Harga Minyak Naik 2% Setelah Penurunan, Investor Tetap Waspada Atas Ketidakpastian Tarif

Selasa, 11 Februari 2025 | 09:39:59 WIB
Harga Minyak Naik 2% Setelah Penurunan, Investor Tetap Waspada Atas Ketidakpastian Tarif

JAKARTA - Harga minyak kembali mencatat kenaikan sebesar hampir 2% pada Senin 11 Februari , menyusul kerugian yang dialami selama tiga minggu berturut-turut. Kenaikan ini didorong oleh aktivitas pembelian yang terjadi setelah harga mengalami penurunan sebelumnya, serta ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang mulai mereda. Meskipun demikian, investor tetap berhati-hati terhadap potensi dampak dari ketidakpastian kebijakan tarif yang dapat memengaruhi ekonomi global dan permintaan energi.

Harga minyak mentah jenis Brent ditutup naik $1,21 atau sekitar 1,6% menjadi $75,87 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mencatat kenaikan sebesar $1,32 atau 1,9% menjadi $72,32 per barel. Sebelumnya, harga minyak mengalami penurunan hingga 2,8% pada minggu lalu akibat kekhawatiran meningkatnya ketegangan perdagangan internasional.

"Ketidakpastian tarif adalah inti dari permainan ini. Hal ini memengaruhi selera risiko secara umum dan memiliki efek limpahan ke pasar minyak," kata Harry Tchilinguiran dari Onyx Capital, dikutip dari Reuters. "Setelah penurunan minggu lalu, beberapa orang mungkin membeli saat harga sedang turun," ujarnya.

Langkah Presiden AS, Donald Trump, yang diperkirakan akan menandatangani perintah eksekutif terkait tarif pada Senin atau Selasa turut mempengaruhi pasar. Trump sebelumnya mengumumkan tarif untuk Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, tetapi kemudian menunda penerapannya untuk negara-negara tetangga. Kebijakan tarif ini dapat berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi global serta menurunkan permintaan energi.

Tony Sycamore, seorang analis di IG, menambahkan, "Pasar telah menyadari bahwa berita utama tentang tarif kemungkinan akan terus berlanjut dalam beberapa minggu dan bulan mendatang. Jadi mungkin investor sampai pada kesimpulan bahwa bereaksi negatif terhadap setiap berita utama bukanlah tindakan terbaik."

Seiring dengan ketidakpastian tarif utama, Tiongkok pada hari Senin mulai memberlakukan tarif balasan terhadap beberapa produk ekspor AS. Pedagang minyak dan gas kini tengah mencari keringanan dari Beijing terkait impor minyak mentah dan gas alam cair (LNG) AS.

Di sisi lain, Layanan Antimonopoli Federal Rusia mungkin akan mengawali larangan ekspor bensin selama satu bulan oleh produsen besar untuk menstabilkan harga grosir menjelang musim tanam. Hal ini diungkapkan oleh Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial. "Pasokan minyak mentah dan bensin Rusia yang diekspor yang lebih ketat membuat harga minyak mentah tunai Timur Tengah bergerak lebih tinggi pada awal perdagangan hari ini," ujarnya.

Presiden Trump menyatakan pada hari Minggu, bahwa AS sedang berupaya untuk mencapai kesepakatan dengan Rusia guna mengakhiri perang di Ukraina, tetapi hal ini tergantung pada Presiden Vladimir Putin yang harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu. Sanksi yang diberlakukan pada Rusia sejak 10 Januari telah mengganggu pasokan minyak Moskow ke klien utama seperti Tiongkok dan India.

AS juga meningkatkan tekanan pada Iran pekan lalu, di mana Departemen Keuangan menjatuhkan sanksi baru terhadap individu dan kapal tanker yang membantu pengiriman minyak mentah Iran ke Tiongkok. "Sanksi terhadap Iran dan Rusia ini sangat menyakitkan pasar, karena memperketat pasokan," ungkap Bjarne Schieldrop, analis di SEB. Meningkatnya harga gas alam telah turut mendorong harga minyak dengan meningkatkan permintaan untuk bahan bakar yang lebih murah, tambahnya.

Lebih lanjut, persediaan minyak mentah dan bensin AS diperkirakan meningkat minggu lalu, sementara persediaan sulingan kemungkinan menurun, menurut hasil jajak pendapat awal dari Reuters.

Di tengah dinamika pasar ini, para pelaku industri minyak dan gas terus memantau perkembangan kebijakan tarif serta hubungan internasional yang dapat mempengaruhi harga minyak dan strategi perdagangan mereka ke depan. Dengan volatilitas yang masih terus berlanjut di pasar, keputusan strategis menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan dalam industri energi.

Terkini