Transportasi

Trans Koetaradja Hadirkan Transportasi Modern dan Gratis di Aceh

Trans Koetaradja Hadirkan Transportasi Modern dan Gratis di Aceh
Trans Koetaradja Hadirkan Transportasi Modern dan Gratis di Aceh

JAKARTA - Bus Trans Koetaradja menjadi bukti nyata bahwa transportasi publik yang aman, nyaman, dan gratis bisa terwujud di Banda Aceh dan Aceh Besar. 

Sejak dioperasikan, layanan ini menjadi andalan masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa, untuk mobilitas sehari-hari, sekaligus mengurangi kemacetan dan meningkatkan aksesibilitas di berbagai area strategis.

Sejarah dan Perkembangan Trans Koetaradja

Bus Trans Koetaradja resmi beroperasi pada 2016 dengan satu koridor utama Pusat Kota Darussalam dan 25 unit bus hibah dari Kementerian Perhubungan. Seiring waktu, armada bertambah menjadi 59 unit bus, melayani enam koridor utama dan sembilan rute feeder di Banda Aceh dan Aceh Besar. 

Koridor utama mencakup rute Pusat Kota Darussalam, Pusat Kota Blang Bintang via Lambaro, Pusat Kota Ulee Lheue, serta beberapa koridor lain yang menjangkau area padat penduduk. Sementara itu, rute feeder memungkinkan penumpang dari daerah lebih jauh untuk terhubung dengan koridor utama dengan mudah.

Trans Koetaradja juga memberikan layanan Trans Campus bagi mahasiswa Universitas Syah Kuala dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. 

Rute feeder ini memiliki kapasitas 16 tempat duduk dan 14 pegangan, beroperasi dari jam 07.30 hingga 17.05 dengan frekuensi 10 ritase per hari. Bus dilengkapi ramp untuk penyandang disabilitas dan jendela panoramic, meningkatkan kenyamanan perjalanan.

Selain itu, Trans Meudiwana melayani perjalanan ke destinasi wisata, termasuk Museum, situs tsunami, dan pantai Lampuuk. 

Dua armada bus ukuran sedang mengoperasikan rute Mesjid Raya Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue dan Masjid Raya Lampuuk, memberikan pengalaman perjalanan gratis bagi masyarakat untuk menikmati destinasi lokal.

Infrastruktur dan Dukungan Pemerintah

Tempat perhentian bus berupa halte permanen, portable, dan shelter. Jumlah halte meningkat dari 16 halte permanen dan 24 halte portable pada 2016 menjadi 94 halte permanen, 87 halte portable, dan 10 shelter pada 2025. 

Penambahan halte dan shelter memperluas jangkauan layanan serta memudahkan akses masyarakat ke transportasi publik.

Alokasi anggaran APBA menunjukkan komitmen Pemerintah Aceh dalam mendukung layanan transportasi massal yang berkelanjutan. 

Tahun 2025, anggaran operasional sebesar Rp 12,65 miliar dari APBA digunakan untuk memastikan layanan tetap gratis dan berkualitas. Anggaran ini menjadi bukti nyata bahwa layanan publik bisa disediakan secara maksimal tanpa membebani masyarakat. 

Selain itu, layanan ini juga menjangkau 59 kawasan perumahan di Kota Banda Aceh dan 113 kawasan di Aceh Besar, menegaskan keterjangkauan dan keberlanjutan layanan.

Nama “Koetaradja” diambil dari nama lama Kota Banda Aceh, yakni Kutaraja, memberikan identitas lokal yang kuat sekaligus menunjukkan transformasi kota menuju transportasi modern dan terintegrasi.

Faktor Daya Tarik dan Minat Pengguna

Layanan gratis menjadi faktor utama yang membuat Trans Koetaradja diminati masyarakat. Selain itu, kenyamanan bus ber-AC, adanya tempat duduk prioritas untuk lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas, serta rasa aman saat bepergian menjadikan bus ini pilihan utama dibanding kendaraan pribadi. 

Penggunaan aplikasi digital memungkinkan penumpang melacak posisi bus secara real-time, sehingga waktu tunggu bisa diprediksi lebih akurat dan perjalanan lebih efisien.

Jangkauan rute yang terus bertambah, termasuk koridor utama dan rute feeder, meningkatkan aksesibilitas masyarakat, terutama di kawasan padat penduduk atau dekat kampus dan pusat perkantoran. 

Layanan ini mendukung mobilitas warga sekaligus mendorong mereka beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik, sehingga membantu mengurangi kemacetan.

Selain itu, layanan Trans Meudiwana memberi kesempatan masyarakat menikmati wisata lokal secara gratis, menambah nilai tambah bagi warga yang ingin memanfaatkan transportasi umum untuk rekreasi dan budaya.

Tantangan dan Harapan Masa Depan

Meskipun minat masyarakat tinggi, beberapa kendala tetap ada, seperti ketepatan waktu bus yang masih dipengaruhi kemacetan akibat tidak adanya jalur khusus, serta jarak halte yang jauh dari pemukiman. Hal ini terkadang membuat sebagian penumpang memilih moda transportasi lain, seperti kendaraan pribadi atau ojek daring.

Dukungan pemerintah setempat, termasuk menghadirkan micro bus pengumpan, dinilai penting untuk meningkatkan aksesibilitas dan ketepatan waktu. 

Dengan pengembangan rute, peningkatan armada, dan modernisasi sistem, Trans Koetaradja diharapkan menjadi tulang punggung transportasi publik di Banda Aceh dan Aceh Besar, mendukung mobilitas masyarakat secara luas, dan mendorong kota yang lebih ramah lingkungan.

Secara keseluruhan, layanan Trans Koetaradja menunjukkan keberhasilan transportasi publik gratis yang aman, nyaman, dan berkelanjutan. Inovasi berkelanjutan, dukungan pemerintah, dan minat masyarakat yang tinggi menjadi kunci agar layanan ini tetap menjadi solusi transportasi modern di Aceh.

Sekaligus menegaskan bahwa transportasi publik berkualitas dan gratis bukan sekadar wacana, melainkan kenyataan yang bisa dirasakan semua warga.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index