat dua komponen biaya yang fundamental: biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

Fixed cost adalah biaya pengeluaran yang memiliki nilai yang relatif konstan dan tidak bergantung pada tingkat produksi atau penjualan dalam jangka pendek. 

Sebaliknya, variable cost merupakan biaya yang nilainya berubah-ubah seiring dengan fluktuasi kebutuhan pasar atau volume output.

Biaya tetap dapat diartikan sebagai pengeluaran yang wajib dikeluarkan oleh perusahaan dengan jumlah yang stabil. 

Ini berarti, bahkan jika terjadi kenaikan atau penurunan pada jumlah barang atau jasa yang diproduksi, biaya tetap tidak akan mengalami perubahan.

Meskipun sifatnya tetap, terdapat kemungkinan bahwa nilai fixed cost adalah biaya yang bisa saja mengalami penyesuaian, namun perubahan ini biasanya memerlukan periode waktu yang signifikan, seringkali tahunan, misalnya karena adanya kenaikan sewa atau pembelian peralatan baru. 

Untuk memahami secara mendalam seluk beluk mengenai biaya tetap—mulai dari jenis, cara perhitungan, hingga contoh-contohnya—mari kita simak penjelasan lebih lanjut.

Fixed Cost Adalah

Dalam pengelolaan keuangan bisnis, fixed cost adalah biaya pengeluaran yang nilainya bersifat konstan dan tidak mengalami perubahan, terlepas dari adanya peningkatan atau penurunan volume produksi barang maupun jasa.

Sederhananya, biaya ini merupakan kewajiban finansial yang harus dibayarkan oleh perusahaan, independen dari level aktivitas operasional tertentu. 

Menurut definisi yang sering digunakan dalam regulasi keuangan, biaya tetap adalah beban perusahaan yang besarannya tidak akan terpengaruh oleh kegiatan internal perusahaan, baik itu yang berkaitan dengan aktivitas penjualan maupun proses produksi.

Biaya tetap umumnya merupakan pengeluaran rutin yang telah ditetapkan berdasarkan perjanjian kontrak atau kesepakatan jangka panjang lainnya. 

Sifatnya yang konstan berarti biaya ini akan stabil dalam periode waktu yang telah ditentukan, yang tergantung pada durasi penjadwalan biaya atau masa berlaku perjanjian terkait.

Dalam penerapannya, contoh nyata dari biaya tetap meliputi gaji karyawan, biaya sewa properti, pajak properti, dan berbagai tunjangan untuk manajemen serta staf non-penjualan.

Secara ringkas, biaya tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang tidak mengalami perubahan saat terjadi fluktuasi pada volume produksi atau penjualan. 

Hal ini terjadi karena biaya tetap tidak memiliki keterkaitan langsung dengan operasional harian dalam penyediaan layanan jasa atau pembuatan produk.

Karakteristik Fixed Cost

Pengeluaran yang dikategorikan sebagai biaya tetap memiliki beberapa karakteristik mendasar yang penting dipahami dalam manajemen keuangan bisnis:

Independen terhadap Volume

Ciri utama yang pertama adalah tidak adanya ketergantungan pada volume kegiatan. Pada dasarnya, besaran biaya jenis ini akan tetap sama dan stabil selama masih berada dalam batas-batas aktivitas operasional tertentu. 

Artinya, peningkatan atau penurunan jumlah produksi maupun penjualan tidak akan memengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan.

Sifat Periodik

Selanjutnya, ditinjau dari aspek waktu, pengeluaran ini memiliki sifat periodik. 

Pembayaran pengeluaran ini dilakukan secara teratur, bisa dalam basis bulanan, kuartalan, atau bahkan tahunan, sesuai dengan kesepakatan yang ada.

Krusial untuk Strategi Bisnis

Memahami pengeluaran yang stabil ini sangatlah penting untuk analisis finansial. 

Pengetahuan yang mendalam mengenai kategori biaya ini berperan vital dalam menentukan titik impas (break-even point) serta menjadi landasan utama dalam perencanaan profitabilitas jangka panjang perusahaan.

Cara Penentuan Fixed Cost

Penetapan besaran biaya yang stabil ini umumnya dilakukan melalui perjanjian kontrak atau mekanisme penjadwalan periodik lainnya.

Mekanisme Penetapan

Metode ini krusial karena pengeluaran jenis ini berfungsi sebagai biaya dasar yang harus ditanggung oleh pihak-pihak yang terlibat dalam menjalankan aktivitas usaha. Setelah kesepakatan mengenai jumlah ini disetujui, maka besaran pengeluaran tersebut tidak akan berubah selama jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan dalam jadwal atau masa berlaku perjanjian tersebut.

