Bank Indonesia

Bank Indonesia Perkuat Pembiayaan Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular di Forum APRACA Bali

Bank Indonesia Perkuat Pembiayaan Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular di Forum APRACA Bali
Bank Indonesia Perkuat Pembiayaan Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular di Forum APRACA Bali

JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya dalam mendorong pembiayaan pertanian berkelanjutan dan penerapan ekonomi sirkular sebagai strategi nasional dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, krisis sumber daya alam, serta menciptakan model pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Komitmen ini ditegaskan oleh Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam Forum Regional Asia-Pacific Rural and Agricultural Credit Association (APRACA) dan Pertemuan Komite Eksekutif ke-78 yang berlangsung di Bali. Forum ini menjadi wadah strategis bagi 95 lembaga keuangan dan regulator dari 24 negara Asia Pasifik untuk memperkuat kerja sama serta pertukaran keahlian dalam pembiayaan sektor pertanian dan pembangunan pedesaan.

Menurut Destry, ekonomi sirkular saat ini menjadi perhatian global karena kemampuannya dalam menciptakan efisiensi penggunaan sumber daya sekaligus menurunkan tekanan terhadap lingkungan. Di sektor pertanian, pendekatan ini menandai pergeseran dari model produksi “ambil–buat–buang” menjadi sistem regeneratif yang memanfaatkan kembali limbah sebagai sumber daya bernilai.

Dalam pidatonya, Destry menyampaikan tiga langkah strategis yang perlu ditempuh pelaku sektor keuangan untuk memperkuat dukungan terhadap ekonomi sirkular:

“Pertama, memperluas akses pembiayaan melalui solusi inovatif yang mampu mengatasi hambatan agunan. Kedua, menciptakan dan mengembangkan produk-produk keuangan yang selaras dengan prinsip ekonomi sirkular. Ketiga, memperkuat kapasitas lembaga keuangan, khususnya di wilayah perdesaan, agar mampu menilai model bisnis yang ramah iklim dan bersifat nontradisional,” jelas Destry.

Destry menambahkan, BI telah mengadopsi beberapa kebijakan konkret untuk mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular dan pertanian berkelanjutan. Salah satunya melalui kebijakan makroprudensial pro hijau yang mendorong pembiayaan berkelanjutan di sektor pertanian. Di samping itu, BI juga memperluas inklusi keuangan digital bagi petani dengan penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) bebas biaya untuk usaha mikro dan kecil.

“Kami juga terus mengembangkan skema pembiayaan berbasis klaster bersama lembaga strategis untuk memperkuat rantai nilai pertanian,” tambahnya.

Salah satu contoh nyata dari penerapan prinsip ekonomi sirkular yang berhasil adalah Desa Penglipuran di Bali. Destry menyebut desa ini sebagai model integratif antara pertanian sirkular dan sektor pariwisata yang inklusif secara finansial.

“Salah satu contoh adalah Desa Penglipuran di Bali, yang menjadi model integratif antara pariwisata dan pertanian sirkular, didukung oleh ekosistem pembayaran digital yang inklusif,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa pemahaman lembaga keuangan terhadap potensi jangka panjang dan profil risiko rendah dari model bisnis berbasis sirkular sangat penting untuk mendorong pembiayaan yang lebih progresif.

“Dengan dukungan perangkat serta pemahaman yang lebih komprehensif, lembaga keuangan diharapkan mampu melihat potensi nilai jangka panjang serta tingkat risiko yang lebih rendah dari model bisnis sirkular tersebut,” tegas Destry.

Sementara itu, Chairman Agricultural Development Bank of China (ADBC) dan sekaligus Chairman APRACA, Mr. Qian Wenhui, menggarisbawahi tiga dimensi strategis dari ekonomi sirkular dalam sektor pertanian. Pertama, model sistem tertutup ekonomi sirkular dapat mengubah limbah menjadi sumber daya baru dan mengurangi tekanan terhadap ekosistem. Kedua, praktik-praktik seperti tumpangsari dan penggunaan alternatif pestisida ramah lingkungan mendorong ketahanan pangan. Ketiga, penerapan sistem ini mendukung pengurangan emisi karbon dan pencapaian target iklim global melalui pemanfaatan biogas dan pelestarian keanekaragaman hayati.

Forum APRACA di Bali juga dihadiri oleh perwakilan bank sentral dari Bangladesh, Kamboja, dan Nepal, yang turut berbagi pengalaman dalam transformasi sektor pertanian mereka.

Partisipasi aktif BI dalam forum ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam memainkan peran kunci pada agenda transisi hijau di kawasan Asia-Pasifik. Melalui sinergi antara kebijakan moneter, makroprudensial, dan keuangan inklusif berbasis teknologi, Bank Indonesia berharap bisa mendorong pembiayaan pertanian yang lebih tangguh, adaptif, dan berkelanjutan di tengah tantangan global yang semakin kompleks.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index