Vaksin TB

BPOM Dorong Pengembangan Vaksin TB untuk Lindungi Masyarakat

BPOM Dorong Pengembangan Vaksin TB untuk Lindungi Masyarakat
BPOM Dorong Pengembangan Vaksin TB untuk Lindungi Masyarakat

JAKARTA - Inovasi vaksin menjadi harapan baru dalam upaya menekan penyebaran tuberkulosis (TB) yang masih menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia.

Baru-baru ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan lampu hijau untuk pelaksanaan uji klinik Fase I vaksin TB inhalasi AdTB105K. Persetujuan ini menjadi tonggak penting bagi pengembangan vaksin berbasis teknologi terbaru yang diharapkan mampu meningkatkan perlindungan masyarakat terhadap infeksi TB.

Peran BPOM dalam Mendukung Vaksin TB

BPOM menegaskan komitmen penuh terhadap pengembangan vaksin TB melalui pengawasan ketat dan standar keamanan, mutu, serta etika penelitian. 

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyampaikan bahwa Indonesia saat ini menempati peringkat kedua dengan beban TB tertinggi di dunia setelah India, dengan lebih dari satu juta kasus dan sekitar 125 ribu kematian per tahun. Inovasi vaksin dianggap sebagai strategi krusial untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB.

Selain itu, BPOM juga melakukan inspeksi kesiapan sebelum uji klinik guna memastikan fasilitas, tenaga medis, dan prosedur penelitian memenuhi kriteria keamanan dan mutu, terutama karena AdTB105K merupakan vaksin pertama yang diuji pada manusia (first-in-human). 

Langkah ini menunjukkan konsistensi BPOM dalam mendukung riset ilmiah yang bertujuan melindungi kesehatan publik.

Teknologi dan Manfaat Vaksin AdTB105K

Vaksin AdTB105K dirancang berbasis vektor adenovirus tipe 5 (Ad5) yang mengekspresikan protein fusi 105K dari Mycobacterium tuberculosis. Vaksin ini mengandung tiga antigen utama, yaitu Mtb32A, Mtb39A, dan Ag85A, dan diberikan melalui metode inhalasi. 

Harapannya, vaksin ini mampu merangsang respons imun mukosa dan sistemik di saluran pernapasan sehingga perlindungan terhadap infeksi TB menjadi lebih optimal.

Uji klinik Fase I akan melibatkan 36 subjek dewasa sehat berusia 18–49 tahun, dengan pemantauan selama enam bulan setelah pemberian dosis tunggal. Melalui tahap awal ini, para peneliti menilai keamanan dan kemampuan vaksin dalam merangsang respons imun. 

Data yang dihasilkan diharapkan menjadi dasar untuk pengembangan vaksin TB selanjutnya, sekaligus mendukung kemandirian Indonesia dalam inovasi vaksin berbasis teknologi modern.

Harapan dan Dampak bagi Masyarakat

Persetujuan BPOM terhadap uji klinik ini membawa harapan besar bagi masyarakat Indonesia. Vaksin TB inovatif diharapkan dapat menurunkan risiko penularan dan memberikan perlindungan jangka panjang, terutama bagi kelompok yang rentan. 

Taruna menegaskan bahwa langkah ini tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia, tetapi juga memiliki potensi dampak global dalam upaya pemberantasan TB.

Selain aspek kesehatan, inovasi vaksin juga membuka peluang untuk pengembangan penelitian lokal dan kapasitas produksi vaksin dalam negeri. Dengan dukungan regulasi yang jelas dan pengawasan ketat, masyarakat dapat percaya bahwa vaksin yang dikembangkan aman, efektif, dan dapat diakses secara luas.

Langkah Strategis Menuju Kemandirian Vaksin

BPOM berharap data dari uji klinik Fase I ini menjadi fondasi yang kuat untuk tahapan penelitian berikutnya, termasuk uji klinik Fase II dan III. Riset ini juga menjadi contoh nyata kolaborasi antara regulator, peneliti, dan lembaga kesehatan dalam mengatasi penyakit menular.

Ke depannya, strategi inovasi vaksin seperti AdTB105K diharapkan memperkuat kemandirian Indonesia dalam menghadapi berbagai penyakit menular serius. 

Kesuksesan pengembangan vaksin lokal akan menjadi langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan kesehatan nasional, sekaligus menunjukkan kemampuan Indonesia dalam riset dan inovasi medis berskala global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index