JAKARTA - Pergerakan saham perbankan besar atau big banks pada akhir pekan ini menunjukkan pola yang bervariasi.
Meskipun sebagian saham bank pelat merah berhasil ditutup menguat, kondisi berbeda terjadi pada saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang justru melemah setelah sempat menguat pada awal sesi perdagangan.
Situasi ini menggambarkan bahwa para pelaku pasar masih menimbang arah pergerakan pasar, terutama setelah sejumlah sentimen kebijakan yang memengaruhi sektor keuangan.
Pada penutupan perdagangan sesi sore, saham Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berhasil mencatatkan penguatan harga secara kompak.
Sementara itu, saham BBCA justru bergerak melemah menjelang penutupan setelah sebelumnya menyentuh level harga tertinggi dalam perdagangan intraday. Hal ini menegaskan adanya dinamika antara aksi ambil untung dan strategi jangka pendek di kalangan pelaku pasar.
Saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditutup pada level Rp 8.275 per saham, mencatat koreksi sebesar 0,60% dibanding penutupan sebelumnya. Saham tersebut sempat menyentuh level tertinggi Rp 8.375 sebelum akhirnya terkoreksi pada akhir sesi. Di sisi lain, saham Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) justru menunjukkan penguatan signifikan dengan penutupan pada level Rp 4.550 per saham atau naik 2,71%. Saham ini sempat menyentuh level Rp 4.590 sebelum terkoreksi ringan mendekati penutupan.
Saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga menguat 0,79% dan menutup perdagangan di posisi Rp 3.850 per saham. Sementara itu, Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 3,07% ke level Rp 4.370 per saham. Pola penguatan pada saham bank pelat merah ini menunjukkan adanya minat beli bertahap yang tetap terjaga dari investor, terutama pada saham yang memiliki fundamental stabil dan prospek kinerja yang berkelanjutan.
Dampak Kebijakan Moneter terhadap Pergerakan Saham
Pergerakan saham big banks yang bervariasi ini disebut berkaitan dengan dinamika respons pasar setelah keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75%. Kondisi tersebut membuat pelaku pasar menilai kembali dampak tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan kredit, penyaluran pembiayaan, dan margin keuntungan perbankan. Pasar disebut masih mencari keseimbangan dan belum menunjukkan arah pergerakan yang sangat agresif.
Kepala Riset Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menyampaikan bahwa sentimen untuk saham big banks saat ini bersifat netral cenderung positif. Hal ini disebabkan adanya jeda setelah penurunan suku bunga sebelumnya, yang memungkinkan pelaku pasar menilai lebih lanjut dampaknya terhadap kinerja perbankan. Namun demikian, ia menambahkan bahwa investor asing terlihat masih berhati-hati untuk masuk secara agresif ke saham-saham perbankan besar. Menurutnya, tingkat kehati-hatian tersebut turut memengaruhi pergerakan harga yang belum menunjukkan lonjakan signifikan.
Menurut Wafi, kondisi ini membuat pasar berada dalam fase penyesuaian, di mana aksi beli dilakukan secara bertahap dan selektif. Ia menilai bahwa pergerakan saham big banks sepanjang minggu ini mencerminkan adanya proses mencari level keseimbangan baru, terutama dalam konteks ekspektasi terhadap inflasi dan arah kebijakan suku bunga global.
Peluang Rebound Minggu Depan Masih Terbuka
Meskipun pergerakan harga saham big banks terlihat beragam dalam beberapa hari terakhir, peluang terjadinya rebound pada minggu depan dinilai masih cukup besar. Menurut Wafi, terdapat potensi konsolidasi positif yang dapat mendorong penguatan saham, terutama apabila terjadi net buy dari investor asing serta sentimen dari inflasi Amerika Serikat yang menunjukkan kecenderungan lebih jinak.
"Minggu depan ada potensi konsolidasi positif. Peluang rebound masih ada apalagi kalau ada net buy asing dan sentimen dari inflasi AS lebih jinak. Strateginya bisa akumulasi bertahap," ujar Wafi.
Ia merekomendasikan investor untuk melakukan strategi akumulasi bertahan, khususnya pada saham BBCA dan BMRI. Menurutnya, kedua saham tersebut menunjukkan tanda-tanda pemulihan harga karena didukung oleh laporan keuangan yang solid pada kuartal III serta kemampuan mempertahankan rasio net interest margin (NIM) tetap stabil. Hal ini membuat kedua saham tersebut dinilai menarik untuk dikoleksi secara bertahap dalam jangka menengah.
Strategi Investor Menghadapi Pergerakan Pasar
Dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan peluang rebound yang masih terbuka, investor dapat mengadopsi strategi pembelian bertahap pada saham big banks yang memiliki fundamental kuat. Fokus pada emiten dengan pertumbuhan pendapatan stabil, manajemen kualitas aset yang baik, serta kinerja keuangan yang konsisten menjadi pertimbangan penting.
Pendekatan akumulasi bertahap dinilai lebih aman dalam menghadapi kondisi pasar yang dinamis, karena memberikan ruang bagi investor untuk menyesuaikan posisi secara gradual sesuai perkembangan sentimen dan kondisi global. Dengan strategi ini, investor dapat tetap berada pada jalur pertumbuhan potensial sambil menjaga risiko investasi tetap terkendali.