Bahkan untuk perusahaan atau unit bisnis yang baru memulai operasional, di mana terdapat kemungkinan pengeluaran awal yang ditetapkan sebagai biaya stabil, penetapannya tetap memerlukan adanya kesepakatan yang dapat dipantau dan diacu oleh semua pihak.

Ilustrasi Pengeluaran

Beberapa contoh sederhana dari pengeluaran yang bersifat stabil ini meliputi gaji karyawan, pajak properti, pembayaran sewa tempat usahaasuransi, beban depresiasi aset, bunga pinjaman, dan beberapa jenis biaya utilitas lain yang bersifat tetap.

Semua pengeluaran yang dicontohkan ini memiliki karakteristik yang sama, yaitu nilainya tidak akan mengalami perubahan signifikan dalam periode waktu yang panjang, menjadikannya elemen kunci dalam perencanaan anggaran.

Jenis Biaya Fixed Cost

Setelah memahami definisi dan mekanisme penentuan biaya stabil dalam suatu usaha, berikut disajikan jenis-jenis pengeluaran tetap yang umum diterapkan. 

Memahami jenis-jenis ini dengan baik akan mempermudah Anda dalam mengaplikasikan konsep biaya stabil.

Diskresioner (Discretionary)

Pengeluaran tetap diskresioner merupakan beban yang ditetapkan untuk periode waktu tertentu atau terkait aset yang dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan. Meskipun demikian, pengurangan beban jenis ini tidak akan memberikan dampak langsung pada laba usaha.

Pengurangan diskresioner ini sering terjadi ketika sebuah perusahaan menghadapi keterbatasan arus kas dalam jangka pendek. 

Dalam situasi ini, pihak manajemen biasanya mengambil keputusan untuk melakukan pemangkasan biaya untuk waktu singkat, umumnya mulai dari beberapa bulan hingga satu tahun.

Tindakan pembatasan yang dilakukan terlalu lama dapat membawa konsekuensi negatif pada daya saing bisnis. 

Dampak negatif bisa terlihat dari penurunan kualitas produk, hingga efektivitas kinerja sumber daya manusia. 

Oleh karena itu, jika kondisi arus kas sudah membaik, penyesuaian biaya ini harus segera dikembalikan ke level normal.

Beberapa komponen yang termasuk dalam pengeluaran diskresioner meliputi:

  • Aktivitas kampanye promosi atau iklan.
  • Biaya yang terkait dengan hubungan investor.
  • Pengeluaran untuk hubungan masyarakat (public relations).
  • Beban untuk pelatihan dan pengembangan staf.
  • Aktivitas penelitian serta pengembangan produk spesifik.

Wajib (Committed)

Sebaliknya, pengeluaran tetap wajib (committed) merupakan biaya yang harus dan wajib dikeluarkan tanpa bisa dihindari. 

Beberapa beban yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya sewa bangunan atau fasilitas, penyusutan aset, pajak properti, asuransi, dan pengeluaran untuk peralatan yang esensial bagi fasilitas produksi.

Setelah proses pembelian selesai, aset seperti pabrik atau peralatan produksi akan mengalami depresiasi secara alami. 

Jenis pengeluaran stabil ini sering disebut sebagai biaya keharusan bagi perusahaan untuk menjaga keberlanjutan dan kestabilan operasionalnya.

Pengeluaran wajib ini memiliki peran yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan struktur organisasi dan investasi fasilitas jangka panjang perusahaan. Oleh sebab itu, bahkan dalam kondisi ekstrem seperti perusahaan menghadapi kebangkrutan, biaya jenis ini harus tetap dipertahankan dan dibayarkan.

Terpisah (Separable)

Pengeluaran tetap terpisah adalah biaya yang dapat dialokasikan dan dipisahkan dari satu divisi ke divisi lain, atau dari satu cabang ke cabang lainnya dalam sebuah perusahaan. 

Dengan mekanisme ini, setiap departemen atau cabang akan memiliki besaran pengeluaran tetapnya masing-masing, meskipun secara keseluruhan tetap berada dalam kerangka biaya total perusahaan dan saling berkaitan.

Sebagai contoh ilustrasi, anggaplah suatu perusahaan memiliki tiga divisi. Dalam rangkaian proses produksi yang saling berhubungan, setiap divisi akan memiliki porsi pengeluaran stabilnya sendiri. 

