Ekspor Jagung

APJI Dorong Bulog Tingkatkan Fasilitas Silo dan Dryer Demi Ekspor Jagung

APJI Dorong Bulog Tingkatkan Fasilitas Silo dan Dryer Demi Ekspor Jagung
APJI Dorong Bulog Tingkatkan Fasilitas Silo dan Dryer Demi Ekspor Jagung

JAKARTA - Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) menilai penguatan fasilitas pascapanen menjadi langkah penting untuk meningkatkan daya saing jagung nasional di pasar ekspor. 

APJI meminta agar Perum Bulog dilengkapi sarana penyimpanan dan pengeringan modern seperti silo dan dryer, guna memperkuat rantai pascapanen sekaligus menjaga mutu jagung yang dihasilkan petani.

Ketua Umum APJI, Sholahuddin, menjelaskan bahwa hingga kini sebagian besar petani jagung di Indonesia masih mengandalkan metode pengeringan manual. Cara tersebut dianggap kurang efisien untuk skala besar serta menghasilkan kadar air yang tidak seragam, sehingga mutu produk kerap tidak memenuhi standar ekspor.

“Peningkatan ekspor perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas pascapanen. Jagung kita harus dikeringkan secara mekanis agar kadar airnya sesuai standar ekspor,” ujar Sholahuddin.

Pentingnya Peran Bulog dalam Menjaga Kualitas dan Stok

Menurut Sholahuddin, keberadaan fasilitas silo dan dryer di Bulog dapat berperan besar dalam menjaga stabilitas pasokan dan mutu hasil panen. Dengan adanya sarana tersebut, Bulog bisa membeli jagung dari petani dengan kadar air berapa pun dan mengeringkannya sesuai standar kualitas yang dibutuhkan pasar ekspor.

“Kalau Bulog punya silo dan dryer, mereka bisa membeli jagung petani dalam kondisi kadar air berapa pun. Dari situ, baru bisa dijaga kualitas dan kontinuitas ekspor kita,” tegasnya.

Bulog memang telah memiliki sejumlah fasilitas serupa, namun sebagian besar masih difokuskan untuk komoditas gabah dan beras. Kapasitas untuk penanganan jagung dinilai masih terbatas, sehingga belum optimal dalam mendukung stabilisasi pasokan serta ekspor jagung nasional.

Tren Positif Ekspor Jagung Indonesia

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor jagung Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada Juni 2025, mencapai 6,4 ribu ton, meningkat tajam dari kisaran 0,1–0,2 ribu ton per bulan sebelumnya. 

Lonjakan tersebut terjadi bersamaan dengan musim panen kedua, di mana stok hasil panen raya pada awal tahun masih melimpah. “Sekitar 60% produksi jagung nasional berasal dari panen Februari–Maret, sehingga stok yang tersisa pada pertengahan tahun dapat dialihkan sebagian untuk ekspor,” jelas Sholahuddin.

Namun demikian, ia menekankan bahwa peningkatan ekspor secara berkelanjutan hanya dapat diwujudkan apabila kualitas hasil panen terus dibenahi melalui modernisasi proses pascapanen. Upaya memperkuat fasilitas pengeringan dan penyimpanan menjadi langkah kunci untuk menjaga mutu dan memenuhi standar internasional.

Optimisme Ekspor dan Peningkatan Produksi Daerah

Meski masih menghadapi sejumlah tantangan, Sholahuddin tetap optimistis terhadap prospek ekspor jagung Indonesia di tahun mendatang. Optimisme tersebut diperkuat oleh adanya proyek penanaman jagung seluas 1 juta hektare yang digagas Polri, dengan target produksi mencapai 10 juta ton.

Di sejumlah daerah, produktivitas jagung juga menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Sebagai contoh, di Lamongan, hasil panen mencapai 8–9 ton per hektare, jauh di atas rata-rata nasional yang berkisar 5–6 ton per hektare.

“Produksi kita sudah bagus, harga juga stabil di kisaran Rp 5.000 – Rp 6.000 per kilogram. Sekarang tinggal bagaimana memperkuat pengolahan pascapanen agar standar kualitasnya setara dengan permintaan luar negeri,” ujarnya.

Saat ini, sebagian besar ekspor jagung Indonesia masih ditujukan ke negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina dan Malaysia. Selain faktor jarak yang lebih dekat dan efisien secara ekonomi, jagung Indonesia juga memiliki keunggulan dalam kesegaran karena waktu penyimpanannya lebih singkat dibandingkan produk dari Amerika Serikat.

“Secara keekonomian lebih efisien karena jaraknya dekat. Selain itu, jagung kita juga lebih segar dibandingkan produk dari Amerika yang umumnya sudah lama disimpan,” jelas Sholahuddin.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index