JAKARTA - Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, meresmikan Gebyar ABG di Gedung Bhineka Tunggal Ika, BPOM RI.
Acara ini menandai langkah penting percepatan inovasi obat dan makanan di Indonesia melalui kolaborasi akademisi, bisnis, dan pemerintah. Kolaborasi ini bertujuan memperkuat ekosistem riset dan inovasi, menghasilkan produk unggulan yang berdaya saing global sekaligus mendukung kemandirian farmasi nasional.
Gebyar ABG (Academia–Business–Government) menjadi ruang sinergi antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah. Inisiatif ini diharapkan mampu mendorong ide-ide inovatif serta memperkuat ketahanan kesehatan nasional.
Wapres Gibran mengapresiasi keikutsertaan delegasi internasional dan seluruh peserta yang hadir dari berbagai sektor, menekankan pentingnya kolaborasi untuk menciptakan solusi atas tantangan kesehatan dan ekonomi.
Peran BPOM dalam Penguatan Ekonomi dan Kesehatan
Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menekankan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menyebut Indonesia memiliki kekayaan sumber daya dan potensi ekonomi besar, termasuk potensi senilai Rp6.000 triliun melalui sektor obat dan makanan.
BPOM hadir sebagai lembaga yang tidak hanya mengawasi, tetapi juga mendorong inovasi, memfasilitasi industri, serta menghubungkan penelitian dengan implementasi pasar.
Taruna menjelaskan kontribusi BPOM selama setahun terakhir, dengan menyelesaikan lebih dari 1,2 juta dokumen dan berdampak pada 600 ribu industri dari skala kecil hingga besar.
Ia menegaskan bahwa konsep ABG menjadi inti strategi untuk memastikan riset dapat menghasilkan produk yang nyata dan berdampak pada ekonomi nasional.
Expo Inovasi dan Sinergi Academia-Business-Government
Gebyar ABG menghadirkan expo inovasi di halaman BPOM, menampilkan stan universitas, startup kesehatan, industri farmasi, dan UMKM. Acara ini menekankan peran BPOM sebagai fasilitator, menjembatani riset kampus dengan dunia industri dan regulasi.
Konsep ABG menempatkan akademisi sebagai motor riset, bisnis sebagai penggerak komersialisasi, serta pemerintah sebagai penjamin mutu dan regulasi.
Puluhan pejabat, rektor, dan pimpinan industri dari enam negara turut menandatangani nota kesepahaman. Panel diskusi berlangsung dinamis, membahas Advanced Therapy Medicinal Products (ATMP), peluang investasi, dan masa depan bioteknologi Indonesia.
Business matching menghadirkan berbagai peluang kerja sama, mempertemukan industri dengan peneliti, dan membuka akses inovasi berbasis regulasi yang adaptif.
ABG Sebagai Jalan Menuju Kemandirian Obat Nasional
BPOM, di bawah kepemimpinan Taruna Ikrar, menekankan pentingnya menjadikan lembaga regulator sebagai penghubung pengetahuan, industri, dan kebijakan.
Konsep ABG diimplementasikan melalui program BPOM Goes to Campus untuk menjemput riset unggulan dari perguruan tinggi, serta mendukung hilirisasi dan industrialisasi produk obat dan makanan.
Kegiatan Gebyar ABG juga menghadirkan simbol kolaborasi melalui penanaman pohon oleh tokoh masyarakat dan artis, menekankan bahwa inovasi tumbuh melalui kerja sama dan ekosistem yang subur.
Acara ditutup dengan berbagai kegiatan edukatif dan hiburan, mengukuhkan semangat kolaborasi sebagai fondasi percepatan inovasi dan kemandirian obat nasional. BPOM kini bergerak bukan hanya sebagai pengawas, tetapi sebagai mitra inovasi yang menyiapkan masa depan industri kesehatan Indonesia.