Indonesia Masih Bergantung Impor Pertalite 39 Juta Setiap Tahun

Rabu, 26 November 2025 | 14:44:46 WIB
Indonesia Masih Bergantung Impor Pertalite 39 Juta Setiap Tahun

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menyoroti kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite di Indonesia yang masih sangat tinggi. Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menjelaskan bahwa konsumsi Pertalite nasional mencapai sekitar 39 juta kiloliter per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 60 persen masih dipenuhi melalui impor. Hal ini menegaskan bahwa ketergantungan Indonesia pada pasokan luar negeri masih signifikan, meski produksi dalam negeri terus ditingkatkan.

“Untuk kebutuhan kita dalam satu tahun, untuk Pertalite itu sekitar 39 juta kiloliter. Jadi 39 juta kiloliter, kita masih impor sekitar 60 persen untuk Pertalite,” ujar Yuliot . Pernyataan ini menekankan urgensi untuk menambah kapasitas produksi dalam negeri agar ketergantungan impor bisa ditekan.

Pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi untuk memenuhi kebutuhan Pertalite secara bertahap dari dalam negeri. Salah satunya adalah melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang mendekati tahap penyelesaian. Proyek ini diharapkan bisa menambah kapasitas produksi secara signifikan, sehingga kebutuhan impor dapat dikurangi dalam beberapa tahun ke depan.

Strategi Nasional untuk Menekan Impor

Selain RDMP Balikpapan, pemerintah juga menekankan efisiensi di kilang-kilang yang sudah ada sebagai langkah penting dalam mengurangi ketergantungan impor. Yuliot menyebutkan bahwa sejumlah kilang eksisting tengah melakukan peningkatan efisiensi agar mampu memenuhi sebagian kebutuhan BBM nasional. Pendekatan ini diharapkan mampu menambah pasokan BBM dari produksi domestik secara berkelanjutan.

“Jadi kita juga dengan upaya kita peningkatan produksi dalam negeri, ini ada RDMP yang akan selesai. Dan juga ini ada efisiensi-efisiensi yang dilakukan di beberapa kilang dalam negeri. Ini untuk pasokan kebutuhan dalam negeri, ini secara bertahap, ini kita akan usahakan disediakan dari kilang di dalam negeri,” tutur Yuliot.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya mengandalkan pembangunan kilang baru, tetapi juga memaksimalkan fasilitas yang sudah ada. Hal ini sekaligus menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan kemandirian energi.

Selain itu, pemerintah juga menyiapkan stok tambahan untuk masa libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Sebanyak 1,4 juta kiloliter Pertalite akan disiapkan untuk memastikan ketersediaan BBM tetap aman selama periode libur panjang. Pasokan tambahan ini berasal dari produksi dalam negeri maupun impor, yang memastikan masyarakat tidak mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar.

Proyek RDMP Balikpapan sebagai Kunci Produksi

Salah satu upaya utama untuk meningkatkan pasokan BBM dalam negeri adalah proyek RDMP Balikpapan yang memiliki nilai investasi sebesar US$7,4 miliar. Proyek ini direncanakan akan rampung dan mulai beroperasi pada Desember 2025. RDMP Balikpapan tidak hanya mencakup fasilitas produksi, tetapi juga fasilitas pendukung seperti infrastruktur oil storage dengan kapasitas mencapai 2 juta barel.

Dengan beroperasinya RDMP, diharapkan proyek ini dapat memenuhi antara 22 hingga 25 persen kebutuhan BBM nasional. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan meresmikan fasilitas ini pada Desember 2025, menandai tonggak penting dalam upaya memperkuat produksi BBM domestik.

RDMP Balikpapan juga akan membantu meningkatkan kualitas BBM yang diproduksi di Indonesia. Proyek ini diharapkan mampu menghasilkan Pertalite dan produk BBM lainnya dengan standar lebih tinggi, mendukung ketersediaan energi yang andal dan berkelanjutan untuk masyarakat serta industri di Tanah Air.

Upaya Pemerintah Menjamin Ketahanan Energi Nasional

Selain peningkatan kapasitas produksi, pemerintah juga memperkuat stok BBM nasional sebagai bagian dari ketahanan energi. Yuliot Tanjung menyebut bahwa stok BBM diperpanjang dari sebelumnya berstandar 23 hari menjadi 27 hari. Peningkatan stok ini berlaku untuk semua jenis BBM, termasuk bensin, solar, dan avtur.

Langkah ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan selama Nataru, tetapi juga untuk menghadapi momen-momen penting lainnya seperti Imlek, Ramadhan, dan Idul Fitri. Pemerintah ingin memastikan ketersediaan BBM tidak terganggu, mendukung mobilitas masyarakat serta kelancaran sektor industri.

“Ini ada Imlek, dan juga ada puasa dan juga dalam rangka menyambut lebaran. Jadi kita juga harus memastikan bahwa stok BBM di dalam negeri tersedia cukup untuk kebutuhan masyarakat dan industri,” jelas Yuliot.

Upaya meningkatkan produksi dalam negeri melalui RDMP Balikpapan, efisiensi kilang eksisting, serta penambahan stok, menjadi kombinasi strategi yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat ketahanan energi nasional. Meski masih membutuhkan impor sekitar 60 persen, langkah-langkah ini menunjukkan arah jelas menuju kemandirian energi yang lebih besar bagi Indonesia.

Terkini