BATU BARA

Kerusakan Jembatan Bakong Melumpuhkan Akses Warga dan Pengangkutan Batu Bara di NTB

Kerusakan Jembatan Bakong Melumpuhkan Akses Warga dan Pengangkutan Batu Bara di NTB
Kerusakan Jembatan Bakong Melumpuhkan Akses Warga dan Pengangkutan Batu Bara di NTB

JAKARTA - Giri Menang, NTB - Akses utama dari arah Lembar menuju Gerung dan Mataram lumpuh total setelah Jembatan Bakong mengalami kerusakan parah. Jembatan yang menghubungkan dua wilayah tersebut tidak dapat dilalui, memaksa warga dan angkutan batu bara untuk PLTU Jeranjang mencari jalur alternatif. Akibat peristiwa ini, tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi NTB langsung turun ke lokasi untuk mencari solusi dalam bentuk jalur darurat.

Kerusakan pada Jembatan Bakong bukan hanya mempengaruhi aktivitas harian warga, tetapi juga menyebabkan pengalihan jalur pengangkutan batu bara. Batu bara yang seharusnya melewati rute regular, terpaksa dialihkan melalui jalan nasional. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pihak PLTU, mengingat pentingnya pasokan batu bara untuk operasional pembangkit listrik.

Plt Kepala Dinas PUPR Provinsi NTB, Hj. Lies Nurkomalasari, didampingi oleh Kepala Dinas PU Lombok Barat, H. L. Winengan, serta sejumlah pejabat terkait segera mengecek lokasi setelah kerusakan deteksi. "Kita meninjau untuk mengupayakan jembatan darurat dulu, tim kami masih turun survei," ujar Lies Nurkomalasari saat ditemui di lokasi kerusakan. Harapan besar tertuju pada tim gabungan dari Dinas PUTR, BPBD, dan Bidang Bina Marga untuk menemukan jalur alternatif yang tepat.

Namun, pencarian ini bukan tanpa tantangan. Menurut Lies, sungai yang terlalu lebar menjadi kendala utama dalam upaya pembangunan jembatan darurat. Meski demikian, optimisme tetap dijaga dengan berupaya menemukan titik yang layak untuk dijadikan lokasi sementara jembatan.

Jangka panjang, kerusakan signifikan ini memerlukan penanganan mendalam dengan perkiraan biaya mencapai Rp50 miliar. "Bentangan jembatan ini mencapai 87 meter, dan perlu penanganan serius. Kami juga dalam proses koordinasi dengan pemerintah pusat dengan mengajukan proposal usulan penanganan," lanjutnya.

Di lain pihak, H. L. Winengan menegaskan urgensi perbaikan jembatan ini, yang tidak saja krusial bagi akses masyarakat tetapi juga untuk kestabilan distribusi penting ke PLTU Jeranjang. "Kami sudah berkoordinasi dengan Penjabat Gubernur NTB, Sekda NTB, dan Dinas PUPR NTB. Kami berharap PLN Jeranjang juga segera berperan aktif dalam penanganan ini, karena ini menyangkut jalur ekonomi penting, termasuk jalur untuk solar dan batu bara," jelas Winengan.

Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa upaya awal adalah untuk memastikan pengalihan beban lalu lintas dan bahan baku secara efektif, sembari menunggu tindak lanjut dari pemerintah pusat. "PLN Jeranjang juga diharapkan turut terlibat, jika tidak, dalam seminggu ini kami mungkin terpaksa menutup jalur," ancam Winengan bila tidak ada tindakan cepat dari pihak terkait.

Jembatan Bakong, yang beroperasi sejak 1993, kini menunjukkan kelelahan struktur. Hal ini diperparah dengan tingginya curah hujan yang mengguyur, menyebabkan aliran sungai Dodokan meluap dan memicu keretakan serta kemiringan pada jembatan. Dampak dari kerusakan ini bukan hanya berimbas pada warga lokal dan distribusi ekonomi wilayah, tetapi juga menjadi ancaman bagi keseluruhan jaringan infrastruktur di NTB.

Dengan urgensi yang tinggi, peninjauan oleh tim ahli teknis diharapkan dapat segera dilakukan, menyusul tinjauan awal dari Dinas PUPR. Selain itu, alokasi anggaran dari pemerintah provinsi menjadi salah satu harapan utama agar perbaikan atau pembangunan jembatan baru dapat segera dilakukan.

Perkembangan situasi ini perlu terus dipantau, mengingat vitalnya peran Jembatan Bakong yang sudah dua dekade lebih menjadi penopang aktivitas ekonomi dan sosial di wilayah Lombok Barat, NTB. Pemerintah daerah diharapkan dapat bergerak cepat untuk kembali memulihkan akses dan stabilitas jalur distribusi di daerah tersebut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index