ARA saham artinya apa? Dalam konteks perdagangan saham, ARA atau Auto Rejection Atas saham merujuk pada batasan otomatis yang diterapkan pada pergerakan harga saham dalam satu sesi perdagangan.
Ini adalah mekanisme yang diterapkan oleh Bursa Efek Indonesia untuk mencegah fluktuasi harga yang ekstrem dalam waktu singkat. Jika harga saham bergerak melebihi batas yang telah ditentukan, maka transaksi tersebut akan dihentikan sementara.
Dalam investasi saham, mekanisme ARA ini penting untuk menjaga stabilitas pasar saham dan memberikan kesempatan kepada investor untuk mempertimbangkan keputusan mereka lebih hati-hati.
Pada dasarnya, ARA bertujuan untuk melindungi pasar dari gejolak harga yang terlalu tajam yang dapat merugikan investor.
ARA saham merupakan langkah untuk menjaga keseimbangan dalam perdagangan saham, menghindari ketidakstabilan harga, serta memberikan waktu bagi investor untuk merespons pergerakan pasar dengan lebih baik.
Nah, untuk lebih memahami tentang ARA saham artinya apa serta manfaat dan perbedaannya dengan ARB, simak ulasannya berikut ini.
ARA Saham Artinya
Jadi, ARA saham artinya apa? Ini merupakan singkatan dari Auto Reject Atas, yang merujuk pada batas maksimal kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan.
Ketika saham mencapai batas ini, harga saham tersebut tidak dapat naik lebih lanjut pada hari yang sama.
ARA ini berfungsi sebagai pengatur pergerakan harga saham di pasar modal agar tidak terjadi lonjakan yang terlalu tajam, memberikan kestabilan pada pasar.
Keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-00023/BEI/03-2020 mengatur bahwa batas ARA untuk setiap saham berbeda-beda, tergantung pada harga saham tersebut.
Saham yang baru terdaftar di pasar modal, atau yang sedang melakukan Initial Public Offering (IPO), biasanya memiliki ARA yang lebih tinggi, mengingat tingginya minat pembeli di hari pertama perdagangan.
Hal ini terjadi karena banyak investor yang ingin membeli saham dengan harga yang relatif murah pada saat IPO.
Perbedaan ARA Saham dan ARB Saham
Jika dilihat berdasarkan batas pergerakan harga, saham dapat dikategorikan setidaknya dalam dua jenis, yaitu ARA saham dan ARB saham.
Kedua istilah ini digunakan dalam dunia investasi saham, yang mempertimbangkan sifat saham yang cenderung fluktuatif, yang seringkali membuat investor merasa kesulitan untuk menghadapinya.
Fluktuasi harga saham ini terjadi dalam rentang waktu tertentu. Untuk memahami kedua jenis saham tersebut dan perbedaannya, berikut adalah penjelasan lebih lanjut.
1. ARA Saham
Seringkali, pengertian tentang jenis saham yang satu ini kurang dipahami dengan baik, terutama oleh investor yang baru memulai.
ARA saham merujuk pada saham yang mengalami kenaikan harga secara signifikan, sehingga mencapai batas atas yang telah ditentukan.
Ketika saham terus mengalami kenaikan dan menyentuh batas atas yang telah ditetapkan, kondisi ini dikenal sebagai Auto Rejection Atas (ARA).
Untuk mengetahui apakah saham sedang mengalami ARA, dapat dilihat dari ciri-cirinya, di antaranya adalah tidak ada lagi order jual yang tertinggal pada antrean (offering).
Selain itu, untuk menghitung apakah suatu saham mengalami ARA, seperti yang terjadi pada saham A pada tahun 2020 atau 2021, perhitungan ARA bisa dilakukan.
Misalnya, jika harga saham A kemarin ditutup pada harga Rp5.000, dan batas ARA saham tersebut adalah 25%, maka kenaikan maksimum harga saham A pada hari ini adalah:
Rp5.000 + (Rp5.000 x 25%) = Rp6.250
Dengan contoh perhitungan tersebut, jika harga saham A melebihi Rp6.250, maka saham tersebut akan mencapai batas ARA dan tidak bisa lagi mengalami kenaikan harga pada hari tersebut.
2. ARB Saham
ARB saham merupakan kebalikan dari ARA saham, yang dikenal dengan sebutan Auto Rejection Bawah. Kondisi ini terjadi ketika harga saham mengalami penurunan secara bertahap dalam waktu yang signifikan.
Untuk mengetahui apakah suatu saham terkena ARB, ada dua cara yang bisa digunakan, yakni melalui ciri-ciri saham dan perhitungan harga saham tersebut.
Pertama, ciri-ciri saham yang terkena ARB adalah tidak akan ditemukan lagi order pembelian pada antrean beli.
Kedua, perhitungan ARB saham didasarkan pada persentase penurunan harga yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh, jika saham B ditutup pada harga Rp6.000 pada hari sebelumnya dan batas penurunan ARB yang ditetapkan adalah 7%, maka perhitungan harga saham B yang terkena ARB dapat dilakukan sebagai berikut:
Rp6.000 - (Rp6.000 x 7%) = Rp5.580
Artinya, jika harga saham B mencapai atau berada di bawah Rp5.580, saham B ini akan dinyatakan terkena ARB dan tidak akan bisa turun lebih jauh lagi pada hari itu.
Batas Harga Atas dan Bawah Auto Rejection Saham
Untuk kamu yang tertarik untuk memulai investasi saham, sangat penting untuk memahami terlebih dahulu batas harga atas dan bawah yang diterapkan dalam sistem auto rejection.
