JAKARTA - Potensi lanjutan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menjadi fokus perhatian pelaku pasar menyusul pergerakan indeks yang ditutup menguat 0,69 persen ke level 8.394 pada akhir pekan.
Kenaikan tersebut terjadi dengan dukungan volume pembelian yang meningkat, serta keberhasilan indeks menembus area resistance terdekat yang sebelumnya menjadi batas psikologis bagi pelaku pasar.
Kondisi ini menciptakan peluang positif untuk melanjutkan kenaikan pada awal pekan, khususnya dengan mempertimbangkan bahwa tren teknikal IHSG dinilai masih konstruktif dan memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi.
Dalam pandangan Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, IHSG saat ini berada pada fase awal wave (iii) dari wave [iii], yang menunjukkan adanya momentum beli yang konsisten.
Ia menilai bahwa dalam skenario terbaik, atau best case, IHSG berpotensi bergerak menuju target di kisaran 8.390 hingga 8.463, yang sesuai dengan proyeksi kenaikan lanjutan selama tidak ada perubahan sentimen signifikan.
Keyakinan tersebut diperkuat oleh pola teknikal yang masih mengarah pada penguatan dan kondisi pasar domestik yang tetap stabil. Level support penting berada di 8.332 dan 8.276, sedangkan resistance berikutnya berada pada area 8.432 dan 8.454, yang menjadi batas perhatian bagi pelaku pasar.
Sementara itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Hari Rachmansyah, menyoroti bahwa IHSG kembali mencetak rekor tertinggi baru di level 8.394 berkat aksi beli bersih investor asing senilai Rp 3,3 triliun.
Pendorong kenaikan tersebut berasal dari sentimen positif atas data ekonomi nasional yang menunjukkan pertumbuhan stabil dan inflasi terjaga.
Menurut Hari, kondisi ini menjadi bukti kuat bahwa pasar modal Indonesia memiliki ketahanan di tengah tekanan global, terutama di saat bursa Wall Street mengalami koreksi akibat kekhawatiran terhadap valuasi tinggi saham teknologi berbasis kecerdasan buatan.
Ia menjelaskan bahwa investor asing melihat valuasi Indonesia cukup atraktif, didukung pertumbuhan PDB 5,04 persen dan inflasi 2,86 persen.
Faktor Penggerak Asing dan Sentimen Global terhadap IHSG
Menguatnya dana asing menjadi salah satu katalis dominan yang mendorong penguatan IHSG. Dana asing tercatat masuk signifikan ke sektor perbankan dan telekomunikasi, dengan saham BBCA menjadi sasaran utama melalui akumulasi sebesar Rp 1,2 triliun, disusul TLKM dengan nilai Rp 814 miliar sepanjang pekan.
Arus masuk tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan investor asing terhadap fundamental emiten besar yang dinilai kuat menghadapi kondisi ekonomi global. Selain itu, faktor rebalancing indeks MSCI turut menjadi pendorong tambahan yang memperbesar aliran modal ke pasar Indonesia.
Memasuki pekan perdagangan 10–14 November, Hari memperkirakan IHSG bergerak konsolidatif atau sideways di kisaran support 8.260 dan resistance 8.620.
Sentimen global masih dicermati pelaku pasar, terutama ketidakpastian arah kebijakan The Federal Reserve serta keterlambatan rilis data ekonomi Amerika Serikat akibat penutupan sebagian pemerintahan.
Kondisi tersebut membuat investor global bersikap lebih berhati-hati dalam mengambil risiko, meskipun pasar domestik tetap menunjukkan ketahanan. Dengan latar makroekonomi yang stabil di dalam negeri, pergerakan IHSG masih diperkirakan berada dalam jalur positif selama tidak terjadi tekanan eksternal signifikan.
Selain faktor makro, dua isu besar juga menjadi sorotan pelaku pasar. Pertama adalah rencana penawaran umum perdana (IPO) Superbank yang dijadwalkan berlangsung pada November.
Rencana ini dinilai memiliki potensi besar untuk meningkatkan minat terhadap saham-saham teknologi dan keuangan digital, khususnya yang memiliki keterkaitan langsung dengan grup usaha tersebut.
Kedua adalah rumor merger antara Grab dan GOTO, yang disebut melibatkan Danantara sebagai mitra strategis. Isu ini dinilai dapat memberikan dampak positif terhadap persepsi pasar terhadap sektor teknologi dan layanan digital, yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan minat investor.
