JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menegaskan bahwa kebutuhan Pertalite nasional mencapai 39 juta kiloliter per tahun. Meski Indonesia memiliki kapasitas produksi dalam negeri, sekitar 60 persen kebutuhan Pertalite masih dipenuhi dari impor. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap pasokan luar negeri masih cukup signifikan dan menjadi perhatian strategis pemerintah.
“Kalau kita refleksikan kebutuhan kita dalam satu tahun untuk Pertalite itu sekitar 39 juta kiloliter. Jadi ya kita masih impor sekitar 60 persen untuk Pertalite,” ujarnya.
Kebutuhan impor ini tidak hanya sekadar memenuhi kekurangan produksi, tetapi juga menjaga agar pasokan Pertalite di seluruh wilayah tetap aman dan merata, khususnya di momen-momen tinggi konsumsi seperti libur panjang dan hari besar nasional.
Persiapan Pasokan untuk Libur Natal dan Tahun Baru
Seiring dengan mendekatnya libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), pemerintah memutuskan untuk menambah pasokan Pertalite sebesar 1,4 juta kiloliter. Tambahan ini berasal dari kombinasi impor dan produksi kilang Pertamina, sehingga masyarakat dapat tetap memperoleh bahan bakar tanpa mengalami kelangkaan.
Yuliot menekankan bahwa meski pasokan tambahan berasal sebagian dari impor, pemerintah terus mendorong pemanfaatan produksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan. Hal ini sejalan dengan upaya menjaga kemandirian energi nasional.
Penambahan stok juga dirancang untuk memastikan bahwa distribusi BBM tetap lancar di seluruh wilayah, termasuk daerah-daerah yang biasanya mengalami tekanan pasokan saat periode libur panjang.
Upaya Peningkatan Produksi Dalam Negeri
Pemerintah tidak hanya mengandalkan impor, tetapi juga terus mendorong peningkatan kapasitas produksi dalam negeri melalui berbagai proyek strategis. Salah satu langkah yang dilakukan adalah percepatan penyelesaian proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan output kilang dan efisiensi operasional sehingga kebutuhan Pertalite bisa semakin banyak dipenuhi dari produksi domestik.
“Dengan RDMP yang akan selesai dan efisiensi di beberapa kilang dalam negeri, pasokan kebutuhan dalam negeri ini secara bertahap akan kita usahakan disediakan dari kilang di dalam negeri,” ungkap Yuliot.
Langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah menaruh perhatian pada penguatan infrastruktur energi nasional dan berupaya mengurangi ketergantungan impor BBM secara berkelanjutan, sehingga pasokan dalam negeri lebih andal untuk menghadapi permintaan tinggi di masa depan.
Stok BBM Diperkuat dan Siap Hadapi Hari Besar
Selain mengatur pasokan Pertalite, pemerintah juga meningkatkan stok seluruh jenis BBM menjelang Nataru. Yuliot menyampaikan, cadangan BBM nasional diperkuat dari standar sebelumnya 23 hari menjadi 27 hari.
Kebijakan ini berlaku untuk bensin, solar, dan avtur. Tujuannya adalah memastikan ketersediaan energi cukup untuk masyarakat dan sektor industri, sekaligus mengantisipasi peningkatan konsumsi pasca-Nataru dan hari besar lain seperti Imlek, Ramadhan, dan Idul Fitri.
“Ini ada Imlek, dan juga ada puasa dan juga dalam rangka menyambut lebaran. Jadi kita juga harus memastikan bahwa stok BBM di dalam negeri tersedia cukup untuk kebutuhan masyarakat dan industri,” jelasnya.
Langkah strategis ini menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas energi nasional. Dengan penguatan stok dan peningkatan produksi dalam negeri, masyarakat diharapkan dapat memperoleh layanan bahan bakar yang lancar, aman, dan memadai, bahkan saat periode libur panjang dan lonjakan konsumsi.
Dengan kombinasi penguatan produksi domestik, penambahan pasokan dari impor, serta kesiapan stok BBM yang lebih tinggi, pemerintah memastikan kebutuhan Pertalite dan BBM lainnya tetap aman.
Langkah-langkah ini juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menurunkan ketergantungan impor dan meningkatkan kemandirian energi nasional, sehingga pasokan energi strategis dapat selalu memenuhi permintaan masyarakat dan industri tanpa gangguan.