Walaupun nilai tersebut merupakan bagian dari total biaya tetap perusahaan, besaran spesifik yang dialokasikan untuk setiap divisi menjadikannya disebut sebagai pengeluaran tetap yang terpisah.

Contoh Fixed Cost

Setelah memahami berbagai jenis, definisi, serta metode penentuan pengeluaran stabil, Anda tentu sudah memiliki gambaran mengenai aplikasinya dalam dunia usaha. Pengeluaran ini dapat berupa kompensasi staf, kewajiban pajak, hingga tanggungan asuransi.

Namun, lingkup pengeluaran yang stabil ini jauh lebih luas dari sekadar tiga contoh di atas. Terdapat beragam pos pengeluaran dalam sebuah perusahaan yang dapat digolongkan sebagai biaya yang stabil. 

Beberapa contoh umum dari pengeluaran stabil yang dikeluarkan oleh perusahaan meliputi:

1. Kompensasi Staf (Gaji Karyawan)

Kompensasi bagi karyawan merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan sebagai imbalan tetap yang telah disepakati dalam perjanjian kerja sebelumnya. 

Karena termasuk dalam kategori pengeluaran stabil, nominal kompensasi ini tidak terpengaruh oleh naik atau turunnya pendapatan perusahaan; nilainya tetap.

Meskipun dapat terjadi situasi tak terduga yang menyebabkan penyesuaian (misalnya pemotongan upah), nominal gaji pokok yang tercantum pada dokumen formal haruslah dipertahankan. 

Dalam konteks ini, perusahaan memiliki tanggung jawab utang kompensasi kepada staf. Begitu pula dengan pemberian apresiasi (bonus), upah pokok wajib dicatat secara konsisten, sementara bonus dicatat terpisah.

2. Biaya Sewa

Biaya sewa juga termasuk dalam beban stabil perusahaan. Meskipun penjualan atau pengeluaran perusahaan berfluktuasi, kewajiban pembayaran sewa tetap harus dipenuhi. Nominalnya pun tetap dan sesuai dengan batasan waktu atau perjanjian yang telah disepakati sejak awal.

Pengeluaran yang termasuk biaya sewa mencakup:

  • Sewa Properti: Biaya sewa ruang atau tempat fisik, seperti kantor, gudang, toko, atau ruko.
  • Sewa Peralatan: Penyewaan beberapa alat yang mungkin memerlukan pembaruan atau variasi tahunan karena perubahan produk, sehingga lebih efisien disewa daripada dibeli.

3. Premi Pertanggungan (Asuransi)

Pertanggungan sangat dibutuhkan untuk melindungi aset perusahaan, terutama yang melibatkan alat-alat produksi. 

Hal ini berfungsi sebagai antisipasi terhadap berbagai risiko usaha yang tidak terduga, seperti musibah atau bencana lainnya. 

Jumlah uang yang dibayarkan kepada pihak penanggung termasuk dalam pengeluaran stabil sebagai imbalan atas polis pertanggungan. 

Dengan demikian, premi wajib dibayarkan sesuai ketentuan, tanpa memandang bagaimana kondisi finansial perusahaan saat itu.

4. Pajak Kepemilikan Properti

Contoh lain dari pengeluaran yang stabil adalah pajak properti, yang sering dikenal sebagai pajak atas bumi dan bangunan (PBB). 

Pajak ini umumnya dibayarkan setahun sekali dan wajib dilunasi kepada pemerintah untuk membantu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Pajak ini termasuk dalam pengeluaran stabil karena nominalnya cenderung sama dalam jangka waktu yang lama, selama tidak ada perubahan pada luas atau jenis properti. Pajak wajib dibayarkan setiap tahun, terlepas dari situasi keuangan perusahaan.

5. Biaya Promosi

Biaya untuk promosi melalui media cetak, brosur, siaran, kampanye, dan berbagai kegiatan pemasaran lainnya juga termasuk dalam pengeluaran stabil. 

Promosi merupakan elemen penting untuk meningkatkan penjualan dan produktivitas usaha.

Namun, perlu dicatat bahwa biaya promosi seringkali diklasifikasikan sebagai pengeluaran tetap diskresioner. 

Artinya, jika perusahaan mengalami kesulitan arus kas, biaya promosi dapat ditiadakan untuk sementara waktu hingga kondisi keuangan kembali membaik.

6. Tagihan Utilitas

Tagihan utilitas adalah beban yang dikeluarkan untuk pemakaian fasilitas dasar seperti air, listrik, koneksi internet, dan sejenisnya. Biaya-biaya ini penting untuk menunjang kegiatan operasional kantor sehari-hari. 

