Gas

Investasi Besar Diperlukan untuk Maksimalkan Potensi Gas Natuna D-Alpha

Investasi Besar Diperlukan untuk Maksimalkan Potensi Gas Natuna D-Alpha
Investasi Besar Diperlukan untuk Maksimalkan Potensi Gas Natuna D-Alpha

JAKARTA - Proyek gas Natuna D-Alpha diperkirakan membutuhkan biaya pengembangan yang sangat tinggi. 

Praktisi senior industri migas, Hadi Ismoyo, memperkirakan total biaya eksplorasi hingga eksploitasi bisa mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp666 triliun. 

Faktor utama yang memengaruhi angka fantastis ini adalah kandungan karbon dioksida (CO2) yang tinggi, mencapai 45% hingga 72%, sehingga proses pemisahan CO2 memerlukan teknologi dan biaya yang signifikan.

Hadi menjelaskan bahwa pemisahan CO2 merupakan prosedur standar dalam eksploitasi gas bumi, tetapi kandungan yang mencapai 70% membuatnya menjadi tantangan tersendiri. 

“Sehingga dibutuhkan biaya yang sangat mahal, apalagi pengembangan wilayah lepas pantai. Perkiraan saya bisa mencapai US$30—US$40 miliar, termasuk injeksi CO2 Injection sesuai Protokol Paris,” ujar Hadi. Dengan biaya sedemikian besar, Natuna D-Alpha menjadi salah satu proyek gas paling menantang di dunia.

Potensi Kerja Sama dengan Shell dan Kufpec

Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (Kufpec) tengah menjajaki kerja sama dengan Shell Plc. untuk menggarap ladang gas Natuna D-Alpha. 

Namun, Hadi menyoroti rekam jejak Shell di Indonesia yang tidak selalu mulus, sehingga perlu kajian matang sebelum melanjutkan kerja sama. Menurutnya, keterlibatan Shell di Blok Masela sebelumnya menimbulkan ketidakpastian, sehingga risiko serupa dapat terjadi di Natuna D-Alpha.

Kufpec sendiri mulai melakukan joint study di Natuna D-Alpha sejak 2024, setelah blok ini dikembalikan pemerintah dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE). 

Proyek ini juga menarik sejumlah kontraktor kontrak kerja sama potensial, termasuk PHE dan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), meski beberapa pihak akhirnya menolak atau menarik diri dari peluang kerja sama. Proses penjajakan ini masih berlangsung dan menjadi penentu jalannya proyek yang mangkrak sejak 1973.

Potensi Gas dan Minyak Natuna D-Alpha

Blok Natuna D-Alpha memiliki kandungan gas yang diperkirakan mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF), tetapi kandungan CO2 sebesar 71% membatasi gas yang dapat dieksploitasi menjadi sekitar 46 TCF. 

Selain itu, blok ini juga memiliki potensi minyak sekitar 2.865 juta barel (MMBO). Kondisi tersebut menjadikan Natuna D-Alpha sebagai salah satu lapangan migas dengan nilai strategis tinggi, namun menghadapi tantangan teknis dan finansial besar.

Keunggulan lapangan ini terletak pada cadangan gas yang melimpah, sehingga apabila berhasil dikembangkan, Natuna D-Alpha dapat menjadi salah satu kontributor utama kebutuhan energi nasional. 

Namun, keberhasilan proyek sangat bergantung pada konsorsium yang terbentuk, teknologi pengelolaan CO2, serta kesiapan finansial dan operasional pihak-pihak terkait.

Pengalaman Shell di Proyek Migas Sebelumnya

Shell pernah terlibat di Blok Masela bersama Inpex Corporation untuk membangun fasilitas LNG dengan kapasitas tahunan 9,5 juta ton dalam kontrak senilai US$20 miliar.

Namun, pada 2020 Shell menjual 35% hak partisipasinya seharga US$2 miliar dan memutuskan hengkang dari proyek, sehingga menciptakan ketidakpastian pengembangan lapangan Abadi yang menyimpan 360 miliar meter kubik gas.

Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi Kufpec dan pihak lain yang ingin bekerja sama di Natuna D-Alpha. Pengalaman Shell menunjukkan bahwa konsistensi dan komitmen jangka panjang menjadi faktor kunci dalam memastikan keberhasilan proyek migas skala besar. 

Dengan teknologi canggih dan perhitungan risiko yang matang, Natuna D-Alpha tetap memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu proyek migas terpenting di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index