JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI rate pada level 4,75 persen, sekaligus suku bunga deposit facility sebesar 3,75 persen dan suku bunga lending facility di 5,50 persen.
Keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas makroekonomi, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, serta menyesuaikan dengan proyeksi inflasi yang diperkirakan tetap rendah pada kisaran 2,5 persen plus minus 1 persen.
Gubernur BI menekankan, langkah ini sejalan dengan upaya menjaga fundamental nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global, sekaligus memanfaatkan ruang kebijakan moneter yang longgar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Efektivitas transmisi kebijakan ini akan terus dipantau, terutama seiring perkembangan ekonomi domestik dan eksternal.
Sejak September 2024, BI telah menurunkan BI rate sebesar 150 basis poin, menjadikannya level terendah sejak 2022. Penyesuaian ini menunjukkan fokus BI dalam menciptakan kondisi pembiayaan yang lebih longgar bagi perekonomian, tanpa mengorbankan stabilitas harga dan nilai tukar.
Upaya Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Selain kebijakan suku bunga, BI juga menguatkan strategi stabilitas nilai tukar rupiah melalui operasi moneter promarket dan koordinasi dengan pemerintah. Rupiah tercatat menguat 0,45 persen ke level 16.585 per dolar AS dibandingkan akhir September, menunjukkan respons pasar yang positif terhadap kebijakan BI.
Sinergi kebijakan moneter dengan pemerintah, melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), menjadi instrumen penting untuk memastikan perekonomian tetap berkelanjutan.
Koordinasi ini mencakup langkah-langkah bauran antara moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, yang semuanya dirancang untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan.
Langkah strategis ini juga meliputi penguatan likuiditas perbankan, pengendalian risiko sistemik, serta peningkatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran. Dengan demikian, nilai tukar rupiah dapat tetap stabil di tengah fluktuasi global dan tekanan eksternal.
Peningkatan Likuiditas dan Kredit Perbankan
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia juga memperkenalkan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) berbasis kinerja dan berorientasi ke depan, yang efektif mulai Desember 2025. Program ini dirancang untuk memacu pertumbuhan kredit perbankan dan pembiayaan bagi sektor riil.
Selain itu, BI menekankan pentingnya ekspansi sistem pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, serta peningkatan daya tahan infrastruktur pembayaran.
Kebijakan ini sejalan dengan visi pemerintah untuk memperluas akses ekonomi digital, mendorong inklusi keuangan, dan mendukung program Asta Cita Pemerintah.
Efektivitas kebijakan KLM dan penguatan sistem pembayaran akan menjadi faktor kunci dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit, likuiditas, dan stabilitas keuangan. Dengan begitu, sektor perbankan diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pandangan Jangka Panjang Bank Indonesia
Bank Indonesia menegaskan bahwa keputusan mempertahankan BI rate tidak bersifat statis, melainkan fleksibel menyesuaikan kondisi ekonomi dan risiko global. Ke depannya, BI akan terus memantau prospek pertumbuhan, stabilitas nilai tukar, dan tren inflasi, untuk memastikan transmisi kebijakan moneter tetap efektif.
Selain itu, strategi bauran kebijakan makroprudensial, moneter, dan sistem pembayaran diarahkan untuk meningkatkan daya saing perekonomian, mendukung pertumbuhan inklusif, dan memperkuat fondasi ekonomi yang berkelanjutan.
Semua langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa ruang kebijakan BI Rate tetap dapat dimanfaatkan optimal ketika diperlukan.
Melalui kebijakan yang konsisten, Bank Indonesia berharap dapat memberikan kepastian bagi pelaku ekonomi, meningkatkan keyakinan pasar, serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan investasi dan konsumsi domestik.
Fokus utama BI tetap pada pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi terkendali, dan nilai tukar rupiah yang fundamental, sehingga perekonomian nasional mampu menghadapi tantangan global yang dinamis.