JAKARTA - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat capaian menggembirakan pada kuartal III tahun 2025.
Sepanjang periode Juli hingga September 2025, realisasi investasi nasional mencapai Rp491,4 triliun, dengan kontribusi besar dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp279,4 triliun dan penanaman modal asing (PMA) senilai Rp212 triliun.
Capaian tersebut menunjukkan pertumbuhan 13,9 persen secara tahunan (year-on-year) dibandingkan kuartal III tahun 2024 yang mencapai Rp431,5 triliun.
Meski pertumbuhannya sedikit melambat dibanding tahun lalu yang sempat menembus 15,24 persen, pemerintah menilai hasil ini tetap positif di tengah dinamika ekonomi global dan ketegangan geopolitik.
Realisasi investasi pada periode ini juga telah menyumbang 25,8 persen dari target nasional 2025 sebesar Rp1.905,6 triliun, yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai bagian dari strategi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
Sumbangan Asing Tetap Kuat, Namun PMDN Makin Dominan
Dari total investasi yang terealisasi, kontribusi PMDN tercatat mencapai 56,9 persen atau Rp279,4 triliun, sedangkan porsi PMA sebesar 43,1 persen atau Rp212 triliun. Hal ini menunjukkan semakin kuatnya peran investor domestik dalam menggerakkan roda ekonomi nasional.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menilai tren tersebut sebagai sinyal positif dari kepercayaan pelaku usaha lokal terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan pemerintah.
“Kita lihat di tengah tantangan geopolitik dan geoekonomi yang masih berlangsung, tren ke depan justru menunjukkan sinyal positif. Berdasarkan revisi proyeksi pertumbuhan dari World Bank dan OECD, kita berharap momentum ini terus meningkat,” ujar Rosan di kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta.
Selain itu, penyerapan tenaga kerja dari investasi kuartal III/2025 mencapai 696.478 orang, yang turut memperkuat peran investasi sebagai motor penggerak ekonomi dan pencipta lapangan kerja.
Pemerataan Investasi: Luar Jawa Jadi Pusat Pertumbuhan Baru
Salah satu hal menarik dari laporan kali ini adalah semakin meratanya persebaran investasi di Indonesia. Dari total Rp491,4 triliun, sebanyak Rp265,8 triliun atau 54,1 persen mengalir ke luar Pulau Jawa. Sementara Rp225,6 triliun atau 45,6 persen sisanya masuk ke wilayah Jawa.
Menurut Rosan, Sulawesi Tengah menjadi wilayah dengan pertumbuhan investasi tertinggi, didorong oleh proyek hilirisasi industri logam dan pertambangan.
Pemerintah menilai keberhasilan ini sebagai hasil dari strategi hilirisasi yang konsisten dan kebijakan yang pro terhadap pemerataan pembangunan.
Langkah ini sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo untuk mendorong investasi tidak hanya terpusat di Jawa, tetapi juga berkembang di luar Jawa melalui penguatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan infrastruktur pendukung industri di berbagai provinsi.
Sektor Logam dan Pertambangan Masih Jadi Primadona
Dari sisi sektoral, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi penyumbang investasi terbesar, yakni Rp62 triliun. Disusul oleh sektor pertambangan sebesar Rp55,9 triliun, serta transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi yang mencapai Rp52,6 triliun.
Sektor lainnya yang mencatat kontribusi besar meliputi jasa lainnya senilai Rp44,3 triliun dan perdagangan serta reparasi dengan total Rp34,5 triliun. Data ini menunjukkan bahwa fokus pemerintah terhadap hilirisasi industri dan infrastruktur digital mulai menampakkan hasil.
Peningkatan investasi di sektor hilirisasi juga diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global dan mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah.
Negara Asal Investasi Asing Masih Didominasi Singapura
Dari sisi sumber PMA, Singapura masih menjadi investor asing terbesar di Indonesia dengan total nilai investasi mencapai US$3,8 miliar. Disusul oleh Hong Kong sebesar US$2,7 miliar, China US$1,9 miliar, Malaysia US$1 miliar, dan Amerika Serikat US$800 juta.
Namun Rosan menambahkan, jika investasi Hong Kong dan China digabungkan, nilainya mencapai US$4,6 miliar, sehingga sebenarnya lebih tinggi dibanding Singapura. “Sebetulnya kalau kita combine dua ini (Hong Kong dan China), angkanya menjadi US$4,6 miliar, lebih besar dari Singapura,” jelasnya.
Peningkatan aliran modal dari Asia Timur dan Tenggara ini menunjukkan adanya kepercayaan tinggi investor terhadap potensi ekonomi Indonesia, khususnya dalam proyek-proyek hilirisasi, infrastruktur, dan energi terbarukan.
Momentum Pertumbuhan di Tengah Tantangan Global
Capaian positif kuartal III/2025 ini menjadi bukti bahwa Indonesia masih menjadi destinasi investasi menarik di kawasan Asia Tenggara, bahkan ketika kondisi global masih dipenuhi ketidakpastian.
Menurut pengamat ekonomi, stabilitas makroekonomi, reformasi perizinan, serta kebijakan hilirisasi dan digitalisasi industri menjadi kunci yang menjaga daya saing Indonesia di mata investor global.
“Meski pertumbuhan melambat dibanding tahun lalu, namun secara kualitas investasi semakin baik. Komposisinya kini lebih banyak ke sektor produktif yang berorientasi ekspor dan nilai tambah,” ujar seorang analis ekonomi.
Menuju Akhir Tahun, Pemerintah Optimistis Target Tercapai
Dengan realisasi Rp491,4 triliun di kuartal ketiga, total capaian investasi sejak awal tahun sudah mendekati tiga perempat dari target nasional 2025 sebesar Rp1.905,6 triliun. Pemerintah optimistis target tersebut dapat tercapai bahkan berpotensi terlampaui, seperti tren tahun-tahun sebelumnya.
Kementerian Investasi menegaskan akan terus memperkuat pelayanan dan kemudahan berusaha, terutama lewat Online Single Submission (OSS) dan promosi investasi di sektor prioritas seperti energi bersih, manufaktur, infrastruktur digital, serta pertanian berkelanjutan.
Realisasi investasi kuartal III/2025 menunjukkan ketahanan ekonomi nasional yang kuat dengan nilai Rp491,4 triliun, meningkat 13,9 persen dari tahun sebelumnya.
Didukung oleh peningkatan PMDN, sebaran investasi luar Jawa, serta pertumbuhan sektor logam dan pertambangan, capaian ini menjadi bukti keberlanjutan kebijakan hilirisasi dan kepercayaan investor terhadap Indonesia.
Dengan tren positif tersebut, pemerintah yakin momentum pertumbuhan investasi akan terus berlanjut hingga akhir tahun, menjadikan 2025 sebagai salah satu periode penting dalam perjalanan transformasi ekonomi Indonesia menuju negara industri maju.