JAKARTA - Gelaran Olimpiade Madrasah (OMI) 2025 kembali menegaskan posisi madrasah sebagai ruang pendidikan yang mampu melahirkan generasi berkompetensi tinggi.
Pelaksanaan kegiatan yang berlangsung melalui tahapan berjenjang, mulai dari satuan pendidikan hingga tingkat nasional, menjadi bukti bahwa madrasah memiliki struktur pembinaan prestasi yang tertata.
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengapresiasi karya-karya inovatif yang ditampilkan para peserta dari berbagai daerah. “OMI 2025 menampilkan berbagai macam karya yang luar biasa. Inilah wujud nyata dari semangat hikmah, akar sejarah peradaban manusia yang pertama,” ujarnya dalam keterangan resminya.
Ratusan medali yang diperebutkan pada ajang ini tersebar dalam 11 kategori sains dan 3 kategori riset yang melibatkan banyak disiplin ilmu.
Keberagaman ini memperlihatkan betapa luasnya pilihan bidang akademik yang digeluti para siswa madrasah. Mulai dari Matematika Terintegrasi, Biologi Terintegrasi, Fisika Terintegrasi, Kimia Terintegrasi, Ekonomi Terintegrasi, hingga Geografi Terintegrasi, semuanya menunjukkan antusiasme peserta dalam mengembangkan kemampuan di berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Menteri Agama menegaskan kembali peran sejarah madrasah sebagai ruang integrasi antara ilmu agama dan pengetahuan umum. Ia menilai bahwa sejak masa keemasan peradaban Islam, madrasah telah melahirkan para ilmuwan yang juga memiliki kedalaman spiritual.
“Ciri khas keilmuan Islam klasik adalah tidak ada sekat antara ilmu agama dan ilmu sains. Dari madrasah lahir para ilmuwan besar yang juga tokoh agama. Inilah yang membedakan pendidikan Islam di masa lalu,” ujarnya. Perspektif ini menjadi landasan bagi ajang OMI untuk terus memperkuat peranan madrasah dalam dunia pendidikan modern.
Penghargaan terhadap Ilmu dan Kreativitas
Dalam keterangannya, Menteri Agama mengingatkan bahwa Islam sejak awal sangat menjunjung tinggi tradisi keilmuan. Ia menuturkan kisah bagaimana Nabi Muhammad SAW menghargai seorang anak muda yang menemukan teknologi penerangan baru di Madinah, sebagai bentuk penghormatan terhadap kreativitas dan pengetahuan.
“Itu bukti bahwa Islam sangat menghormati sains dan para pencari ilmu,” katanya. Cerita tersebut memberikan gambaran bahwa nilai inovasi telah menjadi bagian dari ajaran yang diwariskan sejak masa awal Islam.
Selain itu, Menteri Agama menjelaskan bahwa sains dan agama bukanlah dua hal yang berdiri pada posisi berlawanan. Menurutnya, keduanya justru memiliki peran yang saling menguatkan.
Sains membantu manusia menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi, sementara agama memberikan panduan moral dan spiritual agar kemampuan tersebut digunakan secara bijak.
“Keduanya harus berjalan beriringan. Dan yang paling mampu memadukan keduanya adalah madrasah,” tuturnya. Dengan penegasan ini, madrasah diharapkan terus menjadi ruang pendidikan yang menyatukan kecerdasan intelektual dan karakter.
Adapun dalam tahapan seleksi OMI, sistem penilaian telah dirancang menggunakan metode CBT untuk menjamin objektivitas dan transparansi.
Seluruh tahapan, mulai dari tingkat dasar hingga nasional, mengandalkan sistem ini sebagai cara untuk memastikan bahwa setiap peserta dinilai berdasarkan kemampuan sebenarnya. Penggunaan teknologi tersebut menunjukkan bahwa madrasah juga terus beradaptasi dengan tuntutan modern dalam bidang evaluasi pendidikan.
Antusiasme Peserta dari Berbagai Daerah
Direktur KSKK Madrasah Kementerian Agama, Nyayu Khodijah, menyampaikan bahwa jumlah total peserta OMI 2025 mencapai lebih dari 202 ribu siswa dari jenjang SD, SLTP, dan SLTA.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar peserta merupakan perempuan, yakni 136.171 siswa atau sekitar 67,43 persen. Dominasi partisipasi perempuan ini menunjukkan perkembangan menggembirakan dalam dunia pendidikan madrasah, khususnya pada bidang sains dan riset.
Pelaksanaan olimpiade dilakukan di 555 titik lokasi yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Persebaran yang luas ini memberikan peluang lebih besar bagi siswa dari berbagai daerah untuk mengikuti kompetisi tanpa menghadapi hambatan geografis.
Hal ini juga memastikan bahwa ajang OMI dapat dijangkau oleh lebih banyak peserta dari latar belakang yang beragam. “Kami berharap kegiatan ini dapat menciptakan suasana kompetisi yang memicu perkembangan pendidikan di madrasah,” ujar Nyayu.
Dengan tingginya angka peserta dan keluasan penyelenggaraan, OMI menjadi gambaran bahwa madrasah tengah berada dalam era perkembangan yang lebih inklusif.
Dukungan penyelenggara dan semangat peserta semakin menegaskan bahwa lingkungan madrasah mampu menghadirkan ekosistem belajar yang relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini.
Penguatan Peran Madrasah dalam Pendidikan Nasional
Kesuksesan OMI 2025 memperlihatkan peranan besar madrasah dalam memperkuat dunia pendidikan nasional. Ajang ini bukan hanya sekadar perlombaan akademik, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun karakter siswa yang mengedepankan nilai spiritual dan integritas.
Melalui kompetisi yang menekankan kolaborasi ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, madrasah berperan membentuk generasi yang siap bersaing sekaligus membawa nilai-nilai kebaikan.
Semangat yang ditampilkan para peserta dari berbagai daerah, ditambah dengan proses penyelenggaraan yang terstruktur, memberikan bukti bahwa madrasah dapat menjadi pusat pendidikan yang melahirkan inovasi baru.
Dengan pendekatan yang memadukan teknologi, keilmuan, dan tata nilai, madrasah diharapkan terus memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan pendidikan nasional.
OMI 2025 pun menjadi cerminan tekad madrasah untuk terus menjaga tradisi keilmuan sambil beradaptasi dengan tantangan zaman.
Melalui kegiatan ini, madrasah memperlihatkan bahwa mereka mampu mendorong hadirnya generasi berprestasi yang tak hanya unggul dalam sains, tetapi juga memiliki fondasi moral kuat untuk membawa perubahan positif di masa depan.