JAKARTA - Harga batu bara global menunjukkan tren melemah setelah data terbaru produksi China pada September 2025 mengungkap penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan produksi ini dipicu oleh pembatasan operasional yang masih berlangsung, sebagai bagian dari upaya pemerintah China mengendalikan kapasitas industri berat seperti batu bara dan baja.
Harga batu bara Newcastle untuk Oktober 2025 tercatat stabil di US$104 per ton. Sementara itu, kontrak November 2025 turun US$0,25 menjadi US$106,5 dan Desember 2025 melemah US$0,35 menjadi US$107,95 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk Oktober 2025 turun US$0,7 menjadi US$92,05, sedangkan November naik tipis US$0,3 menjadi US$94,65 dan Desember naik US$0,15 menjadi US$95,5 per ton.
Data resmi menunjukkan bahwa China memproduksi 411,51 juta ton batu bara pada September 2025, turun 1,8% secara tahunan, meskipun meningkat dari 390,5 juta ton pada Agustus. Penurunan ini sejalan dengan kampanye pemerintah China untuk menstabilkan harga dan mengurangi kelebihan kapasitas di sektor industri berat.
Dampak Penurunan Produksi terhadap Pasar Global
Meski terjadi penurunan produksi di China, batu bara tetap menjadi komponen penting dalam bauran energi global. Saat ini, sekitar 2.500 pembangkit listrik tenaga batu bara masih beroperasi di berbagai negara.
Laporan International Energy Agency (IEA) menyebutkan bahwa batu bara menyumbang sekitar 35% dari pembangkit listrik global pada 2025. China, India, dan Amerika Serikat menjadi tiga negara utama yang menambah kapasitas pembangkit batu bara terbaru.
Dengan harga batu bara yang stagnan di US$104 per ton pada perdagangan Selasa, tren harga selama sebulan terakhir hanya naik tipis 0,10%, namun masih lebih rendah 28,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara historis, harga batu bara pernah mencapai rekor tertinggi di US$457,80 per ton pada September 2022.
Analisis pasar menyebutkan bahwa fluktuasi harga ini dapat menjadi peluang bagi investor jangka panjang yang memanfaatkan tren stabilisasi energi konvensional. Meskipun dunia mendorong transisi energi bersih, kebutuhan listrik berbasis batu bara tetap tinggi, terutama di negara berkembang.
Prospek Batu Bara di Tengah Transisi Energi
Meskipun ada tekanan harga akibat penurunan produksi China, batu bara masih memiliki peran strategis. Kapasitas pembangkit batu bara yang besar di beberapa negara menjamin kebutuhan energi tetap terpenuhi.
Negara-negara seperti China dan India terus menambah kapasitas pembangkit baru, menegaskan batu bara tetap relevan dalam waktu dekat.
Selain itu, teknologi efisiensi energi di pembangkit batu bara semakin maju. Hal ini memungkinkan pengoperasian yang lebih ramah lingkungan, sekaligus menekan biaya operasional. Pemerintah di berbagai negara pun mengeluarkan regulasi untuk memaksimalkan efisiensi pembangkit yang ada tanpa menambah produksi yang berlebihan.
Di Indonesia sendiri, pengelolaan batu bara menjadi bagian dari strategi energi nasional. Perusahaan tambang dan pembangkit listrik terus menyesuaikan produksi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan domestik dan ekspor, sekaligus memanfaatkan harga batu bara global yang cenderung stabil saat ini.
Strategi Investor dan Pelaku Industri Batu Bara
Investor dan pelaku industri perlu mencermati dinamika produksi dan harga global. Penurunan produksi China yang signifikan menjadi salah satu faktor penggerak harga batu bara di pasar internasional. Namun, fakta bahwa kebutuhan listrik berbasis batu bara tetap tinggi memberikan sinyal positif bagi keberlanjutan industri ini.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan energi bersih, kombinasi antara efisiensi operasional dan diversifikasi energi dapat membantu industri batu bara tetap kompetitif. Peluang investasi di sektor ini tetap terbuka, terutama bagi pihak yang mampu menyesuaikan strategi dengan perubahan harga dan kebijakan global.
Secara keseluruhan, meskipun harga batu bara saat ini mengalami koreksi ringan, industri dan pasar tetap menunjukkan stabilitas jangka menengah.
Pemantauan terus-menerus terhadap produksi China, tren konsumsi energi global, dan kebijakan pemerintah masing-masing negara menjadi kunci dalam menentukan strategi bisnis maupun investasi di sektor batu bara.
Dengan kombinasi antara kebutuhan energi konvensional dan langkah transisi energi, batu bara tetap menjadi komoditas strategis yang patut diperhitungkan dalam perekonomian global maupun domestik.