JAKARTA - Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah bersiap melanjutkan agenda restrukturisasi besar-besaran yang menjadi bagian penting dari upaya pemulihan kinerja keuangannya.
Langkah strategis tersebut akan dibahas melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan berlangsung pada 12 November 2025.
Melalui forum ini, manajemen Garuda akan meminta persetujuan pemegang saham terkait sejumlah agenda penting, mulai dari penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD), hingga pengalihan sebagian besar aset perusahaan.
Agenda tersebut diharapkan menjadi tonggak baru dalam perjalanan restrukturisasi Garuda Indonesia pasca tekanan keuangan yang dialami beberapa tahun terakhir.
Fokus Utama RUPSLB: Penambahan Modal dan Penguatan Struktur Keuangan
Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan, agenda pertama RUPSLB adalah permintaan persetujuan atas peningkatan modal dasar, ditempatkan, dan disetor, yang akan dilakukan melalui mekanisme PMTHMETD.
Aksi korporasi ini merupakan tindak lanjut dari keputusan RUPSLB pada 30 Juni 2025, yang telah membahas rancangan restrukturisasi menyeluruh dalam rangka penyehatan keuangan Garuda.
Melalui langkah ini, Garuda Indonesia berupaya memperkuat fondasi permodalannya agar mampu menghadapi tantangan bisnis penerbangan yang masih kompetitif.
Salah satu bentuk penambahan modal yang akan dilakukan adalah konversi pinjaman pemegang saham menjadi saham baru, serta penyetoran modal tunai. Kedua langkah tersebut akan membantu memperkuat posisi ekuitas perusahaan sekaligus mengurangi beban bunga dan kewajiban jangka panjang.
Manajemen berharap, injeksi modal ini bisa memberikan ruang bagi Garuda untuk mengoptimalkan kinerja operasional dan menurunkan tekanan likuiditas yang selama ini membebani neraca keuangan.
Pengalihan Aset untuk Efisiensi dan Optimalisasi Aset Produktif
Selain agenda penambahan modal, Garuda Indonesia juga akan meminta restu pemegang saham untuk melakukan pengalihan aset yang nilainya melebihi 50% dari total kekayaan bersih perusahaan.
Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi efisiensi dan restrukturisasi aset agar perusahaan dapat fokus pada unit bisnis yang paling produktif. Berdasarkan keterbukaan informasi, aset yang akan dialihkan meliputi pesawat aktif maupun tidak terpakai, aset bernilai rendah, serta unit peralatan kargo (ULD).
Pengalihan ini diharapkan mampu menekan beban perawatan aset yang tidak efisien serta mempercepat pemulihan arus kas perusahaan. Dalam konteks restrukturisasi jangka panjang, kebijakan tersebut sejalan dengan upaya Garuda untuk membangun model bisnis yang lebih ramping, adaptif, dan berorientasi profitabilitas.
Penyusunan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP)
Agenda lain yang tak kalah penting dalam RUPSLB mendatang adalah pembahasan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2025 tentang Perubahan Keempat atas UU BUMN.
Dokumen RJPP ini akan menjadi peta jalan strategis Garuda Indonesia untuk lima tahun ke depan, mencakup arah pengembangan bisnis, peningkatan efisiensi, serta upaya memperkuat daya saing maskapai di tingkat regional maupun global.
Melalui RJPP tersebut, Garuda diharapkan mampu memetakan strategi jangka panjang yang tidak hanya fokus pada restrukturisasi keuangan, tetapi juga memperkuat fondasi operasional, kualitas layanan, dan digitalisasi bisnis penerbangan.
Dengan perencanaan yang terarah, manajemen optimistis dapat membawa Garuda Indonesia keluar dari fase pemulihan menuju pertumbuhan yang berkelanjutan.
Harapan Baru Setelah Fase Restrukturisasi
Restrukturisasi yang dijalankan Garuda Indonesia sejatinya merupakan kelanjutan dari proses panjang penyelamatan perusahaan pasca terdampak pandemi COVID-19.
Dalam beberapa tahun terakhir, maskapai ini berhasil melakukan restrukturisasi utang dengan berbagai kreditur, termasuk lessor pesawat dan lembaga keuangan global.
Kini, dengan dukungan pemegang saham dan pemerintah melalui berbagai mekanisme penyertaan modal, Garuda berupaya memperkuat kembali struktur permodalannya. Aksi korporasi yang akan dibahas dalam RUPSLB diharapkan dapat mengokohkan posisi Garuda di industri penerbangan nasional.
Selain menyehatkan struktur keuangan, langkah ini juga diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor dan mitra bisnis, sekaligus membuka peluang ekspansi layanan yang lebih luas.
Komitmen Garuda Indonesia Menuju Pemulihan Penuh
Manajemen Garuda Indonesia menyadari bahwa proses pemulihan penuh tidak bisa dilakukan secara instan. Namun, melalui agenda restrukturisasi yang terencana dan transparan, perusahaan optimistis dapat melangkah lebih stabil ke depan.
RUPSLB yang akan digelar pada November mendatang menjadi momentum penting untuk memperkuat arah bisnis Garuda dalam menghadapi persaingan industri penerbangan yang semakin ketat.
Dukungan dari seluruh pemegang saham diharapkan mampu mempercepat implementasi program restrukturisasi dan mendorong Garuda kembali menjadi maskapai kebanggaan nasional yang sehat dan kompetitif.
Dengan penambahan modal, optimalisasi aset, dan peta jalan bisnis jangka panjang yang solid, Garuda Indonesia menatap masa depan dengan keyakinan baru — terbang lebih tinggi, lebih efisien, dan lebih berkelanjutan.