Update Harga Mineral dan Batu Bara Menguat di Paruh Kedua November, Sektor Tambang

Senin, 17 November 2025 | 10:31:05 WIB
Update Harga Mineral dan Batu Bara Menguat di Paruh Kedua November, Sektor Tambang

JAKARTA - Perkembangan harga komoditas tambang pada periode kedua November menunjukkan dinamika yang cukup beragam. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan harga acuan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 365 Tahun 2025, dan hasil penetapan itu memperlihatkan adanya penguatan pada beberapa jenis mineral, sementara sebagian lainnya mencatat koreksi tipis.

Pada kelompok batu bara, pergerakan harga menunjukkan variasi. Batu bara 6.322 GAR berada pada posisi 102,03 dolar AS per ton. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, yang tercatat di 103,75 dolar AS per ton. 

Perubahan ini menggambarkan adanya tekanan ringan pada segmen batu bara dengan kalori lebih tinggi, meski penurunannya relatif terbatas.

Sementara itu, harga untuk batu bara 5.300 GAR mengalami pergerakan berbeda. Komoditas ini mencatat kenaikan kecil menjadi 67,29 dolar AS per ton dari 67,22 dolar AS. Kenaikan tipis tersebut tetap menjadi indikator bahwa permintaan di kategori ini bergerak stabil.

Untuk jenis batu bara 4.100 GAR, harganya naik ke level 44,29 dolar AS per ton. Peningkatan serupa juga terlihat pada batu bara 3.400 GAR yang bergerak menjadi 33,88 dolar AS per ton dari posisi sebelumnya di 33,74 dolar AS.

Kombinasi kenaikan dan penurunan kecil ini memperlihatkan bahwa pasar batu bara tengah berada dalam pola fluktuatif, dipengaruhi faktor pasokan global dan kondisi permintaan di berbagai wilayah.

Pergerakan Harga Mineral Acuan

Pada komoditas mineral, tren penguatan tampak lebih jelas. Salah satu yang mengalami lonjakan terbesar adalah kobalt. Komoditas ini melonjak signifikan menjadi 47.571 dolar AS per dmt, naik dari 42.283 dolar AS yang tercatat pada awal November. 

Kenaikan ini menandakan adanya permintaan yang kuat, terutama dari industri baterai dan kendaraan listrik yang menjadi konsumen utama kobalt.

Tembaga juga menunjukkan penguatan. Harga tembaga naik ke 10.782,53 dolar AS per dmt, meningkat dari angka 10.662,07 dolar AS. Pergerakan positif ini memperlihatkan pengaruh kebutuhan industri manufaktur global yang tetap stabil.

Aluminium turut mencatat kenaikan menjadi 2.847,17 dolar AS per dmt. Selain itu, seng bergerak naik ke posisi 3.217,83 dolar AS per dmt. Mangan juga menunjukkan penguatan meski tipis, berada di level 3,38 dolar AS per dmt.

Secara keseluruhan, penguatan beberapa mineral utama tersebut mencerminkan dinamika pasar global yang dipengaruhi peningkatan aktivitas industri serta perubahan pola permintaan di sejumlah negara besar.

Komoditas yang Mengalami Koreksi Harga

Tidak semua komoditas menikmati tren kenaikan. Harga emas turun ke 4.042,59 dolar AS per troy ounce, terkoreksi dari 4.110,53 dolar AS. Penurunan ini salah satunya mengikuti pergerakan aset global yang tertekan oleh kebijakan moneter di sejumlah negara.

Nikel juga berada pada tren pelemahan. Komoditas ini turun ke 14.998,67 dolar AS per dmt dari posisi sebelumnya. Pelemahan nikel dipengaruhi oleh tingginya pasokan global serta peningkatan produksi dari beberapa negara penghasil utama.

Selain itu, konsentrat titanium turun tipis ke level 8,65 dolar AS per dmt. Perak juga mencatat penurunan menjadi 48,48 dolar AS per troy ounce. Komoditas timbal berada di angka 1.984,97 dolar AS per dmt, menunjukkan koreksi yang mengikuti pola pasar logam dasar.

Bijih besi turut terkoreksi menjadi 1,54 dolar AS per dmt, sementara bijih krom tercatat stabil di angka 6,37 dolar AS per dmt.

Gambaran Umum Pasar dan Dampaknya bagi Industri

Pergerakan harga yang beragam pada komoditas batu bara dan mineral pada periode kedua November menggambarkan kondisi pasar global yang masih dipengaruhi oleh ketidakpastian. 

Beberapa komoditas bergerak menguat seiring meningkatnya kebutuhan industri, sementara sebagian lainnya menghadapi tekanan akibat kelebihan pasokan atau perlambatan permintaan.

Bagi industri energi dan pertambangan di dalam negeri, dinamika ini menjadi indikator penting dalam menyusun strategi operasional maupun kebijakan penjualan.

Kenaikan pada sejumlah mineral memberi sinyal positif bagi pelaku usaha yang bergerak di segmen tersebut, sedangkan penurunan pada beberapa komoditas tertentu mendorong perlunya penyesuaian strategi pasar.

Dengan perkembangan yang terus berubah, perusahaan tambang dan pengolah mineral di Indonesia perlu menjaga fleksibilitas dan efisiensi agar tetap kompetitif. Pemerintah melalui Kementerian ESDM tetap memantau perkembangan harga ini sebagai acuan dalam kebijakan energi nasional dan pengelolaan sumber daya alam.

Terkini