Batu Bara

Sinyal Pemulihan Pasar Batu Bara Global Dorong Optimisme Industri Energi

Sinyal Pemulihan Pasar Batu Bara Global Dorong Optimisme Industri Energi
Sinyal Pemulihan Pasar Batu Bara Global Dorong Optimisme Industri Energi

JAKARTA - Pasar batu bara global perlahan menunjukkan tanda pemulihan meski masih berada dalam tekanan. 

Pada perdagangan terkini, harga batu bara dunia kembali mencatat kenaikan dan memperpanjang tren positif yang mulai terbentuk sejak awal Oktober. Walau belum sepenuhnya keluar dari zona bearish, tren ini mengindikasikan adanya momentum baru di pasar energi tradisional.

Beberapa faktor mendukung penguatan harga ini, mulai dari penurunan produksi batu bara di China, kekhawatiran akan pasokan global yang mulai mengetat, hingga lonjakan harga minyak dunia akibat sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia. 

Di Eropa, sejumlah negara, termasuk Rumania, memutuskan menunda rencana penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara, langkah yang turut menopang sentimen positif pasar.

Harga batu bara Newcastle untuk kontrak Oktober 2025 naik 0,5 dolar AS menjadi 104,2 dolar per ton. Untuk kontrak November, harga melonjak 1,3 dolar ke posisi 108 dolar, dan Desember meningkat 1,3 dolar ke 109,55 dolar per ton. 

Di bursa Eropa, harga batu bara Rotterdam mencatat kenaikan antara 0,7 hingga 1,1 dolar per ton untuk periode kontrak serupa. Kenaikan di dua bursa utama ini memperlihatkan perubahan arah sentimen investor terhadap prospek jangka menengah batu bara global.

China, sebagai produsen dan konsumen terbesar batu bara dunia, melaporkan produksi September sebesar 411,51 juta ton, turun 1,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski sedikit lebih tinggi dibandingkan Agustus, penurunan tahunan ini mencerminkan dampak kebijakan pembatasan produksi yang masih berlaku.

Pemerintah Beijing tengah menjalankan kampanye “anti-involution” untuk mengendalikan kelebihan kapasitas produksi di sektor energi dan baja, yang akhirnya memengaruhi ketersediaan pasokan global.

Permintaan Global Tetap Kuat Meski Tekanan Transisi Energi Berlanjut

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA) menegaskan bahwa batu bara masih menjadi sumber utama pembangkitan listrik global. Tahun ini, sekitar 35 persen pasokan listrik dunia masih berasal dari batu bara, dengan lebih dari 2.500 pembangkit yang aktif beroperasi. 

Kondisi ini menandakan bahwa meskipun dunia terus berupaya beralih menuju energi terbarukan, ketergantungan terhadap batu bara belum sepenuhnya bisa dilepaskan, terutama di negara berkembang.

Kapasitas pembangkit batu bara baru pun masih tumbuh, khususnya di China, India, dan Amerika Serikat. Hal ini memperlihatkan bahwa kebutuhan energi yang stabil tetap menjadi prioritas bagi banyak negara di tengah ketidakpastian pasokan energi global.

Di kawasan Eropa, kebijakan energi menghadapi tantangan besar. Uni Eropa tetap berkomitmen menurunkan emisi karbon hingga 90 persen pada 2040, namun sejumlah negara kini memperlambat laju transisi energi agar tidak menekan daya beli masyarakat dan industri.

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen serta Menteri Keuangan Jerman Lars Klingbeil menegaskan bahwa transisi energi harus mempertimbangkan keseimbangan antara keberlanjutan dan stabilitas ekonomi. 

Rumania bahkan menunda penutupan lima unit pembangkit batu bara hingga 2026 dan 2029, sebagai langkah kompromi untuk menjaga pasokan listrik nasional.

Harga Masih Tertahan, Namun Potensi Rebound Terbuka

Dari sisi teknikal, harga batu bara masih berada dalam zona bearish harian. Relative Strength Index (RSI) berada di level 41, menandakan tekanan jual masih dominan.

Namun, indikator Stochastic RSI yang turun ke level 11, jauh di bawah batas oversold 20, memberi sinyal bahwa harga sudah jenuh jual dan berpotensi mengalami rebound dalam waktu dekat.

Analis memperkirakan harga batu bara akan bergerak terbatas dalam jangka pendek. Area resistance terdekat berada di kisaran 105–107 dolar AS per ton, dengan potensi lanjutan hingga 108 dolar AS. Sementara itu, area support kuat berada di sekitar 101 dolar AS, dan jika ditembus, harga berisiko turun menuju 97–98 dolar AS per ton.

Tren harga batu bara saat ini menunjukkan pola konsolidasi dengan potensi penguatan moderat. Kenaikan harga minyak dunia dan meningkatnya ketegangan geopolitik menjadi katalis positif bagi pasar energi. 

Di sisi lain, kebijakan pembatasan produksi di China serta perlambatan transisi energi di Eropa membuat pasokan tetap ketat, menjaga harga agar tidak jatuh terlalu dalam.

Prospek Positif di Tengah Tantangan Global

Dalam jangka menengah, prospek batu bara dunia masih berada di jalur positif, meski volatilitas harga diperkirakan meningkat. Permintaan tinggi dari negara-negara berkembang dan kebutuhan energi besar menjelang musim dingin di belahan bumi utara menjadi faktor utama yang menopang harga.

Kondisi geopolitik yang tidak menentu, terutama di kawasan Timur Tengah dan Eropa Timur, turut memperkuat posisi batu bara sebagai alternatif energi yang tetap dibutuhkan. Selama pasokan global terbatas dan harga minyak terus melonjak, batu bara akan tetap menjadi komoditas strategis bagi kestabilan energi global.

Singkatnya, pasar batu bara saat ini sedang berada di persimpangan antara dorongan menuju energi hijau dan kebutuhan menjaga ketahanan energi. 

Meski tekanan kebijakan lingkungan semakin kuat, realitas kebutuhan energi global masih membuat batu bara memiliki peran penting. Selama belum ada substitusi yang sepenuhnya stabil dan ekonomis, batu bara tetap akan menjadi bagian penting dari peta energi dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index