JAKARTA - Pertumbuhan pasar modal di Jawa Timur terus menunjukkan geliat positif. Hingga Agustus 2025, total nilai transaksi pasar modal di wilayah ini menembus angka Rp539 triliun.
Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Timur, Cita Mellisa, menjelaskan bahwa Surabaya masih menjadi pusat aktivitas terbesar dengan transaksi mencapai Rp327 triliun, diikuti oleh Malang sebesar Rp49 triliun dan Sidoarjo Rp36 triliun. “Kalau total se-Jatim transaksinya mencapai Rp539 triliun,” ungkapnya.
Cita menambahkan, perkembangan ini didorong oleh meningkatnya literasi dan inklusi keuangan di berbagai kalangan masyarakat, terutama generasi muda dan akademisi.
Hingga saat ini terdapat 56 perusahaan asal Jatim yang telah tercatat di BEI. Selain itu, ada 50 anggota bursa berdomisili di provinsi ini, terdiri dari 39 di Surabaya, 1 di Sidoarjo, dan 10 di Malang. Jawa Timur juga memiliki 9 manajer investasi dan 91 galeri investasi aktif, jumlah tertinggi dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Secara nasional, BEI mencatat total 974 galeri investasi, di mana kontribusi Jatim mencapai hampir 10%. Sepanjang tahun ini saja, wilayah tersebut telah menambah 9 galeri baru, mayoritas di kampus-kampus yang antusias menjadi mitra edukasi pasar modal.
Kampus dan Generasi Muda Jadi Penggerak Literasi Keuangan
Menurut Cita, perguruan tinggi menjadi motor utama penggerak literasi investasi. Dari kampuslah lahir banyak investor baru yang literat dan sadar risiko.
Surabaya menjadi kontributor tertinggi untuk kepemilikan Single Investor Identification (SID) dengan 19% dari total 2 juta SID di Jawa Timur, diikuti oleh Sidoarjo, Jember, Malang, dan Kabupaten Malang.
Untuk memperluas inklusi, BEI Jatim gencar melakukan program edukasi investasi yang menyasar berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, aparatur sipil negara (ASN), hingga komunitas pesantren dan pekerja industri manufaktur.
Program ini dinilai efektif karena tidak hanya meningkatkan pengetahuan finansial, tetapi juga membentuk kebiasaan masyarakat dalam berinvestasi secara bijak dan terencana.
Cita menekankan pentingnya literasi mendalam agar masyarakat tidak terjebak tren jangka pendek. “Perguruan tinggi menjadi motor penggerak utama kami. Dari sana lahir banyak investor baru yang literat dan sadar risiko,” ujarnya.
Meningkatkan Literasi dan Mencegah Fenomena FOMO
Secara nasional, tingkat inklusi keuangan pasar modal sudah mencapai 80%, namun literasi keuangannya baru 66%. Kondisi ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang membuka akun investasi tanpa benar-benar memahami produk maupun risikonya.
“Selama pandemi, banyak yang membuka akun secara mandiri tanpa pendampingan literasi. Akibatnya muncul fenomena FOMO dan mengikuti influencer tanpa pemahaman,” jelas Cita.
BEI kini menerapkan seleksi ketat terhadap influencer investasi yang diajak bekerja sama. Setiap kolaborasi promosi melalui media sosial akan melalui pemeriksaan latar belakang dan rekam jejak.
“Kami hanya bekerja sama dengan influencer yang memiliki rekam jejak positif dan konten edukatif. Kami ingin memastikan pesan yang sampai ke publik benar-benar meningkatkan pemahaman, bukan memicu euforia,” tegasnya.
Langkah ini dilakukan untuk menjaga agar semangat berinvestasi tidak berubah menjadi spekulasi tanpa dasar. Edukasi berkelanjutan diharapkan dapat menumbuhkan generasi investor muda yang rasional dan tangguh menghadapi dinamika pasar.
Inisiatif Edukasi dan Akses Investasi Lebih Luas
Selain menggelar program edukasi di kampus, BEI Jatim juga menjalankan berbagai kegiatan literasi bertema syariah dan ASN melek investasi, serta program khusus mahasiswa baru bertajuk “Mabat Ceria”. Melalui kegiatan ini, peserta diajak memahami dasar-dasar investasi dan cara menyusun perencanaan keuangan pribadi.
Menariknya, permintaan pelatihan kini juga datang dari dunia kerja. Banyak HRD perusahaan meminta BEI memberikan pelatihan perencanaan keuangan bagi karyawan agar tidak terjebak pinjaman online ilegal yang berdampak pada produktivitas.
“Banyak HRD perusahaan yang meminta kami memberikan pelatihan perencanaan keuangan, karena karyawan mereka terjebak pinjaman online ilegal,” tutur Cita.
Salah satu langkah nyata terbaru dari BEI Jatim adalah pembukaan galeri investasi di Gedung Siola Surabaya, hasil kolaborasi dengan Bank Jatim dan beberapa mitra perbankan lainnya. Galeri ini dibuka untuk masyarakat umum agar dapat belajar langsung dari sumber resmi mengenai saham dan pasar modal.
“Harapannya, masyarakat Surabaya bisa datang langsung, belajar tentang saham, dan memahami bahwa investasi itu bukan sekadar ikut-ikutan, tapi bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang,” pungkasnya.