Bursa

Bursa Asia Bergerak Dinamis, Investor Cermati Sinyal Kebijakan The Fed

Bursa Asia Bergerak Dinamis, Investor Cermati Sinyal Kebijakan The Fed
Bursa Asia Bergerak Dinamis, Investor Cermati Sinyal Kebijakan The Fed

JAKARTA - Bursa saham Asia mencatatkan pergerakan yang bervariasi, mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar terhadap arah kebijakan suku bunga global. 

Setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga lanjutan belum dapat dipastikan, sejumlah indeks regional menunjukkan hasil yang beragam.

Indeks Topix di Jepang naik 0,42% ke level 3.291,87, menandai optimisme terbatas dari investor domestik. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan menguat 1,14% ke posisi 4.127,49 setelah adanya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Di sisi lain, indeks S&P/ASX 200 Australia justru terkoreksi 0,26% ke 8.903,20, menunjukkan tekanan dari sektor komoditas dan teknologi. Kontrak berjangka indeks saham AS juga bergerak fluktuatif, memperlihatkan ketidakpastian pelaku pasar global terhadap langkah lanjutan The Fed.

Powell menekankan bahwa meskipun bank sentral AS telah dua kali memangkas suku bunga berturut-turut, keputusan berikutnya akan bergantung pada perkembangan ekonomi dan pasar tenaga kerja. Ia menyoroti adanya risiko di sektor ketenagakerjaan yang membuat pelonggaran lanjutan harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Kebijakan The Fed dan Pertemuan Pemimpin Dunia Jadi Fokus Investor

Setelah langkah pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin, pasar kini menunggu sinyal baru dari Bank of Japan (BOJ) dan European Central Bank (ECB). Kedua bank sentral tersebut dinilai akan menjadi kunci dalam menentukan arah kebijakan moneter global pada kuartal mendatang.

Selain kebijakan moneter, perhatian investor juga tertuju pada pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan tatap muka ini diperkirakan menjadi momen penting dalam upaya penyelesaian sengketa dagang yang selama ini menekan ekonomi global.

Nick Twidale, Chief Market Analyst di AT Global Markets, menuturkan bahwa pasar Asia kemungkinan akan dibuka melemah karena investor masih menimbang risiko terhadap prospek suku bunga. Ia mengatakan, “Euforia pasar atas ekspektasi pemangkasan suku bunga Desember dan 2026 telah mendorong indeks global ke rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.”

Namun, Twidale juga menambahkan bahwa sikap berhati-hati kini kembali muncul setelah Powell mengingatkan bahwa pelonggaran kebijakan moneter tidak dapat dijamin. Pandangan yang berbeda di antara para pejabat The Fed pun membuat pelaku pasar lebih waspada terhadap volatilitas.

Kinerja Saham Teknologi Dunia dan Perdagangan Internasional Campuran

Dari sisi korporasi, saham-saham teknologi besar dunia menunjukkan performa beragam. Saham Meta Platforms Inc. turun 7,7% dalam perdagangan setelah jam bursa, sedangkan saham induk Google, Alphabet Inc., justru melonjak 6% setelah melaporkan hasil keuangan yang lebih baik dari perkiraan.

Sementara itu, saham Microsoft Corp. mengalami penurunan usai merilis laporan pendapatan yang di bawah ekspektasi, dan saham Samsung Electronics Co. naik tipis setelah melampaui target laba analis. 

Kondisi ini memperlihatkan bahwa meskipun sektor teknologi menjadi motor utama pasar global, tekanan dari biaya produksi dan permintaan yang fluktuatif masih membayangi.

Jack McIntyre dari Brandywine Global menilai bahwa keputusan The Fed menunjukkan kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja yang melemah. “Namun, perbedaan pandangan di antara pejabat Fed menandakan pasar keuangan akan menghadapi volatilitas lebih besar,” ujarnya.

Dari perdagangan global, perkembangan positif muncul setelah China melakukan pembelian dua kargo kedelai dari Amerika Serikat transaksi pertama dalam musim ini.

Langkah tersebut dianggap sebagai sinyal awal pemulihan hubungan dagang kedua negara di bawah kesepakatan baru yang dapat mengurangi sebagian tarif serta pembatasan ekspor.

Ekspektasi Tertuju pada Kebijakan Bank of Japan dan Stabilitas Asia

Fokus pasar kini beralih ke keputusan Bank of Japan yang akan segera menggelar rapat kebijakan pertamanya sejak Sanae Takaichi menjabat sebagai perdana menteri.

Hampir seluruh ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan BOJ akan mempertahankan suku bunga acuan di level 0,5%, dengan potensi kenaikan pada Desember atau Januari mendatang.

Pernyataan Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, menjadi sorotan karena dapat memberi petunjuk arah kebijakan berikutnya. Dalam catatan riset Commonwealth Bank of Australia, ekonom Carol Kong dan Samara Hammoud menulis, “Setiap sinyal hawkish dapat mempercepat ekspektasi kenaikan suku bunga BOJ.”

Sementara itu, Korea Selatan juga melanjutkan langkah ekspansifnya di sektor investasi luar negeri. Pemerintah Seoul dilaporkan akan menanamkan investasi sebesar US$200 miliar di Amerika Serikat dengan batas tahunan US$20 miliar. 

Langkah ini merupakan bagian dari komitmen kerja sama ekonomi senilai US$350 miliar yang diumumkan awal tahun, dengan fokus pada sektor perkapalan dan otomotif.

Dengan ketidakpastian kebijakan moneter global dan perubahan dinamika geopolitik, pasar Asia diperkirakan akan terus bergerak fluktuatif. Investor kini lebih berhati-hati sambil menantikan kejelasan arah kebijakan dari The Fed, BOJ, dan ECB.

Kombinasi antara kehati-hatian bank sentral, kinerja campuran sektor teknologi, serta langkah positif dalam hubungan dagang AS–China, akan menjadi faktor utama penentu stabilitas ekonomi Asia dalam waktu dekat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index