JAKARTA - Tren operasi plastik terus meningkat, khususnya di kalangan perempuan yang ingin tampil lebih percaya diri.
Prosedur seperti filler wajah, sedot lemak, atau implan payudara menjadi pilihan populer untuk mempercantik diri. Banyak yang khawatir apakah tindakan estetika ini bisa berdampak pada kesehatan reproduksi.
Menurut dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG, MARS, MM, prosedur estetika tidak memengaruhi organ reproduksi selama tindakan dilakukan di area yang tepat dan aman.
“Semua obat-obatan yang masuk ke tubuh tentu memiliki efek samping. Tapi kalau sudah dipelajari dengan baik, tidak perlu ditakutkan juga,” kata Yeni. Ia menegaskan, tindakan filler atau implan payudara tidak akan mengganggu fungsi rahim, ovarium, maupun kesuburan.
Hal ini menekankan bahwa operasi plastik yang dilakukan secara profesional dan aman merupakan prosedur estetika semata, bukan ancaman bagi kesehatan reproduksi perempuan. Dengan pemahaman yang tepat, perempuan bisa menjalani prosedur ini tanpa kekhawatiran berlebihan terhadap kesuburan atau fungsi organ reproduksi mereka.
Diet Tidak Seimbang Lebih Berisiko bagi Reproduksi
Meski operasi plastik relatif aman, gaya hidup ekstrem demi kecantikan justru menjadi perhatian utama. Banyak perempuan rela menjalani diet ketat atau mengonsumsi obat pelangsing dan pemutih demi tampil ideal. Menurut Yeni, hal ini yang justru bisa memengaruhi organ reproduksi.
Obat-obatan yang menekan hormon dapat mengganggu siklus menstruasi, menurunkan peluang kehamilan, hingga memicu infertilitas. “Yang berpengaruh itu justru diet yang tidak seimbang.
Pengen cantik, pengen kurus, pengen putih, lalu menggunakan obat yang menekan hormon biar tidak gemuk. Nah, itu yang bisa berpengaruh pada organ reproduksi,” jelasnya.
Selain itu, perempuan yang sudah memasuki masa perimenopause tetap berpotensi hamil jika masih mengalami menstruasi. Yeni menekankan bahwa menopause baru bisa dinyatakan setelah 12 bulan berturut-turut tanpa menstruasi.
Oleh karena itu, menjaga gaya hidup sehat, pola makan seimbang, dan pengelolaan hormon menjadi kunci untuk meminimalkan risiko reproduksi akibat diet ekstrem.
Pentingnya Edukasi Kecantikan yang Sehat
Peluncuran buku The Beauty Being an Entrepreneur menjadi momen edukatif bagi dunia estetika di Indonesia. Buku ini ditulis Ir. Emmy Noviawati, President Director PT Regenesis Indonesia, yang menekankan nilai edukasi, etika, dan filosofi humanis dalam industri kecantikan.
Emmy menjelaskan bahwa menjadi entrepreneur di bidang estetika bukan hanya soal hasil, tapi juga tentang membangun bisnis yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kesejahteraan pelanggan.
“Buku ini saya tulis sebagai bentuk apresiasi dan rasa syukur kepada seluruh mitra Regenesis yang telah berjalan bersama kami. Karena bagi saya, menjadi entrepreneur bukan hanya tentang hasil, tapi tentang keberanian untuk bertumbuh, berbagi, dan memberi makna dalam setiap proses,” ujarnya.
Dengan pengalaman lebih dari dua dekade di dunia estetika, Emmy terus mendorong praktik kecantikan yang sehat, aman, dan etis. Edukasi mengenai prosedur estetika, risiko, dan gaya hidup sehat menjadi bagian penting agar perempuan dapat menikmati manfaat kecantikan tanpa mengorbankan kesehatan reproduksi.
Kesimpulan dan Imbauan bagi Perempuan
Operasi plastik sebenarnya aman selama dilakukan secara profesional dan tidak menyentuh area reproduksi. Fokus yang perlu diwaspadai justru berasal dari pola hidup yang ekstrem, terutama diet yang tidak seimbang dan penggunaan obat-obatan hormon.
Perempuan dianjurkan untuk tetap menjaga keseimbangan nutrisi, berolahraga, dan memahami kondisi tubuh. Selain itu, edukasi mengenai prosedur kecantikan yang aman, serta pengelolaan hormon yang tepat, sangat penting agar kecantikan tidak mengorbankan kesehatan reproduksi.
Dengan pemahaman yang tepat dan praktik yang bijak, perempuan dapat menyeimbangkan antara tampil menarik dan menjaga kesehatan, termasuk kemampuan reproduksi. Perawatan estetika yang aman, ditunjang dengan pola hidup sehat, menjadi kunci agar kecantikan dan kesejahteraan bisa berjalan beriringan.