JAKARTA - PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) kembali menegaskan komitmennya untuk mendukung sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional, meski kondisi pasar menghadapi tantangan yang cukup ketat.
Hingga akhir kuartal III-2025, total penyaluran kredit Bank Sampoerna tercatat sebesar Rp 11,50 triliun, di mana 64,53% dari jumlah tersebut disalurkan kepada pelaku UMKM. Meskipun nilai penyaluran kredit turun 6,93% secara tahunan (YoY), fokus bank terhadap UMKM tetap menjadi prioritas utama.
Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna, Henky Suryaputra, menyatakan bahwa persaingan pasar yang ketat tidak mengurangi semangat bank untuk tetap memberikan dukungan finansial kepada UMKM.
“Dengan tantangan yang tidak mudah, kami tetap berkomitmen membantu mereka tumbuh karena sektor ini adalah tulang punggung ekonomi nasional,” ujar Henky. Dukungan ini dianggap penting, terutama bagi UMKM yang menjadi motor penggerak perekonomian lokal dan nasional.
Selain menyalurkan kredit, Bank Sampoerna juga memaksimalkan layanan digital dan pengelolaan arus kas untuk memperkuat keberlanjutan usaha pelaku UMKM. Digitalisasi ini diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan kemudahan akses bagi para debitur UMKM dalam mengelola keuangan mereka.
Strategi Pendanaan dan Kesehatan Keuangan
Bank Sampoerna juga menjaga keseimbangan antara penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) agar tetap sehat.
Per akhir kuartal III-2025, DPK tercatat sebesar Rp 13,00 triliun, turun 11,02% YoY, dengan dominasi dana deposito sebesar Rp 10,5 triliun. Komposisi current account and savings account (CASA) meningkat menjadi 19,2%, naik 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Henky menekankan, keseimbangan ini tercermin pada posisi loan to deposit ratio (LDR) yang berada di level sehat, yakni 88,30%, naik dari 84,5% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio LDR yang stabil menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit sekaligus menghimpun dana secara efektif, meski kondisi ekonomi dan persaingan pasar cukup dinamis.
Pendekatan strategis ini mencerminkan perhatian bank terhadap kesehatan keuangan institusi dan keberlanjutan sektor UMKM. Selain itu, peningkatan CASA juga menegaskan efisiensi penghimpunan dana yang lebih optimal, sehingga meminimalkan risiko likuiditas di tengah tekanan pasar.
Kinerja Profitabilitas dan Laba Bersih
Meskipun menghadapi tantangan, Bank Sampoerna berhasil mempertahankan profitabilitas yang mencerminkan pengelolaan kredit dan dana secara optimal. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tercatat sebesar 4,45%, turun dibandingkan 4,89% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Henky memastikan bahwa NIM saat ini masih menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit dengan risiko yang terkontrol, sekaligus menjaga stabilitas keuntungan.
Bank Sampoerna membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 10,71 miliar pada kuartal III-2025, turun 79,51% YoY. Penurunan laba bersih ini dipengaruhi oleh tekanan pasar dan persaingan yang semakin ketat, namun bank tetap menekankan fokus pada dukungan terhadap UMKM sebagai prioritas strategis.
Langkah Kolaborasi dan Dukungan UMKM
Selain penyaluran kredit dan pengelolaan dana, Bank Sampoerna memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk fintech, untuk memperluas akses kredit UMKM. Dukungan ini diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM mengembangkan usaha mereka secara berkelanjutan, bahkan di tengah tantangan ekonomi.
Henky menambahkan, pihaknya melakukan pemantauan berkala terhadap kemampuan UMKM dalam menyerap kredit, sehingga setiap penyaluran dana dapat tepat sasaran. Fokus ini diharapkan mendorong UMKM untuk semakin tangguh dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
Dengan strategi yang terintegrasi, mulai dari penyaluran kredit, pengelolaan arus kas, digitalisasi layanan, hingga kolaborasi dengan fintech, Bank Sampoerna menegaskan posisi strategisnya sebagai mitra UMKM yang konsisten mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.