JAKARTA - Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini dengan potensi penutupan yang sedikit melemah.
Rupiah berada di kisaran Rp16.650–Rp16.690 per dolar AS, mengikuti tren pelemahan tipis sehari sebelumnya yang mencapai 25 poin. Direktur PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan ini muncul akibat kombinasi sentimen eksternal dan domestik.
Faktor eksternal utama datang dari Amerika Serikat, di mana indeks dolar AS melemah karena meningkatnya spekulasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve.
Data ketenagakerjaan ADP menunjukkan penurunan 32.000 tenaga kerja sektor swasta pada November, jauh di bawah ekspektasi pertumbuhan positif. Indeks jasa Institute for Supply Management (ISM) juga mencatat ekspansi moderat, menambah spekulasi pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed mendatang.
Ketidakpastian Politik dan Ketegangan Global
Kondisi pasar global semakin menambah tekanan terhadap rupiah. Media melaporkan pembatalan wawancara sejumlah kandidat pengganti Jerome Powell di AS, memunculkan spekulasi bahwa Kevin Hassett bisa menggantikan Powell dengan kebijakan moneter lebih dovish.
Ketegangan geopolitik juga meningkat setelah Ukraina menyerang pipa minyak Druzhba di Rusia untuk kelima kalinya, jalur pasokan minyak yang penting bagi Hongaria dan Slovakia.
Selain itu, perundingan damai antara pihak AS dan Kremlin kembali gagal mencapai kemajuan, sehingga ketidakpastian global tetap tinggi.
Investor cenderung berhati-hati, memengaruhi arus modal dan fluktuasi nilai tukar, termasuk terhadap rupiah. Kondisi ini menuntut perhatian pelaku pasar untuk mengantisipasi risiko dari dinamika eksternal yang dapat memengaruhi perekonomian domestik.
Faktor Domestik Mendukung Stabilitas Rupiah
Di dalam negeri, tantangan ekonomi masih berlangsung meski ada sejumlah indikator positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5%–5,1% pada 2025, sedikit di bawah target APBN 2025 sebesar 5,2%.
Pemerintah dituntut mempercepat realisasi belanja negara, dengan estimasi penyerapan sekitar Rp934 triliun dalam dua bulan terakhir 2025 untuk mendukung target fiskal.
Perbaikan aktivitas ekonomi kuartal IV-2025 diproyeksikan mencapai 5,08%, sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,04%, ditopang konsumsi Natal dan Tahun Baru.
Beberapa indikator awal menunjukkan perbaikan, seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang naik menjadi 53,3 dan indeks keyakinan konsumen yang mencatat posisi tertinggi dalam lima bulan terakhir. Kondisi ini menjadi sinyal positif bagi stabilitas nilai tukar rupiah meski pasar global masih bergejolak.
Kurs Rupiah di Bank dan Tren Perdagangan
Data e-Rate BCA menunjukkan kurs beli dolar berada di Rp16.648 dan kurs jual di Rp16.668. Bank Mandiri menetapkan kurs beli Rp16.640 dan kurs jual Rp16.670. Sementara itu, BNI mencatat kurs beli Rp16.649 dan kurs jual Rp16.679, sedangkan BRI memperdagangkan dolar dengan kurs beli Rp16.646 dan kurs jual Rp16.673.
Pada pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah bergerak melemah tipis terhadap dolar AS, berada di posisi Rp16.657 per dolar, setara penurunan 0,02% dibandingkan hari sebelumnya.
Fluktuasi tipis ini menunjukkan bahwa rupiah masih cukup stabil meski menghadapi tekanan dari faktor eksternal dan domestik. Pelaku pasar dianjurkan memantau data inflasi, kebijakan moneter AS, serta perkembangan geopolitik global sebagai acuan pengambilan keputusan.