Walaupun jumlahnya bisa bervariasi setiap bulan tergantung pada tingkat pemakaian, tagihan ini tetap dikategorikan sebagai pengeluaran stabil karena keberadaannya mutlak dalam operasional perusahaan.

7. Amortisasi

Amortisasi adalah proses penurunan nilai biaya pada aset yang tidak berwujud, termasuk juga pelunasan kembali suatu pinjaman. 

Misalnya, jika aset tidak berwujud berupa hak paten, perusahaan harus melunasi biayanya selama masa berlaku paten tersebut.

8. Beban Hukum (Legal)

Dalam pendirian atau pengelolaan usaha, perusahaan wajib mengurus berbagai persyaratan legal. 

Biaya dan administrasi yang terkait dengan proses pengurusan legalitas perusahaan inilah yang disebut sebagai beban hukum dan termasuk dalam pengeluaran stabil.

9. Depresiasi (Biaya Penyusutan)

Biaya selanjutnya yang masuk dalam kategori stabil adalah depresiasi atau biaya penyusutan, yang umumnya terjadi pada aset berwujud perusahaan. 

Meskipun termasuk dalam pengeluaran stabil, beberapa pihak juga mengklasifikasikannya sebagai biaya variabel. 

Oleh karena itu, biaya penyusutan atau depresiasi juga dikenal sebagai biaya campuran (mixed cost), yang memiliki elemen tetap dan variabel.

10. Beban Bunga

Bunga pinjaman juga termasuk dalam pengeluaran stabil jika perusahaan melakukan peminjaman dana dari pihak lain, seperti bank. 

Tentu saja, perusahaan wajib membayar beban bunga ini sebagai bagian dari pengembalian pinjaman, terlepas dari kondisi finansialnya, dan bunga umumnya memiliki nominal yang tetap.

Perbedaan antara Fixed Cost dan Variable Cost

Secara umum, dalam sebuah perusahaan terdapat dua jenis beban operasional utama, yakni pengeluaran stabil dan pengeluaran variabel. Kombinasi dari kedua jenis beban ini akan menghasilkan apa yang disebut sebagai biaya total.

Pengeluaran stabil didefinisikan sebagai biaya yang nilainya tetap, sementara pengeluaran variabel mengacu pada biaya yang berfluktuasi sesuai dengan hasil produksi. 

Artinya, biaya variabel merupakan beban yang dikeluarkan dengan jumlah yang berubah-ubah seiring dengan perubahan volume output perusahaan. 

Selain itu, beban yang jumlahnya bergantung pada dinamika bisnis dalam kegiatan pembuatan barang juga termasuk dalam kategori variabel.

Karena keduanya merupakan pasangan yang selalu ada, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara pengeluaran stabil dan variabel. Berikut adalah poin-poin perbedaannya:

Karakteristik Beban

Sudah diketahui bahwa beban stabil memiliki karakter yang pasti atau baku; nilainya konstan dalam jangka waktu yang lama dan tidak bergantung pada kuantitas yang diproduksi perusahaan. 

Sementara itu, sifat dari beban variabel sangat dinamis dan tidak pasti, selalu menyesuaikan dengan tingkat produksi perusahaan.

Keterkaitan dengan Output

Perbedaan selanjutnya antara kedua beban ini terletak pada ada atau tidaknya kaitan langsung dengan proses produksi yang dihasilkan. 

Pada pengeluaran stabil, tidak ada hubungan langsung dengan kapasitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Sementara, sesuai dengan namanya, pengeluaran variabel memiliki keterikatan yang erat dengan proses produksi di perusahaan.

Jangka Waktu Tanggungan

Jika dilihat dari aspek jangka waktu, terdapat perbedaan besar. Beban stabil dikeluarkan pada interval waktu yang tetap sesuai dengan perjanjian, atau sesuai dengan durasi yang telah ditetapkan di awal tanpa sedikit pun dipengaruhi oleh output perusahaan. 

Sementara itu, beban variabel akan terus berubah seiring perubahan produksi. Jangka waktunya pun tidak menentu, disesuaikan dengan volume hasil yang ada di perusahaan.

Periode Pembayaran

Terdapat perbedaan periode waktu pengeluaran beban stabil dan variabel. Pada beban stabil, pengeluaran akan selalu dilakukan oleh pelaku usaha pada periode tertentu, bahkan ketika kegiatan produksi sedang tidak berlangsung. 

