JAKARTA - Upaya menciptakan sekolah yang aman kembali mendapat perhatian melalui kegiatan pencegahan dini perundungan yang digelar di SMAN 3 Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir hadir untuk memberikan motivasi kepada para pelajar agar memperkuat rasa kepedulian terhadap sesama.
Melalui pendekatan yang bersifat personal, ia mendorong para siswa memahami bahwa iklim sekolah yang positif hanya terwujud bila seluruh warga sekolah saling menghormati dan menjaga satu sama lain. Erick menegaskan pentingnya nilai kasih sayang antar-kakak dan adik kelas, sebagaimana ia pelajari sejak kecil.
Ia mengisahkan bahwa prinsip saling menyayangi dalam keluarga dapat menjadi dasar membangun hubungan yang lebih sehat di sekolah. Menurutnya, nilai itu perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari antara kakak kelas dan adik kelas.
Ia juga menyampaikan bahwa selama berdialog dengan para pelajar, dirinya bersyukur melihat kondisi sekolah yang dinilainya kondusif. Sejauh yang ia dengar, belum ada kasus perundungan yang muncul di lingkungan almamaternya tersebut. Hal itu memberi gambaran bahwa para pelajar telah memiliki kesadaran kolektif untuk menjaga kenyamanan di sekolah.
Erick juga membuka ruang diskusi dengan para siswa untuk mengetahui sejauh mana mereka mengenal isu perundungan. Dalam percakapan itu, ia mendorong para pelajar untuk terus waspada dan saling mendukung agar tidak ada ruang bagi perilaku merundung.
Harapannya, langkah kecil seperti saling peduli dan menghargai bisa membangun perlindungan sosial yang lebih kuat di antara para pelajar. Semangat yang ia bangun adalah agar seluruh siswa memiliki empati dan tidak ragu berbagi cerita ketika melihat atau mengalami tindakan yang tidak menyenangkan.
Pengalaman Pribadi Menjadi Pembelajaran
Dalam kegiatan tersebut, Erick turut membagi pengalaman pribadinya semasa bersekolah di SMAN 3 Jakarta. Ia bercerita bahwa dirinya pernah mengalami perundungan ketika bertanding basket antar-kelas.
Pengalaman itu melekat kuat dalam ingatannya karena ia dan teman-temannya sempat menghadapi permainan yang sangat keras dari kakak kelas. Ia menggambarkan pertandingan itu tidak lagi seperti pertandingan basket biasa, melainkan terasa seperti permainan tarkam yang berlangsung secara fisik dan intens.
Meski menghadapi situasi yang tidak mudah, ia memilih untuk tetap bermain hingga pertandingan berakhir. Tindakan itu membuatnya dihampiri oleh kakak kelas yang mengakui keberaniannya.
Dari pengalaman tersebut, ia menyampaikan pesan penting bahwa siapa pun yang mem-bully tidak memiliki alasan untuk berbangga, sedangkan siapa pun yang di-bully harus berani bangkit dan tidak membiarkan rasa takut menghalangi diri mereka. Pesan ini ia tekankan kepada para pelajar agar tidak pernah merasa sendirian ketika menghadapi tekanan.
Ia juga mengingatkan bahwa bentuk perundungan tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga sering muncul melalui kata-kata maupun media sosial. Erick mendorong para pelajar untuk menghadapi situasi seperti itu dengan keberanian, sambil mengingat bahwa di sekitar mereka selalu ada teman atau orang yang siap membantu.
Menurutnya, kunci menghadapi perundungan adalah keberanian untuk berbicara dan tidak memendam masalah sendiri. Ia menegaskan bahwa tindakan seperti ini dapat mencegah dampak negatif yang lebih besar.
Menumbuhkan Karakter Peduli dan Berempati
Selain berbagi pengalaman, Erick juga menekankan pentingnya pembentukan karakter pada generasi muda. Ia menyampaikan bahwa pelajar harus menjadi individu yang gigih, siap bersaing, serta mampu meningkatkan kemampuan diri.
Namun, ia menambahkan bahwa semua itu tidak akan berarti tanpa karakter empati. Empati kepada orang tua, lingkungan, dan alam adalah dasar pembentukan pribadi yang baik. Nilai itu pula yang menurutnya harus menjadi pegangan seluruh pelajar dalam menjalani kehidupan.
Ia mengaku bangga sebagai bagian dari keluarga besar SMAN 3 Jakarta karena sekolah tersebut memberinya banyak pelajaran tentang kepemimpinan dan arti persahabatan. Erick mengingatkan bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar akademik, melainkan juga ruang untuk membangun karakter yang kuat.
Karena itu, setiap program positif yang hadir di sekolah harus didorong pelaksanaannya secara utuh dan berkelanjutan. Ia meyakini bahwa kegagalan program kerap terjadi karena tidak tersampaikan langsung kepada para pelajar, sehingga ia meminta agar setiap kegiatan benar-benar menyentuh siswa.
Dalam pesannya, Erick kembali menegaskan bahwa hubungan harmonis antara kakak kelas dan adik kelas merupakan fondasi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat.
Ia berharap para pelajar dapat terus mempererat interaksi positif dan tidak membiarkan perilaku merundung tumbuh dalam ruang sekolah. Baginya, membangun empati dan saling peduli adalah cara paling kuat untuk menghentikan perundungan sejak awal.