Proyeksi Arah Teknis IHSG dan Pergerakan Sektor Utama
Secara teknikal, IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 8.260 hingga 8.620 dengan kecenderungan sideways menguat terbatas.
Posisi indeks yang mendekati resistance utama menjadi perhatian karena area tersebut kerap menjadi penentu apakah penguatan dapat berlanjut atau justru memicu koreksi wajar akibat aksi ambil untung.
Pelaku pasar juga mencermati faktor internal seperti kebijakan pemerintah mengenai pengawasan rokok ilegal serta penyesuaian cukai hasil tembakau yang berpotensi memengaruhi kinerja saham konsumer. Sentimen ini juga memicu rotasi sektoral yang perlu diperhatikan oleh investor untuk menentukan strategi akumulasi.
Hari menilai bahwa sektor perbankan dan telekomunikasi menjadi penerima aliran dana asing terbesar dan diperkirakan tetap menarik dalam jangka pendek. Aksi akumulasi pada saham-saham unggulan tersebut mencerminkan tingkat kepercayaan terhadap fundamental emiten yang solid.
Di sisi lain, faktor eksternal seperti kebijakan global dan dinamika indeks dunia juga dapat memengaruhi arah pasar, sehingga investor disarankan mencermati perkembangan teknikal pada indeks untuk mengidentifikasi area support dan resistance yang lebih akurat.
Dengan kondisi ekonomi yang secara umum stabil, peluang kenaikan IHSG masih terbuka selama tidak terjadi guncangan dari faktor luar.
Beberapa saham juga menunjukkan pola yang menarik untuk diperhatikan dalam pekan ini. Saham consumer goods tertentu mencatat pola penguatan, sementara saham-saham sektor lain menunjukkan potensi rebound jika indeks tetap berada di atas area kunci.
Momentum teknikal menjadi salah satu acuan penting dalam menentukan strategi jangka pendek, terutama bagi investor yang mengikuti pergerakan berdasarkan analisis gelombang maupun indikator teknikal lainnya.
Bagi pelaku pasar, kombinasi antara faktor teknikal dan sentimen fundamental menjadi landasan untuk memetakan arah perdagangan dengan lebih presisi.
Rekomendasi Saham dari Analis dan Peluang Penguatan Emiten
Rekomendasi saham hari ini menampilkan dua kelompok pandangan dari analis yang menggunakan pendekatan teknikal dan fundamental. Dari MNC Sekuritas, sejumlah saham direkomendasikan untuk strategi buy on weakness karena pola pergerakannya dinilai memberi ruang bagi kelanjutan penguatan.
Saham ADRO yang ditutup di level 1.945 direkomendasikan karena berada pada fase awal wave (v) dalam struktur wave [c], yang menandakan peluang penguatan jangka pendek.
Saham CUAN yang ditutup di 2.290 juga direkomendasikan buy on weakness, karena tengah berada pada bagian awal wave (c) dari wave [b], memberi peluang rebound setelah fase koreksi sebelumnya.
Saham CMRY yang ditutup di 6.075 memiliki rekomendasi serupa berdasarkan posisinya dalam wave (v) dari wave [iii] dalam wave 3, yang menunjukkan peluang lanjutkan kenaikan jika volume pembelian meningkat.
UNVR yang ditutup di 2.530 juga masuk daftar buy on weakness karena tengah berada dalam wave [iv] dari wave C, yang merupakan fase konsolidasi menjelang kemungkinan penguatan lanjutan apabila resistance terdekatnya dapat ditembus.
Selain rekomendasi tersebut, pandangan dari Indo Premier menyoroti peluang investasi pada saham-saham unggulan serta instrumen pendapatan tetap. BBCA dinilai menarik dengan level beli di Rp 8.675 dan target di Rp 9.175, sejalan dengan akumulasi asing yang besar dan posisinya yang berada di atas garis EMA-5.
Saham TLKM juga berpotensi melanjutkan penguatan dengan harga beli di Rp 3.470 dan target Rp 3.860, didorong oleh akumulasi asing serta tren uptrend yang masih solid.
EMTK turut mencatat tren kenaikan dengan volume besar, terutama karena masuknya ke indeks LQ45 dan rumor IPO anak usahanya yang meningkatkan minat investor terhadap prospek grup. Di luar saham, obligasi pemerintah seri PBS38 dan PBS3 juga dinilai tetap menarik berdasarkan imbal hasil masing-masing.