Batas Auto Rejection mengacu pada peraturan yang mengatur batas minimum dan maksimum harga saham, baik yang mengalami kenaikan maupun penurunan dalam periode perdagangan tertentu.
Secara prosedural, sistem bursa akan secara otomatis menolak order jual atau beli jika harga saham sudah melebihi batas yang telah ditentukan, baik itu batas atas pada Auto Rejection Atas (ARA) atau batas bawah pada Auto Rejection Bawah (ARB).
Penetapan batas ini telah diatur oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan perhitungan tertentu.
Tujuan utama dari diberlakukannya auto rejection adalah untuk memastikan agar perdagangan saham di pasar Indonesia berlangsung secara wajar dan terkendali.
Berdasarkan Keputusan Direksi Nomor Kep-00023/BEI/03-2020, berikut adalah persentase batasan Auto Rejection yang berlaku di pasar saham Indonesia:
Untuk saham dengan harga antara Rp50—Rp200, batas kenaikan dan penurunan harga saham dalam satu hari adalah sebesar 35%.
Untuk saham dengan harga antara Rp200—Rp5.000, batas kenaikan dan penurunan harga saham dalam satu hari adalah sebesar 25%.
Untuk saham dengan harga di atas Rp5.000, batas kenaikan dan penurunan harga saham yang diterapkan adalah sebesar 20% dalam satu hari.
Selain ketentuan batas nilai saham yang telah ditetapkan oleh BEI, penting juga untuk diperhatikan bahwa untuk saham yang baru melakukan IPO atau yang baru saja terdaftar di bursa (listing), batas auto rejection yang diterapkan akan menjadi dua kali lipat dari persentase yang telah disebutkan sebelumnya.
Di samping itu, terdapat pembatasan mengenai jumlah maksimal pembelian saham, yaitu sebanyak 50.000 lot atau 5% dari jumlah efek yang tercatat, mana yang lebih kecil di antara keduanya.
Apabila seorang investor melanggar ketentuan ini, maka order saham yang dilakukan akan diterima statusnya sebagai "rejected" atau ditolak otomatis (auto rejection).
Selain itu, perlu juga memahami perihal jangka waktu dan periode saham. Mengingat volatilitas saham yang tinggi dalam periode tertentu, terutama setelah terjadinya pandemi, batasan ARB untuk beberapa saham pun telah diubah menjadi 7% (auto reject asimetris).
Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi penurunan harga saham yang terlalu tajam dan untuk menahan IHSG dari penurunan yang signifikan.
Manfaat ARA Saham
Secara umum, tujuan penetapan batasan Auto Rejection Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB) saham oleh BEI adalah untuk mencegah pergerakan harga saham yang terlalu ekstrem.
Secara spesifik, penerapan ARA bertujuan untuk membatasi kenaikan harga saham agar tidak terlalu tinggi, sedangkan ARB bertujuan untuk memastikan harga saham tidak turun terlalu rendah.
Manfaat dari ARA dan ARB dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik investor maupun perusahaan. Berikut adalah manfaat lebih rinci.
1. Bagi Investor
Manfaat ARA dan ARB dapat dirasakan oleh investor dan trader di pasar saham. Biasanya, seorang trader dapat memperoleh keuntungan dengan membeli saham pada harga yang rendah (di batas ARB) dan menjualnya kembali ketika harga sudah mencapai batas ARA.
Sistem ARA dan ARB memberikan jaminan kepada trader bahwa mereka akan mendapatkan saham dengan harga yang lebih terjangkau dalam batas waktu yang ditentukan, sehingga mengurangi risiko ekstrem yang dapat terjadi dalam perdagangan saham.
2. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan yang sahamnya diperdagangkan, adanya ARA dan ARB juga sangat bermanfaat. Penetapan batasan harga ini dapat melindungi nilai saham perusahaan dengan mencegah terjadinya penurunan harga yang terlalu drastis.
Hal ini secara langsung dapat meminimalkan potensi kerugian yang dapat dialami perusahaan akibat pergerakan harga yang tidak terkendali.
Tips sebelum Beli Saham Kategori ARA dan ARB
Setelah memahami konsep ARA dan ARB, saatnya untuk menerapkan strategi yang tepat dalam membeli saham. Berikut beberapa tips yang dapat membantu sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada saham yang termasuk dalam kategori ARA atau ARB:
1. Amati Harga Tawar
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengamati harga tawar saham tersebut. Sebelum berinvestasi, sangat penting untuk mengetahui harga yang wajar untuk saham dari emiten tersebut.
Jangan ragu untuk mencari informasi mengenai harga tawar yang sesuai dengan kondisi pasar.
2. Pahami Market Cap Saham
Selanjutnya, pastikan untuk memahami market cap dari saham yang ingin dibeli. Market cap mengacu pada total nilai pasar dari saham yang beredar.
Saham dengan market cap besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki nilai fundamental yang solid dan stabil.
3. Lakukan Analisis Fluktuasi Saham
Lakukan analisis terhadap fluktuasi harga saham ARA dan ARB secara rutin. Kondisi harga saham dapat berubah-ubah, sehingga analisis yang terus-menerus dapat membantu menghindari kerugian besar akibat perubahan yang tidak terduga.
4. Analisis Prospek Perusahaan di Masa Depan
Sangat penting untuk mengevaluasi prospek jangka panjang perusahaan. Pelajari apakah perusahaan memiliki potensi untuk bertahan dan berkembang di masa depan, serta bagaimana kinerja dan inovasi mereka dapat memengaruhi nilai saham ke depan.
Sebagai penutup, ARA saham artinya adalah batas maksimal kenaikan harga saham yang ditetapkan untuk menjaga kestabilan pasar, memastikan bahwa pergerakan harga tetap wajar dan terkendali.