JAKARTA - Penelitian terbaru mengungkap bahwa tingkat stres ibu hamil bisa berdampak pada pertumbuhan gigi susu bayi.
Kadar hormon kortisol tinggi pada akhir kehamilan dikaitkan dengan munculnya gigi lebih awal. Para ahli menegaskan bahwa hormon ini memicu percepatan erupsi gigi karena memengaruhi metabolisme mineral pada janin.
Gigi susu pada umumnya mulai tumbuh pada usia enam bulan hingga tiga tahun. Jumlah gigi lengkap biasanya mencapai 20 buah. Namun, faktor-faktor biologis, termasuk genetika, nutrisi, berat lahir, dan usia ibu, turut menentukan waktu pertumbuhan gigi.
Data lapangan menunjukkan bahwa pada usia enam bulan, sekitar 15 persen bayi sudah memiliki satu hingga enam gigi. Pada usia 12 bulan, hampir semua bayi, sekitar 98 persen, memiliki hingga 12 gigi. Hal ini menunjukkan variasi alami dalam proses pertumbuhan gigi susu.
Pengukuran Hormon Ibu dan Dampaknya pada Bayi
Dalam studi tersebut, para peneliti mengukur hormon kortisol, progesteron, testosteron, dan hormon lainnya dari air liur 142 wanita selama trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Hasilnya menunjukkan bayi dari ibu dengan kadar kortisol tinggi memiliki rata-rata empat gigi lebih banyak pada usia enam bulan dibanding bayi dari ibu dengan kadar kortisol rendah.
Kortisol, sebagai hormon stres utama, tidak hanya memicu respons “fight or flight” tetapi juga memengaruhi pertumbuhan tulang dan gigi bayi yang sedang berkembang. Aktivitas sel osteoblas dan osteoklas, yang bertanggung jawab membangun dan membentuk tulang, ikut dipengaruhi oleh hormon ini.
Selain itu, peningkatan kadar kortisol pada ibu dapat mengubah metabolisme mineral janin, termasuk pengaturan kalsium dan vitamin D. Kedua mineral ini sangat penting untuk mineralisasi tulang dan gigi, sehingga berperan langsung pada percepatan erupsi gigi.
Dampak Jangka Panjang dan Kesehatan Anak
Meski percepatan pertumbuhan gigi bisa terlihat menguntungkan, para ahli memperingatkan adanya potensi risiko jangka panjang. Gigi yang muncul lebih cepat belum tentu menandakan kesehatan gigi atau tulang yang optimal. Hormon stres tinggi bisa berdampak negatif pada pertumbuhan tulang dan metabolisme mineral anak.
Penelitian ini juga membuka pertanyaan tentang hubungan antara percepatan erupsi gigi dengan penuaan biologis dan perkembangan keseluruhan anak. Belum ada kepastian apakah gigi yang lebih awal muncul akan memengaruhi ketahanan terhadap kerusakan gigi atau risiko osteoporosis di masa mendatang.
Selain itu, penelitian masih perlu menelusuri jalur hormon atau mekanisme perkembangan hilir yang mendorong percepatan erupsi. Mengetahui hal ini penting untuk memberikan panduan bagi ibu hamil agar dapat mengelola stres tanpa mengganggu pertumbuhan bayi.
Perhatian pada Nutrisi dan Kesehatan Ibu
Ahli menyarankan agar ibu hamil tetap menjaga keseimbangan hormon melalui manajemen stres yang baik. Nutrisi yang cukup, aktivitas fisik ringan, dan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan kadar kortisol.
Upaya ini tidak hanya baik untuk kesehatan ibu, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan bayi, termasuk pertumbuhan gigi.
Selain stres, faktor lain seperti asupan kalsium, vitamin D, dan protein juga penting untuk mendukung mineralisasi tulang dan gigi. Perawatan gigi ibu selama hamil, termasuk pemeriksaan rutin dan kebersihan mulut, turut berkontribusi pada kesehatan bayi.
Dengan memahami keterkaitan antara hormon stres dan erupsi gigi, orang tua dapat lebih siap menghadapi tahapan pertumbuhan gigi bayi. Pendekatan ini juga dapat membantu mencegah masalah gigi dini seperti karies atau pertumbuhan gigi yang tidak merata.