JAKARTA - Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, menyiapkan 20 ribu pasukan untuk dikirim ke Gaza Palestina sebagai bagian dari misi pemeliharaan perdamaian.
Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mendukung stabilitas dan keamanan di kawasan konflik.
Sjafrie menekankan bahwa pasukan yang dikirim akan difokuskan pada operasi kemanusiaan, bukan operasi tempur.
Hal ini dilakukan untuk memastikan pendekatan yang diterapkan lebih mengutamakan perlindungan warga sipil dan bantuan kemanusiaan, bukan pendekatan koersif atau memaksakan kehendak.
Penekanan ini menegaskan komitmen Indonesia dalam menjaga perdamaian internasional sambil mempertahankan prinsip diplomasi yang humanis.
Loyalitas dan Rekam Jejak Sjafrie
Pengamat politik dan pertahanan, Sugiyanto dari Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (KATAR), menilai Sjafrie memiliki rekam jejak loyalitas yang tinggi di lingkungan militer maupun pemerintahan.
SGY menyoroti keberanian dan keteguhan Sjafrie dalam menghadapi berbagai situasi krisis, termasuk insiden menegangkan saat memimpin Paspampres di New York tahun 1995, di mana Sjafrie berhadapan dengan ancaman agen asing.
Menurut SGY, gaya kepemimpinan Sjafrie yang tenang namun tegas membuatnya dihormati di kalangan TNI maupun pemerintahan. Kariernya yang panjang, mulai dari Komandan Kodam Jaya hingga menjabat Menteri Pertahanan, mencerminkan dedikasi tinggi dan kredibilitas yang solid.
Hubungan kerja sama yang telah terjalin lama dengan Presiden Prabowo sejak masa Akabri turut memperkuat konsistensi kebijakan pertahanan nasional, sehingga keputusan menganugerahkan pangkat Jenderal TNI Kehormatan dinilai tepat.
Fokus Pasukan pada Kesehatan dan Konstruksi
Sjafrie menegaskan bahwa pasukan yang disiapkan untuk misi di Gaza memiliki spesialisasi pada bidang kesehatan dan konstruksi. Pendekatan ini berbeda dengan operasi militer konvensional, karena lebih menitikberatkan pada penyelamatan nyawa, rehabilitasi infrastruktur, dan dukungan logistik bagi masyarakat terdampak konflik.
Indonesia tidak akan mengirim pesawat tempur ataupun melakukan operasi koersif. Pendekatan kemanusiaan menjadi prioritas utama, sehingga peran pasukan lebih kepada kegiatan peacekeeping yang mendukung stabilitas dan pemulihan daerah terdampak.
Sjafrie menjelaskan bahwa keputusan ini dibuat untuk memastikan pasukan Indonesia memberikan dampak positif langsung bagi warga yang membutuhkan bantuan dan perlindungan.
Harapan dan Strategi Pertahanan Nasional
Pengamat dan tokoh masyarakat berharap Sjafrie dapat menjalankan tugas strategis dengan penuh tanggung jawab dan integritas. Pemberian pangkat kehormatan kepada Sjafrie dianggap sebagai pengakuan atas kompetensi, loyalitas, dan dedikasinya dalam menjaga kedaulatan negara.
Ke depan, pasukan Indonesia diharapkan mampu menjalankan misi perdamaian secara efektif, menciptakan citra positif Indonesia di kancah internasional, serta memperkuat posisi negara dalam kerjasama regional maupun global.
Dengan memprioritaskan operasi kemanusiaan, strategi ini tidak hanya mengutamakan keamanan, tetapi juga menegaskan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap langkah pertahanan nasional.
Integritas, disiplin, dan profesionalisme menjadi prinsip utama agar misi ini berhasil dan mendukung reputasi Indonesia sebagai negara yang berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia.