JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) akhirnya kembali menguat setelah mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut.
Kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi pasar minyak nabati yang sempat tertekan akibat koreksi global.
Pada perdagangan terakhir, harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Januari tahun depan ditutup di level MYR 4.470 per ton, naik 0,31% dibandingkan hari sebelumnya. Pergerakan positif ini sekaligus memutus tren pelemahan selama tiga hari, di mana harga sempat berkurang hingga 1,42% secara point-to-point.
Kenaikan harga CPO kali ini juga tidak lepas dari pengaruh pergerakan harga minyak nabati lain di pasar internasional. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (AS) mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,34%, menjadi faktor yang turut mendorong pemulihan harga CPO.
Meski di bursa Dalian, China, harga minyak kedelai masih melemah 0,7%, koreksi tersebut dinilai sudah mulai melandai dibandingkan pada awal pekan.
Hubungan Harga Minyak Nabati dan Dampaknya pada CPO
Harga CPO memang sangat dipengaruhi oleh dinamika harga minyak nabati lainnya, khususnya minyak kedelai, karena kedua komoditas ini sering saling menggantikan di pasar global.
Ketika harga minyak kedelai naik, permintaan terhadap CPO biasanya ikut meningkat karena pembeli cenderung beralih ke opsi yang lebih kompetitif secara harga.
Fenomena ini menunjukkan betapa eratnya keterkaitan antara harga minyak nabati di berbagai pasar dunia. Kenaikan harga minyak kedelai di AS menjadi pemicu utama yang membantu mengangkat harga CPO, sementara koreksi yang lebih terkendali di pasar Asia turut memperkuat stabilitas harga.
Sejumlah analis pasar komoditas menilai, pemulihan harga CPO kali ini merupakan reaksi teknikal setelah penurunan tajam dalam beberapa hari terakhir. Dengan sentimen global yang mulai membaik, peluang penguatan lanjutan masih terbuka, meskipun potensi koreksi jangka pendek belum sepenuhnya hilang.
Para pelaku industri sawit kini menaruh harapan agar momentum ini dapat berlanjut. Selain memberi napas segar bagi eksportir, stabilnya harga juga penting bagi petani sawit di tingkat hulu yang bergantung pada nilai jual tandan buah segar (TBS).
Tinjauan Teknis: Sinyal Rebound di Tengah Tren Bearish
Secara teknikal, pergerakan harga CPO dalam daily time frame masih berada di zona bearish. Indikator Relative Strength Index (RSI) tercatat sebesar 48, atau masih sedikit di bawah angka 50 yang menandakan tren pelemahan.
Namun, posisi RSI yang belum terlalu jauh dari level netral memperlihatkan bahwa harga masih berpotensi untuk berbalik arah dalam waktu dekat.
Sementara itu, indikator Stochastic RSI berada di level 6, jauh di bawah 20, yang berarti aset ini berada dalam kondisi oversold atau sangat jenuh jual. Kondisi tersebut menjadi salah satu sinyal bahwa harga CPO berpotensi mengalami technical rebound pada perdagangan berikutnya.
Untuk perdagangan selanjutnya, harga CPO diproyeksikan berpeluang naik kembali jika mampu menembus titik pivot di MYR 4.485 per ton. Apabila level tersebut berhasil dilewati, maka harga kemungkinan akan menguji area resistensi di MYR 4.500 per ton, yang berdekatan dengan garis Moving Average (MA) 10.
Namun, jika harga gagal mempertahankan momentum dan kembali terkoreksi, titik support terdekat berada di MYR 4.452 per ton. Penembusan di bawah level tersebut bisa memicu tekanan lanjutan ke kisaran MYR 4.433 hingga MYR 4.414 per ton.
Dengan kondisi indikator yang sudah jenuh jual, pelaku pasar akan mencermati dengan hati-hati potensi pembalikan tren dalam jangka pendek.
Prospek Jangka Pendek dan Sentimen Pasar Komoditas
Dalam jangka pendek, arah harga CPO akan banyak bergantung pada perkembangan harga minyak nabati global serta kondisi fundamental di pasar ekspor utama seperti India, China, dan Eropa. Jika harga minyak kedelai dan minyak bunga matahari terus bergerak positif, CPO berpeluang melanjutkan tren penguatan.
Di sisi lain, pasar juga menunggu sinyal dari kebijakan pemerintah terkait Domestic Market Obligation (DMO) untuk biodiesel yang sempat menjadi faktor penekan harga beberapa waktu lalu.
Penerapan DMO memang penting untuk menjaga pasokan domestik, namun jika terlalu ketat, dapat membatasi ekspor dan berpotensi menekan harga di tingkat internasional.
Selain faktor kebijakan, cuaca dan produksi minyak sawit di Malaysia serta Indonesia juga menjadi variabel penting dalam menentukan arah harga. Gangguan cuaca ekstrem bisa memengaruhi panen dan suplai, sehingga mendorong harga naik.
Namun, jika produksi kembali meningkat sementara permintaan belum pulih sepenuhnya, harga bisa kembali tertekan.
Meski demikian, dengan adanya potensi technical rebound dan dukungan dari harga minyak nabati lain yang mulai membaik, pelaku pasar optimistis CPO memiliki peluang untuk memperkuat posisi dalam beberapa pekan mendatang.
Pergerakan harga yang stabil akan membantu menjaga keseimbangan antara kepentingan eksportir, industri hilir, dan petani sawit.
Kenaikan harga CPO kali ini bukan hanya menandai akhir dari tren koreksi jangka pendek, tetapi juga menjadi cerminan dari mulai pulihnya kepercayaan pasar terhadap prospek industri sawit global.
Dengan pengawasan ketat terhadap faktor fundamental dan teknikal, pelaku usaha berharap tren positif ini dapat terus berlanjut hingga akhir tahun.