Sementara itu, beban variabel hanya akan dikeluarkan saat produksi sedang berjalan, dan jika tidak ada kegiatan produksi, maka beban variabel juga tidak perlu dikeluarkan.

Penilaian Stok Barang

Hal terakhir yang membedakan antara beban variabel dan stabil adalah metode perhitungan nilai persediaan. 

Beban stabil umumnya tidak diikutsertakan dalam proses penilaian persediaan stok. Sebaliknya, beban variabel akan dimasukkan dalam perhitungan nilai persediaan.

Memahami perbedaan antara kedua jenis beban ini adalah hal krusial yang harus dikuasai oleh setiap pebisnis atau pengusaha. 

Hal ini bertujuan agar laporan keuangan dapat disusun dengan akurat dan laporan tersebut memiliki data yang valid sebagai fondasi penting bagi pengembangan dan kemajuan usaha.

Cara Menghitung Fixed Cost

Setelah memahami konsep pengeluaran yang stabil, mengetahui cara perhitungannya menjadi hal penting yang harus dikuasai. Berdasarkan beberapa referensi, terdapat dua pendekatan sederhana untuk mengkalkulasi beban ini.

Menggunakan Formula Produksi

Pendekatan pertama adalah dengan memanfaatkan rumus yang melibatkan total biaya dan biaya variabel:

Pengeluaran Stabil} = Total Biaya Produksi – (Biaya Variabel per Unit x Jumlah Unit yang Diproduksi)

Saat menggunakan formula ini, perhatikan beberapa hal berikut:

  • Pengelompokan Awal: Pastikan Anda telah mengidentifikasi mana yang termasuk biaya stabil dan mana yang variabel sejak awal untuk memudahkan input data ke dalam rumus.
  • Prioritas Perhitungan: Jangan lupa untuk menyelesaikan operasi perkalian yang berada di dalam tanda kurung terlebih dahulu, baru kemudian mengurangi total biaya produksi dengan hasil perkalian tersebut.

Menghitung Berdasarkan Penjumlahan Komponen

Pendekatan kedua untuk menghitung beban stabil adalah dengan menjumlahkan semua komponen pengeluaran stabil yang ada di dalam perusahaan. Untuk lebih jelasnya, ikuti langkah-langkah di bawah ini:

1. Mendaftar Semua Pengeluaran

Perhitungan dimulai dengan menyusun daftar lengkap pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan setiap bulannya. 

Data ini dapat diperoleh dari riwayat transaksi, kuitansi, catatan anggaran, atau dokumen serupa. Apabila ada beban yang dibayarkan setiap tahun, lakukan pembagian dengan 12 untuk mendapatkan nilai bulanan. 

Disarankan untuk mencatat daftar pengeluaran ini dalam format spreadsheet agar lebih mudah diolah.

2. Mengklasifikasikan Pengeluaran (Stabil dan Variabel)

Setelah semua catatan bisnis dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah membuat perincian dengan memisahkan daftar pengeluaran stabil dari pengeluaran variabel.

Untuk membedakannya, perlu diingat bahwa pengeluaran stabil adalah biaya yang tidak berubah akibat fluktuasi penjualan atau produksi.

Sebaliknya, biaya variabel akan terpengaruh oleh naik atau turunnya output perusahaan. Contoh-contoh yang telah dijelaskan sebelumnya dapat digunakan sebagai acuan dalam klasifikasi ini.

3. Menjumlahkan Komponen Stabil

Setelah daftar pengeluaran stabil dan variabel diurai dan dipisahkan, langkah terakhir adalah menjumlahkannya. 

Hitung total semua pengeluaran stabil yang diperoleh dari beban bulanan perusahaan. Angka akhir ini adalah total pengeluaran stabil perusahaan secara bulanan.

Meskipun demikian, terkadang ada bulan-bulan tertentu dengan jumlah beban stabil yang tidak sama. Variasi ini dapat disebabkan oleh beragam hal, seperti kebutuhan mendadak akan alat produksi atau alasan serupa.

Jika terjadi variasi, untuk mengetahui nilai rata-ratanya, caranya adalah dengan mencatat semua pengeluaran rutin selama satu tahun penuh dan membagi total hasilnya dengan 12. 

Hasil akhir yang didapatkan merupakan rata-rata pengeluaran stabil perusahaan setiap bulannya.

Sebagai penutup, dengan memahami semua aspek ini, jelas bahwa fixed cost adalah landasan biaya operasional yang harus dikelola secara cermat demi perencanaan profitabilitas bisnis yang stabil dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index