JAKARTA - Upaya meningkatkan pembakaran kalori tidak selalu bergantung pada olahraga intens.
Paparan suhu dingin ternyata mampu memicu proses yang sama melalui mekanisme alami tubuh. Ketika lingkungan menjadi lebih dingin, tubuh bekerja lebih keras untuk menjaga suhu inti tetap stabil melalui proses termogenesis. Pada kondisi ini, tubuh membakar lebih banyak kalori guna menghasilkan panas tambahan.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada 2014 menunjukkan bahwa menggigil dapat merangsang pelepasan hormon irisin, hormon yang berperan penting dalam pembakaran lemak.
Para peneliti menemukan bahwa menggigil selama 15 menit memberikan efek fisiologis yang setara dengan olahraga sedang selama satu jam. Temuan ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh suhu rendah terhadap metabolisme tubuh.
Metode modern turut memanfaatkan paparan dingin sebagai bagian dari perawatan fisik. Salah satu yang populer adalah krioterapi, yakni prosedur di mana seseorang berdiri di dalam ruang bersuhu sangat rendah selama beberapa menit.
Praktik ini terbukti membantu menurunkan kadar kolesterol, menurunkan glukosa darah, serta mengecilkan lingkar pinggang. Alternatif lain berupa rompi berisi kompres es disebut mampu membantu pembakaran hingga 250 kalori per jam bagi mereka yang ingin merasakan efek dingin tanpa perlu berada di luar ruangan.
Mekanisme Pembakaran Lemak Saat Menggigil
Menggigil merupakan respons pertama tubuh ketika merasakan penurunan suhu drastis. Pada saat menggigil, otot-otot melakukan gerakan kecil cepat untuk menghasilkan panas.
Gerakan otomatis ini membutuhkan energi berlebih, sehingga tubuh membakar kalori dengan lebih cepat. Studi mengenai hormon irisin menjelaskan bagaimana respons menggigil bukan hanya pertanda tubuh kedinginan, tetapi juga pemicu pembakaran lemak yang efektif.
Durasi menggigil yang singkat dapat memberikan dorongan metabolik yang signifikan. Ketika tubuh memerlukan energi tambahan untuk menghangatkan diri, cadangan lemak menjadi salah satu sumber yang digunakan. Hal ini memperlihatkan bagaimana mekanisme alami tubuh memberikan kontribusi terhadap pengelolaan energi.
Paparan dingin terkontrol juga menghasilkan efek serupa. Menggunakan rompi dingin, misalnya, memberikan rangsangan suhu yang stabil di bagian tubuh tertentu sehingga tubuh terus berusaha menyesuaikan suhu internal.
Proses adaptasi tersebut membutuhkan energi tambahan, yang pada akhirnya mendukung pembakaran kalori secara konsisten selama rompi digunakan. Pendekatan ini menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang mencari metode pendamping untuk membantu program penurunan berat badan.
Aktivitas Fisik di Suhu Dingin
Selain dari respons menggigil, peningkatan pembakaran kalori juga terjadi ketika seseorang beraktivitas fisik di lingkungan berudara dingin.
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang mendaki pada suhu sekitar 15 hingga 23 derajat membakar 34 persen lebih banyak kalori dibandingkan dengan mereka yang mendaki pada suhu 50 derajat. Perbedaan besar ini menggambarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap energi yang dikeluarkan tubuh selama bergerak.
Peneliti utama studi tersebut, Dr. Cara Ocobock, menyebutkan bahwa kalori ekstra yang terbakar bukan hanya disebabkan oleh suhu, tetapi juga kondisi medan seperti salju. Melangkah di atas salju membuat otot bekerja lebih keras untuk menjaga kestabilan dan menahan beban tambahan.
Setiap langkah membutuhkan lebih banyak tenaga, sehingga kalori terbakar lebih banyak daripada ketika berjalan di permukaan kering.
Ia menjelaskan bahwa tubuh tetap mampu menjaga suhu saat seseorang berolahraga di udara dingin, karena otot menghasilkan panas selama bergerak. “Saat Anda mulai berolahraga, otot-otot Anda menghasilkan panas, yang membuat Anda tetap hangat jika suhu di luar dingin,” ujarnya.
Hal ini memperlihatkan bahwa aktivitas fisik di lingkungan dingin memberikan kombinasi manfaat: tubuh tetap hangat, sementara pembakaran kalori berlangsung lebih intens.
Potensi Manfaat dan Pertimbangan
Pemanfaatan paparan dingin untuk mendukung pembakaran kalori menghadirkan pendekatan berbeda terhadap pengelolaan energi tubuh.
Baik melalui proses menggigil, paparan dingin terkontrol, maupun aktivitas fisik di lingkungan bersuhu rendah, tubuh menunjukkan respons metabolik yang meningkat secara alami.
Hal ini memberikan peluang bagi mereka yang ingin memaksimalkan upaya menjaga kesehatan dan pengelolaan berat badan dengan cara yang lebih bervariasi.
Walau demikian, paparan dingin tetap harus dilakukan secara bijaksana. Tidak semua orang dapat mentoleransi suhu rendah dengan baik, terutama bagi mereka dengan kondisi kesehatan tertentu.
Mengombinasikan paparan dingin dalam intensitas ringan, olahraga teratur, dan pola hidup sehat dapat menjadi pilihan yang lebih aman serta seimbang.
Dengan memahami mekanisme tubuh ketika berada di lingkungan bersuhu rendah, seseorang dapat memanfaatkan proses alami ini sebagai tambahan dalam mendukung metabolisme. Suhu dingin bukan hanya faktor eksternal, tetapi juga pemicu internal yang dapat membantu tubuh bekerja lebih efisien dalam mengelola energi.