JAKARTA - Ketika dunia terus bergerak menuju masa depan rendah karbon, permintaan global untuk nikel melonjak signifikan. Mineral ini menjadi elemen kunci dalam pengembangan kendaraan listrik, teknologi energi terbarukan, dan baja tahan karat. Namun, dampak buruk dari lonjakan produksi ini dirasakan paling kuat di wilayah kaya nikel seperti Sulawesi, sebuah kawasan dengan keanekaragaman hayati luar biasa yang dikenal sebagai "Wallacea".
Lonjakan produksi nikel Indonesia dalam beberapa tahun terakhir hampir empat kali lipat lebih besar dibandingkan satu dekade sebelumnya. Meski menjadikan negara ini sebagai pemain utama dalam memenuhi kebutuhan nikel global, situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan pada habitat alam dan kesehatan masyarakat setempat.
Deforestasi di Jantung Keanekaragaman Hayati
Berdasarkan penelitian terbaru yang melibatkan lebih dari 7.700 desa di Sulawesi, ditemukan bahwa kawasan hutan yang berdekatan dengan tambang nikel mengalami deforestasi hampir dua kali lebih cepat dibandingkan wilayah non-pertambangan antara tahun 2011 dan 2018. Akibat dari peningkatan permintaan lahan ini tidak hanya mempercepat laju pemanasan global, tetapi juga membahayakan habitat serta kelangsungan hidup spesies endemik, termasuk 17 spesies primata Sulawesi.
Studi ini memperingatkan bahwa "jika tren deforestasi ini terus berlanjut, usaha global kita untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melestarikan keanekaragaman hayati akan semakin menantang." Kehilangan hutan ini sebagai rumah bagi spesies unik seperti monyet hitam Sulawesi dan Krabuku Peleng, menyoroti perlunya tindakan segera untuk perlindungan lingkungan.
Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Masyarakat Lokal
Penambangan nikel juga memiliki dampak yang kompleks terhadap masyarakat lokal. "Praktik penambangan nikel yang tidak berkelanjutan menyebabkan peningkatan pencemaran dan bencana terkait penambangan, seperti tanah longsor dan banjir bandang, yang berpengaruh langsung terhadap masyarakat lokal," demikian diungkapkan Michaela Guo Ying Lo dari University of Kent.
Namun, manfaat ekonomi yang diperoleh dari kegiatan tambang terbukti bervariasi di berbagai daerah. Sejumlah desa mengalami kemajuan infrastruktur berkat pendapatan tambang, menciptakan peluang pembangunan yang vital bagi daerah setempat. Akan tetapi, di sisi lain, desa dengan tingkat kemiskinan tinggi menghadapi tantangan berat dalam mengatasi dampak polusi dan kesehatan akibat aktivitas tambang.
Menuju Praktik Penambangan Berkelanjutan
Untuk menjembatani celah antara manfaat ekonomi dan kepentingan lingkungan, para peneliti menekankan perlunya reformasi dalam praktik penambangan. Mereka menyoroti beberapa langkah penting untuk mengatasi tantangan yang ada:
1. Memperkuat Standar Lingkungan dan Sosial: Pemerintah dan perusahaan tambang harus menerapkan regulasi yang ketat untuk meminimalkan dampak negatif pada ekosistem dan masyarakat. Standar ini harus mencakup pengendalian deforestasi, pengelolaan sumber daya air, dan perlindungan hak-hak pekerja dan masyarakat terdampak.
2. Mengajak Partisipasi Masyarakat: Pelibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait tambang sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif. Konsultasi dan persetujuan yang inklusif dapat meningkatkan kepercayaan dan memastikan bahwa manfaat dari pertambangan tidak hanya dinikmati oleh segelintir pihak.
3. Memperkuat Pemantauan dan Akuntabilitas: Evaluasi dan pemantauan independen terhadap aktivitas tambang harus dilakukan secara rutin untuk menjamin akuntabilitas dan keberlanjutan. Transparansi dalam operasional tambang juga mendukung praktik terbaik yang dapat dijadikan contoh di industri lainnya.
Kesempatan Perbaikan
Dihadapkan dengan tantangan ini, ada kesempatan besar bagi Indonesia untuk menjadi model pembangunan rendah karbon yang berkelanjutan dan adil secara global. Jatna Supriatna dari Universitas Indonesia menekankan, "Dengan mereformasi praktik penambangan nikel, kita dapat membangun keseimbangan antara kemakmuran ekonomi, perlindungan lingkungan, dan keadilan sosial."
Waktu tidak berpihak. Dengan transisi menuju energi hijau yang tidak dapat dihindari, tindakan cepat dan tepat sangat diperlukan. Melindungi lingkungan dan masyarakat dari dampak penambangan adalah tugas bersama yang harus segera diwujudkan, agar masa depan rendah karbon dapat dicapai tanpa mengorbankan kesejahteraan alam dan manusia.