Minyak

Minyak Dunia Menguat Setelah Sinyal Positif dari Hubungan Dagang AS-China

Minyak Dunia Menguat Setelah Sinyal Positif dari Hubungan Dagang AS-China
Minyak Dunia Menguat Setelah Sinyal Positif dari Hubungan Dagang AS-China

JAKARTA - Harga minyak dunia kembali menguat sekitar 1 persen setelah sempat menyentuh posisi terendah dalam lima bulan. 

Penguatan ini terjadi seiring harapan membaiknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, dua negara dengan konsumsi energi terbesar di dunia. Harga minyak mentah Brent naik 87 sen atau sekitar 1,39 persen menjadi US$63,60 per barel, setelah sebelumnya turun tajam 3,82 persen. 

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat juga naik 87 sen atau 1,48 persen menjadi US$59,77 per barel, menandai pembalikan arah setelah pelemahan 4,24 persen di sesi sebelumnya.

Kenaikan harga ini memberikan sinyal bahwa pasar mulai menaruh harapan baru terhadap hasil positif dari kemungkinan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dinilai dapat meredakan ketegangan perdagangan global.

Ekspektasi Pertemuan Pemimpin Dunia Dorong Harga Minyak Menguat

Optimisme pasar tumbuh setelah kabar mengenai potensi pertemuan Trump dan Xi di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan. Pertemuan tersebut diharapkan menjadi momentum penting untuk mengurangi eskalasi konflik dagang yang selama ini menekan harga minyak dan sektor energi global.

Ketegangan meningkat pekan sebelumnya setelah Beijing memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang, sementara Washington membalas dengan ancaman tarif tambahan hingga 100 persen terhadap ekspor asal China mulai awal November. 

Namun, adanya sinyal diplomasi terbuka dari kedua belah pihak memberi dorongan positif bagi pergerakan harga minyak dunia.

Perwakilan Dagang AS Jamison Greer menyatakan bahwa peluang pertemuan antara kedua pemimpin masih terbuka lebar dan menjadi bagian dari upaya diplomasi ekonomi yang sedang diupayakan.

Pasar Menanti Kejelasan dari Kebijakan Dagang AS-China

Meski ada sinyal positif, pelaku pasar tetap berhati-hati menunggu kejelasan mengenai langkah konkret kedua negara. Analis dari Goldman Sachs mencatat bahwa saat ini pasar berada pada fase menunggu, sambil mencermati apakah kebijakan perdagangan baru yang diumumkan akan benar-benar diterapkan atau hanya menjadi strategi negosiasi politik.

Dalam catatan risetnya, Goldman Sachs menilai skenario paling mungkin adalah kedua negara memilih menahan kebijakan yang paling agresif dan memperpanjang jeda eskalasi tarif seperti yang sempat disepakati beberapa bulan sebelumnya. Sikap ini, jika terealisasi, diyakini dapat menjaga stabilitas harga minyak di level moderat.

Namun demikian, analis memperingatkan bahwa risiko peningkatan tensi dagang masih cukup tinggi. Hal ini berpotensi menekan harga minyak kembali apabila salah satu pihak memutuskan melanjutkan kebijakan pembatasan ekspor atau penambahan tarif baru.

Pasar Energi Global Masih Waspada terhadap Ketidakpastian

Sebelumnya, pasar minyak sempat mengalami tekanan signifikan pada Maret dan April ketika ketegangan perdagangan antara AS dan China mencapai puncaknya. Saat itu, pelaku pasar bereaksi negatif terhadap meningkatnya ancaman tarif impor dan perlambatan ekonomi global.

Kini, meski harga minyak menunjukkan pemulihan, sebagian besar analis tetap menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Harapan utama tertuju pada terciptanya kesepakatan baru antara Washington dan Beijing agar perdagangan global bisa lebih stabil dan harga energi tidak terlalu fluktuatif.

Pergerakan harga minyak yang kembali menguat menandakan adanya optimisme di pasar, namun juga memperlihatkan betapa rentannya sektor energi terhadap dinamika geopolitik. 

Jika upaya diplomasi berjalan baik, harga minyak berpotensi terus meningkat secara bertahap seiring pulihnya kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index