JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah kembali menjadi sorotan karena potensi pelemahan yang diprediksi terjadi sepanjang perdagangan hari ini.
Di tengah kondisi pasar keuangan global yang penuh ketidakpastian, rupiah menghadapi tekanan dari faktor internasional maupun domestik yang saling memengaruhi.
Berbagai analisis menilai bahwa dinamika dolar AS, perkembangan ekonomi China, serta kinerja ekonomi Indonesia sendiri, menjadi penentu utama arah pergerakan rupiah. Ketiga faktor ini memberi gambaran komprehensif bagi pelaku pasar mengenai risiko yang mungkin terjadi dalam perdagangan valuta asing.
Prediksi mengenai pelemahan rupiah hari ini beriringan dengan penguatan indeks dolar AS yang dipengaruhi berbagai kejadian ekonomi di Amerika Serikat.
Situasi fiskal AS yang mengalami ketidakpastian, ditambah minimnya rilis data resmi akibat penutupan pemerintahan, membuat pasar mengandalkan survei sektor swasta sebagai indikator. Kondisi tersebut memengaruhi persepsi pelaku pasar dan mendorong ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan Federal Reserve.
Sementara itu, sentimen eksternal lainnya datang dari China yang mencatat penurunan kinerja ekspor dan impor, sehingga memberi tekanan tambahan bagi mata uang Asia, termasuk rupiah.
Selain tekanan global, kondisi ekonomi dalam negeri juga menjadi perhatian pasar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tercatat melambat dibandingkan periode sebelumnya, sehingga memunculkan kekhawatiran mengenai kemampuan pemerintah mencapai target pertumbuhan tahunan.
Faktor-faktor tersebut mendorong pasar untuk lebih berhati-hati dalam merespons situasi perdagangan valas. Kombinasi ketiga kondisi ini memperlihatkan bahwa rupiah berada dalam fase fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada perdagangan hari ini.
Prediksi Pergerakan Rupiah dan Tekanan Eksternal
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi bergerak fluktuatif namun cenderung melemah pada rentang Rp16.690–Rp16.740 per dolar AS. Direktur Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah bersumber dari beberapa faktor eksternal yang saling terkait.
Salah satunya adalah penguatan indeks dolar AS yang terjadi pada perdagangan pekan sebelumnya. Penguatan ini membuat posisi rupiah menjadi lebih rentan terhadap sentimen global.
Ibrahim mengungkapkan bahwa kondisi pasar Amerika Serikat turut memengaruhi tekanan terhadap rupiah, terutama akibat penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan.
Situasi tersebut membuat pasar tidak mendapatkan panduan resmi mengenai data ekonomi yang penting. Pelaku pasar kemudian mengandalkan survei sektor swasta yang menunjukkan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja di AS.
Kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa Federal Reserve dapat melakukan pelonggaran suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Dari China, ekspor pada Oktober mengalami penurunan setelah melonjak pada bulan sebelumnya. Penurunan impor juga menyebabkan penyusutan neraca perdagangan negara tersebut.
Situasi ini memberikan tekanan tambahan pada sentimen pasar Asia. Ibrahim menilai bahwa perkembangan tersebut berdampak pada pasar regional dan turut memengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Tekanan global dan regional menjadikan situasi perdagangan valas Indonesia berada dalam kondisi yang lebih menantang.
Sentimen Domestik dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III mencapai 5,04 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan capaian sebelumnya, sehingga menimbulkan tantangan bagi pemerintah dalam upaya mencapai target tahunan sebesar 5,2 persen.
Ibrahim menjelaskan bahwa perlambatan ini menjadi salah satu faktor yang perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi sentimen pasar terhadap rupiah. Pemerintah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV dapat mencapai 5,5 persen, namun proyeksi tersebut dinilai tidak mudah dicapai.
Ibrahim menambahkan bahwa meskipun simulasi pertumbuhan tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu, tren historis menunjukkan bahwa pertumbuhan pada kuartal IV jarang mencapai angka 5,5 persen atau lebih tinggi.
Dalam sepuluh tahun terakhir, capaian tersebut tidak pernah tercapai, terutama jika pertumbuhan hanya bergantung pada stimulus pemerintah tanpa adanya dukungan momentum ekonomi yang lebih kuat. Pernyataan ini mencerminkan kehati-hatian pasar dalam menilai prospek pertumbuhan ekonomi nasional.
Kondisi tersebut membuat pergerakan rupiah dipengaruhi secara bersamaan oleh sentimen global dan domestik. Pasar menilai bahwa tekanan dari sisi fundamental ekonomi masih cukup kuat untuk memengaruhi arah pergerakan rupiah.
Dengan mempertimbangkan seluruh faktor, Ibrahim memprediksi rupiah akan tetap bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah menuju kisaran Rp16.690–Rp16.740 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Cadangan Devisa dan Kurs Dolar di Perbankan
Di sisi lain, Bank Indonesia melaporkan bahwa cadangan devisa mencapai 149,9 miliar dolar AS pada akhir Oktober, meningkat dari 148,7 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa peningkatan ini ditopang oleh penerbitan global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa. Posisi tersebut dinilai cukup kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Denny juga menyampaikan bahwa cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Jumlah ini berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar tiga bulan impor. Kondisi ini memberi ruang bagi stabilitas sektor eksternal Indonesia di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Peningkatan cadangan devisa tersebut menjadi sinyal positif bagi pasar keuangan.
Pada sisi perbankan, kurs dolar AS di Bank Negara Indonesia (BNI) untuk transaksi bank notes ditetapkan dengan harga beli Rp16.540,00 dan harga jual Rp16.840,00. Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) mencatat kurs e-Rate dengan harga beli Rp16.640,00 dan harga jual Rp16.700,00.
Pergerakan tersebut sejalan dengan dinamika pasar global yang memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kurs di perbankan ini memberikan acuan tambahan bagi pelaku transaksi domestik dalam menentukan waktu transaksi valuta asing.