Proyek DME

Pemerintah Targetkan Proyek DME untuk Mengurangi Ketergantungan LPG Nasional

Pemerintah Targetkan Proyek DME untuk Mengurangi Ketergantungan LPG Nasional
Pemerintah Targetkan Proyek DME untuk Mengurangi Ketergantungan LPG Nasional

JAKARTA - Pemerintah tengah mempersiapkan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap Liquefied Petroleum Gas (LPG) dengan menghadirkan Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar alternatif. 

Proyek hilirisasi batu bara menjadi DME ini diharapkan dapat berjalan mulai tahun depan, setelah melewati tahapan studi kelayakan yang saat ini sedang ditangani oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menekankan pentingnya percepatan proyek ini. Menurutnya, kesiapan studi kelayakan termasuk perizinan dan persiapan lahan harus dilakukan secepat mungkin agar eksekusi proyek dapat dimulai pada 2026. 

Ia menambahkan, pemerintah telah menyerahkan pra-studi kelayakan proyek ini kepada Danantara untuk dievaluasi dan mendapatkan pendanaan jika diperlukan.

Sebelumnya, proyek hilirisasi DME sempat mendapatkan perhatian internasional dengan adanya groundbreaking pada awal 2022 di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Namun, proyek tersebut sempat terhenti ketika investor asal Amerika Serikat yang awalnya bermitra dengan PT Bukit Asam.

PT Pertamina, serta Bakrie Group melalui PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia, memutuskan mundur. Kini pemerintah menyiapkan langkah baru dengan calon mitra dari China, meski belum ada kepastian final.

Evaluasi Teknologi dan Investasi Mendalam

Rosan Roeslani, CEO Danantara, menekankan bahwa setiap proyek yang dibiayai oleh Danantara akan melalui evaluasi menyeluruh, termasuk teknologi yang digunakan. 

Ia menegaskan, teknologi yang dipilih harus mutakhir dan efisien, untuk menghindari kegagalan seperti yang terjadi sebelumnya. Penilaian mencakup kemampuan teknologi, kesiapan proyek, serta potensi keberlanjutan proyek jangka panjang.

Dalam proses ini, Danantara juga memiliki fleksibilitas pendanaan. Proyek DME bisa dibiayai langsung oleh badan investasi, sehingga masalah finansial bukan menjadi hambatan utama. 

Meski demikian, nominal investasi masih belum diumumkan karena sejumlah faktor teknis dan negosiasi dengan mitra baru masih berjalan. Rosan menekankan pentingnya ketelitian agar proyek ini bisa benar-benar terealisasi dan bermanfaat untuk kebutuhan energi nasional.

Selain itu, evaluasi juga mempertimbangkan sejarah proyek sebelumnya yang sempat terhenti. Pemerintah menekankan pentingnya koordinasi lintas instansi untuk memastikan kelayakan dan keberlanjutan proyek, termasuk pengawasan teknis dari Kementerian ESDM, agar peletakan batu pertama berikutnya dapat berjalan tanpa hambatan.

Potensi DME untuk Mengurangi Ketergantungan Energi Fosil

DME diproyeksikan menjadi salah satu solusi energi domestik yang ramah lingkungan, dapat menggantikan LPG untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri kecil.

Dengan kandungan energi yang cukup tinggi dan proses pembakaran lebih bersih dibanding LPG, DME diharapkan dapat mendukung transisi energi nasional sekaligus memanfaatkan sumber daya domestik berupa batu bara.

Langkah hilirisasi batu bara menjadi DME juga sejalan dengan upaya pemerintah mendorong pemanfaatan sumber energi lokal, sehingga mengurangi impor energi dan meningkatkan ketahanan energi nasional. 

Proyek ini diproyeksikan tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan pengembangan industri baru di sektor hilirisasi energi.

Selain itu, ketersediaan DME yang lebih murah dibanding LPG diharapkan dapat mendorong masyarakat dan industri untuk beralih ke energi yang lebih berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk menurunkan konsumsi energi fosil serta mendukung program pembangunan rendah karbon.

Tahapan Persiapan dan Harapan Pemerintah

Saat ini, Danantara tengah menuntaskan studi kelayakan yang diajukan pemerintah, mulai dari persiapan lahan, perizinan, hingga penentuan teknologi yang akan digunakan. Wakil Menteri ESDM menekankan, percepatan proses ini menjadi kunci agar proyek dapat dimulai pada 2026.

Pemerintah berharap kolaborasi dengan mitra strategis dapat membawa proyek DME ke tahap eksekusi tanpa hambatan, sehingga masyarakat bisa segera merasakan manfaatnya. Dengan langkah ini, penggunaan energi bersih akan semakin meningkat, sekaligus membuka peluang investasi dan inovasi teknologi energi baru di Indonesia.

Lebih jauh, proyek hilirisasi ini juga diharapkan menjadi contoh bagi proyek energi nasional lainnya, terutama dalam memanfaatkan sumber daya lokal yang sebelumnya kurang dimaksimalkan. 

Keseluruhan tahapan, mulai dari studi kelayakan hingga peletakan batu pertama, diharapkan dapat berjalan lancar dan memberikan kontribusi nyata bagi ketahanan energi, ekonomi, dan lingkungan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index