JAKARTA - Banyak individu kaya yang membangun kekayaan dari nol mengadopsi prinsip minimalisme bukan sekadar gaya hidup, tetapi sebagai strategi finansial.
Salah satunya terlihat dari pengelolaan keuangan. Mereka mengotomatiskan tabungan dan investasi sehingga tidak bergantung pada keputusan harian.
Praktik ini mencakup transfer otomatis ke rekening investasi saat gaji masuk, pembayaran tagihan otomatis, dan aturan sederhana terkait pengeluaran. Dengan sistem otomatis, konsistensi membangun kekayaan lebih mudah dijaga dibandingkan menunggu “sisa” pendapatan setelah kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
Kelas menengah sering menunda menabung atau berinvestasi karena aktivitas ini dianggap tambahan. Sementara individu kaya membalik prioritas, membayar diri sendiri terlebih dahulu. Strategi ini sekaligus mengurangi beban mental dan meminimalkan risiko keputusan impulsif yang menggerogoti akumulasi aset.
Mengontrol Pengeluaran Kecil yang Menggerus Potensi
Kebiasaan minimalis juga diterapkan pada pengeluaran rutin yang tampak kecil, tapi berdampak besar bila dijumlahkan. Misalnya, biaya langganan Rp50.000 per bulan berarti Rp600.000 per tahun, yang bila diinvestasikan bisa bertambah signifikan dalam jangka panjang.
Pendekatan ini bukan soal pelit, melainkan memastikan setiap pengeluaran memberi nilai nyata. Individu kaya mengaudit rekening bank dan kartu kredit secara berkala, menilai apakah biaya tertentu benar-benar meningkatkan produktivitas, kesehatan, atau kebahagiaan.
Contohnya, langganan Rp40.000 per bulan selama 20 tahun dengan imbal hasil 7 persen setahun bisa tumbuh lebih dari Rp300 juta. Dengan cara ini, pengeluaran yang tidak penting bisa dialihkan untuk membangun aset yang menguntungkan secara finansial.
Minimalisme dalam Gaya Hidup Sehari-hari
Selain keuangan, prinsip minimalis diterapkan pada gaya hidup sehari-hari, termasuk pakaian dan kegiatan sosial. Orang kaya biasanya memiliki lemari sederhana dengan pakaian berkualitas tinggi yang mudah dipadupadankan. Keputusan ini mengurangi “decision fatigue” dan mencegah belanja impulsif.
Dalam kehidupan sosial, mereka selektif memilih kegiatan yang benar-benar bermanfaat. Waktu dianggap lebih berharga daripada kesan sosial, sehingga setiap aktivitas yang diikuti harus mendukung prioritas dan kebahagiaan nyata.
Begitu pula dalam hal tempat tinggal, individu kaya memilih hunian sesuai kebutuhan, bukan ukuran besar karena gengsi. Dengan ruang yang minimal, mereka menghemat biaya, waktu perawatan, dan energi. Uang yang tersisa bisa dialokasikan untuk investasi atau pengembangan diri.
Fokus pada Hal Penting untuk Akumulasi Kekayaan
Keseluruhan prinsip minimalisme ini mengajarkan bahwa kekayaan dibangun bukan dari penghasilan besar semata, melainkan dari pengaturan sumber daya secara strategis. Mengurangi distraksi dan pengeluaran yang tidak perlu memungkinkan individu memusatkan waktu, energi, dan uang pada hal produktif.
Kebiasaan minimalis mencakup menyederhanakan sistem keuangan, mengontrol pengeluaran rutin, memilih pakaian dan hunian sesuai kebutuhan, serta selektif dalam kegiatan sosial. Semua elemen ini bekerja bersamaan membentuk gaya hidup yang mendukung akumulasi aset secara konsisten.
Yang menarik, strategi ini dapat diterapkan siapa pun tanpa memandang besar kecilnya penghasilan. Fokus pada perilaku produktif bukan sekadar pendapatan menentukan apakah uang yang dimiliki mampu tumbuh menjadi kekayaan yang berkelanjutan.
Minimalisme dengan pendekatan cerdas ini memungkinkan setiap individu meningkatkan efisiensi, menurunkan stres keputusan, dan memastikan sumber daya dialokasikan untuk hal yang benar-benar bernilai, sehingga kekayaan dapat tumbuh secara alami dan berkelanjutan.