Shell

Shell Pertimbangkan Kembali Eksplorasi Hulu Migas di Indonesia

Shell Pertimbangkan Kembali Eksplorasi Hulu Migas di Indonesia
Shell Pertimbangkan Kembali Eksplorasi Hulu Migas di Indonesia

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memastikan bahwa komunikasi dengan perusahaan energi global Shell terus berlangsung. 

Kepala Divisi Manajemen Wilayah Kerja dan Strategi Biaya SKK Migas, Asnidar, menyebut bahwa pembahasan lanjutan dengan Shell akan kembali digelar pada bulan November mendatang.

“Engagement masih lanjut terus. November ini SKK Migas masih akan ketemu Shell lagi untuk berdiskusi mengenai area of interest,” ujarnya kepada Kontan.

Sinyal positif terhadap potensi kembalinya Shell ke bisnis hulu migas di Indonesia sebelumnya juga telah disampaikan SKK Migas. Ketertarikan tersebut dipicu oleh sejumlah penemuan lapangan migas baru, khususnya di area laut dalam yang menjadi spesialisasi Shell dalam eksplorasi deepwater.

Pengamat Nilai Langkah Shell Masih Penjajakan Awal

Meski komunikasi terus berjalan, langkah Shell disebut masih berada pada tahap penjajakan. Pengamat migas Hadi Ismoyo menilai bahwa rencana kembalinya Shell ke Tanah Air masih bersifat umum dan normatif.

“Shell E&P itu hal yang biasa mencari setiap peluang eksplorasi, termasuk di Indonesia. Tapi itu tidak berarti mereka akan segera masuk. Banyak faktor yang mereka pertimbangkan, termasuk iklim investasi yang kondusif,” jelas Hadi.

Menurutnya, ketertarikan Shell didorong oleh masih besarnya potensi sumber daya migas di Indonesia. Saat ini terdapat sekitar 68 cekungan (basin) yang belum dieksplorasi dan berpotensi menyimpan cadangan besar (giant discovery). Namun, keputusan investasi tidak hanya bergantung pada faktor teknis.

“Perlakuan yang tidak simpatik terhadap investor di sektor hilir bisa mempengaruhi minat investasi di hulu. Perusahaan besar seperti ExxonMobil, Shell, dan BP memiliki manajemen terpusat. Jika mereka melihat risiko iklim investasi yang tidak ramah, tentu akan berpikir dua kali untuk kembali ke Indonesia,” tambahnya.

Jejak Shell di Indonesia dan Potensi Kembalinya

Shell sebelumnya pernah aktif di sektor hulu migas Indonesia melalui proyek Abadi LNG di Blok Masela, Laut Arafura. Dalam proyek tersebut, Shell menggenggam 35% saham bersama Inpex Corporation sejak 2011. Namun, pada 2023, Shell resmi mundur dengan menjual seluruh sahamnya kepada Pertamina dan Petronas.

Sejak saat itu, Shell tidak lagi memiliki aset eksplorasi maupun produksi di Indonesia, meski masih aktif di bisnis hilir dan pengembangan energi terbarukan. Langkah eksplorasi kembali di Indonesia, jika terwujud, akan menandai kembalinya Shell ke arena hulu migas nasional setelah dua tahun absen.

Kehadiran Shell diyakini dapat memperkuat daya saing sektor energi nasional, terutama di bidang eksplorasi laut dalam yang memerlukan teknologi tinggi. Pemerintah dan SKK Migas pun disebut terus berupaya menciptakan iklim investasi yang lebih menarik untuk mengundang minat investor global.

Pemerintah Genjot Lelang Wilayah Migas Baru

Di sisi lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempersiapkan langkah strategis untuk mendorong produksi migas nasional. Salah satunya melalui pelelangan 75 wilayah kerja (WK) migas baru tahun ini.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa pemerintah akan mengubah mekanisme lelang dari sebelumnya bertahap menjadi serentak. Menurutnya, pendekatan baru ini akan mempercepat pencapaian target produksi minyak siap jual (lifting) sebesar 900.000 barel per hari (bph) pada 2029.

“Kalau dibuat bertahap seperti itu, ya target peningkatan lifting tidak akan tercapai. Jadi kita memiliki wilayah yang akan kita tawarkan, ada 75 WK. Seperti di toko, jadi kita pajangkan saja semua,” tutur Yuliot di Kompleks DPR RI.

Rencananya, sistem lelang serentak ini akan dieksekusi paling lambat Oktober 2025 dan diberlakukan secara permanen. “Nanti kalau ada badan usaha yang berminat, mereka bisa memilih blok yang diinginkan. Jika lebih dari satu yang tertarik, maka akan dikompetisikan,” tegasnya.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menambahkan bahwa saat ini sudah ada 17 wilayah kerja yang siap ditawarkan dalam tahap awal. Namun, jadwal pelaksanaan lelang berikutnya masih menunggu keputusan lebih lanjut.

“Nanti kami umumkan kembali. Saya lebih suka jika sudah ada output dan outcome baru bicara. Kalau baru mulai, saya belum bisa berkomentar dahulu,” ujarnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index