JAKARTA - Harga kebutuhan pokok di Provinsi Jawa Timur menunjukkan pergerakan dinamis dengan sejumlah komoditas mengalami kenaikan, sementara lainnya cenderung stabil.
Berdasarkan data terbaru dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), kondisi pasar pada pertengahan November memperlihatkan bahwa fluktuasi harga masih dalam batas wajar.
Beberapa bahan pangan utama seperti beras dan minyak goreng mengalami kenaikan, sementara gula dan telur menunjukkan stabilitas serta penurunan tipis di beberapa titik pasar.
Untuk beras, harga premium tercatat naik tipis dari Rp14.906 menjadi Rp15.221 per kilogram atau meningkat 2,11 persen. Sementara itu, beras medium justru terpantau stabil di kisaran Rp12.833 per kilogram.
Kondisi ini menandakan bahwa pasokan beras di Jawa Timur masih terjaga dengan baik meskipun tekanan harga tetap ada akibat dinamika permintaan konsumen dan distribusi antar daerah.
Pada komoditas gula, harga kristal putih nyaris tidak bergerak signifikan, dari Rp16.349 menjadi Rp16.273 per kilogram, turun 0,47 persen. Stabilitas harga gula ini dianggap menjadi faktor positif di tengah ketidakpastian pasokan pangan menjelang akhir tahun.
Kenaikan Harga Minyak Goreng dan Stabilitas Telur Ayam
Kenaikan harga juga terjadi pada minyak goreng di berbagai jenis kemasan. Minyak goreng kemasan premium mengalami kenaikan sekitar 2,18 persen dari Rp20.141 menjadi Rp20.580 per liter.
Minyak goreng curah turut naik sebesar 1,42 persen menjadi Rp18.933 per kilogram, sementara kemasan sederhana meningkat tipis dari Rp17.476 menjadi Rp17.706 per liter.
Pergerakan harga minyak goreng ini masih dalam kategori wajar, mengingat beberapa faktor seperti biaya distribusi dan fluktuasi harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global. Pemerintah daerah bersama pelaku industri terus memastikan pasokan tetap stabil agar tidak menimbulkan gejolak di tingkat konsumen.
Sementara itu, telur ayam kampung menjadi salah satu komoditas yang justru menurun harga rata-ratanya hingga 4,67 persen. Dari Rp46.494 kini menjadi Rp44.322 per kilogram.
Telur ayam ras juga turun ringan sebesar 1,05 persen menjadi Rp27.726 per kilogram. Penurunan harga telur ini menunjukkan kondisi pasokan yang cukup memadai, didukung oleh peningkatan produksi peternak lokal di sejumlah wilayah Jawa Timur.
Cabai Masih Jadi Komoditas Paling Fluktuatif
Cabai masih menjadi komoditas yang paling sering mengalami perubahan harga tajam. Berdasarkan data terakhir, cabai merah besar naik sekitar 4,49 persen dari Rp53.349 menjadi Rp55.746 per kilogram.
Cabai rawit merah mengalami kenaikan lebih tinggi, mencapai 8,77 persen dari Rp24.100 menjadi Rp26.213 per kilogram. Sementara itu, cabai merah keriting justru turun tipis dari Rp48.348 menjadi Rp47.366 per kilogram.
Kondisi cuaca ekstrem di sejumlah sentra produksi disebut sebagai penyebab utama naik-turunnya harga cabai. Hujan yang tidak menentu berdampak pada hasil panen dan proses distribusi, menyebabkan pasokan ke pasar menurun sementara permintaan tetap tinggi.
Meski demikian, pemerintah daerah memastikan bahwa upaya stabilisasi terus dilakukan, termasuk melalui distribusi antar daerah dan kerja sama dengan kelompok tani untuk menjaga pasokan tetap lancar.
Pemerintah Terus Pantau dan Jaga Kestabilan Harga
Secara umum, harga sembako di Jawa Timur masih dalam kategori stabil meskipun beberapa komoditas mengalami pergerakan naik dan turun. Pemerintah daerah bersama tim Siskaperbapo terus melakukan pemantauan harian untuk memastikan ketersediaan barang dan menjaga daya beli masyarakat tetap terjaga.
Langkah pengawasan di pasar tradisional maupun modern diperkuat dengan pelibatan pemerintah kabupaten dan kota agar data harga selalu mutakhir.
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan mekanisme intervensi pasar apabila terjadi lonjakan harga yang signifikan, terutama pada komoditas strategis seperti beras, cabai, dan minyak goreng.
Dengan langkah pengendalian yang terukur, diharapkan stabilitas harga bahan pokok dapat terus terjaga hingga akhir tahun.
Situasi ini juga menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk memperkuat kolaborasi dengan pelaku usaha, petani, dan pedagang agar rantai pasok pangan semakin efisien dan mampu menekan fluktuasi harga di masa mendatang.