Mendikdasmen Tekankan Pentingnya Keterampilan Sosial Anak Melalui LKLB

Selasa, 11 November 2025 | 15:00:20 WIB
Mendikdasmen Tekankan Pentingnya Keterampilan Sosial Anak Melalui LKLB

JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, membuka International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (ICCCRL) atau Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) dengan menekankan pentingnya literasi keagamaan lintas budaya bagi generasi muda. 

Ia menyampaikan bahwa pemahaman terhadap perbedaan agama dan budaya bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi untuk membangun persatuan dan kerja sama dalam masyarakat yang majemuk.

Dalam sambutannya, Mendikdasmen Mu’ti menegaskan bahwa Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (KAIH) menjadi salah satu pendekatan strategis yang diterapkan untuk membentuk karakter generasi muda. 

Program ini membantu anak-anak memiliki keterampilan sosial, membangun persahabatan, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan beragam individu. Penerapan 7 KAIH di sekolah-sekolah diharapkan mampu menanamkan nilai keterbukaan, tanggung jawab, dan keberanian menerima perbedaan sejak dini.

Mu’ti menekankan bahwa pendidikan tidak hanya tentang menguasai materi akademik, tetapi juga membentuk karakter yang dapat menghadapi kehidupan sosial. 

Dengan penguatan literasi keagamaan lintas budaya, anak-anak belajar memahami perspektif orang lain, menghargai perbedaan, dan mengembangkan sikap toleran yang menjadi modal penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Implementasi Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Melalui program Tujuh KAIH, Kemendikdasmen mendorong generasi muda agar aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan olahraga, serta menjalin interaksi dengan individu dari berbagai latar belakang agama dan budaya. 

Aktivitas ini membantu anak-anak tidak hanya mengenal, tetapi juga menghargai perbedaan, sekaligus membentuk jiwa sosial yang tangguh dan adaptif.

Mendikdasmen menegaskan bahwa generasi yang terbiasa berinteraksi lintas budaya memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim, menghormati aturan, dan memiliki kepedulian terhadap sesama. 

Nilai-nilai ini menjadi bagian dari pendidikan karakter yang terpadu dengan pembelajaran akademik. Dengan demikian, setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang inklusif, kreatif, dan berdaya saing global.

Program 7 KAIH juga mengajarkan pentingnya keseimbangan antara kegiatan akademik dan sosial. Anak-anak diajak untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat, menghargai keberagaman, dan mengembangkan kepekaan terhadap isu-isu sosial. 

Pendidikan karakter yang dikombinasikan dengan literasi keagamaan diharapkan mampu membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya

ICCCRL yang digelar Kemendikdasmen bekerja sama dengan Institut Leimena dihadiri lebih dari 200 peserta dari 20 negara.

Termasuk Austria, Denmark, Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Belanda, Swiss, Inggris, Finlandia, Uzbekistan, Bahama, Bulgaria, dan negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Laos, Filipina, Myanmar, dan Kamboja.

Para peserta terdiri dari pejabat pemerintah, akademisi, tokoh agama, pimpinan lembaga internasional, serta guru alumni program LKLB. Mereka hadir untuk berbagi pengalaman, praktik baik, dan strategi pendidikan yang mendukung literasi keagamaan lintas budaya. 

Tema konferensi tahun ini, “Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies,” menekankan peran penting pendidikan dalam membangun sikap saling percaya di masyarakat multikultural dan multiagama.

Konferensi ini juga menjadi wadah berbagi praktik terbaik dari berbagai negara dalam mendidik generasi muda agar toleran dan terbuka terhadap perbedaan. 

Dengan interaksi lintas negara dan budaya, peserta diharapkan dapat membawa inspirasi yang relevan bagi pendidikan karakter di Indonesia, sekaligus memperkuat jejaring internasional di bidang literasi keagamaan.

Dampak Positif Bagi Pendidikan Karakter dan Sosial

Mendikdasmen Mu’ti meyakini bahwa upaya memperkuat literasi keagamaan lintas budaya memiliki dampak positif yang luas bagi pendidikan karakter anak. 

Dengan pembiasaan terhadap nilai-nilai toleransi, saling menghargai, dan kerja sama, anak-anak diharapkan mampu membangun hubungan harmonis dengan lingkungan sosial mereka.

Inisiatif seperti Tujuh KAIH dan konferensi internasional menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mencetak generasi muda Indonesia yang memiliki keterampilan sosial, pemahaman budaya, dan kemampuan berpikir kritis. 

Partisipasi aktif guru dan masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Semakin banyak anak yang terlibat dalam aktivitas lintas budaya, semakin kuat pula fondasi masyarakat Indonesia yang inklusif dan berkeadaban tinggi.

Pendidikan karakter yang selaras dengan literasi keagamaan lintas budaya bukan hanya memberi manfaat bagi individu, tetapi juga mendukung pembangunan masyarakat yang harmonis. 

Dengan begitu, generasi muda Indonesia dapat menjadi pemimpin masa depan yang memahami kompleksitas sosial, menghargai perbedaan, dan mampu memimpin dengan integritas.

Terkini