JAKARTA - Pemerintah menatap target ambisius pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.
Untuk mewujudkannya, investasi ditetapkan sebagai motor utama yang akan mendorong pertumbuhan, selain konsumsi domestik, belanja pemerintah, dan net ekspor. Strategi ini menekankan pentingnya kualitas investasi dan hilirisasi industri agar mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal.
Investasi Menjadi Motor Utama Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan diproyeksikan mengandalkan investasi sebagai penggerak utama.
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani menekankan bahwa meskipun konsumsi domestik masih menjadi komponen terbesar sekitar 53–54 persen, kontribusi investasi yang mencapai 28–29 persen memiliki potensi lebih besar untuk mendorong pertumbuhan.
“Kalau lihat dari semua komponen, yang memungkinkan untuk meningkat adalah investasi. Jadi growth-nya memang di-drive-in sama investasi,” ujar Rosan. Pemerintah menargetkan bahwa investasi yang masuk tidak hanya jumlahnya meningkat, tetapi juga memiliki kualitas yang mampu mendukung produktivitas ekonomi nasional.
Rencana lima tahun ke depan membutuhkan total investasi sekitar Rp 13.000 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi satu dekade sebelumnya yang hanya Rp 9.100 triliun.
Angka ini menunjukkan besarnya tantangan yang dihadapi pemerintah untuk mendorong arus modal masuk, baik dari dalam negeri maupun asing, agar bisa mencapai target pertumbuhan 8 persen.
Menurut Rosan, tren saat ini menunjukkan sinyal positif karena realisasi investasi hingga kuartal III sudah mencapai Rp 1.434 triliun atau 75,2 persen dari target tahunan Rp 1.905 triliun.
Tantangan Investasi Berkualitas dan Padat Karya
Meski realisasi investasi menunjukkan tren positif, tantangan terbesar tetap pada kualitasnya. Rosan menekankan pentingnya investasi yang tidak hanya bersifat modal, tetapi juga padat karya agar mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
Tren investasi saat ini cenderung lebih padat modal dan kurang menyerap tenaga kerja. Satu contoh perbandingan menunjukkan bahwa investasi senilai Rp 1 triliun kini hanya mampu menciptakan sekitar 1.300 lapangan kerja, menurun drastis dibandingkan 10 tahun lalu yang bisa menyerap 2.640 tenaga kerja.
Pemerintah terus mendorong strategi hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja. Proyek hilirisasi di berbagai sektor, mulai dari mineral hingga pertanian, diproyeksikan menjadi solusi untuk mendorong investasi yang padat karya.
Rosan menekankan bahwa hilirisasi yang tepat dapat meningkatkan efektivitas investasi sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi di sektor riil.
Hilirisasi Industri dan Peluang Lapangan Kerja
Hilirisasi industri menjadi fokus utama untuk menciptakan lapangan kerja yang luas. Misalnya, hilirisasi kelapa yang sedang dalam tahap konstruksi mampu menyerap tenaga kerja 5.000 orang pada tahap awal, dan potensial mencapai 10.000 orang.
Sementara itu, hilirisasi di sektor mineral meski padat modal, tetap dianggap strategis untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional.
Rosan menekankan bahwa percepatan hilirisasi tidak hanya akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat investasi padat karya, mengurangi ketergantungan pada impor bahan mentah, dan memperkuat rantai nilai industri nasional. Pendekatan ini diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan merata.
Investasi sebagai Pendorong Pertumbuhan Jangka Panjang
Secara keseluruhan, pemerintah menegaskan bahwa investasi adalah kunci untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029. Dukungan terhadap investasi yang berkualitas, hilirisasi industri, dan penciptaan lapangan kerja menjadi langkah strategis untuk menggerakkan roda ekonomi secara berkelanjutan.
Rosan menegaskan bahwa tren realisasi investasi saat ini sejalan dengan target, sehingga optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi lima tahun ke depan tetap tinggi.
Kombinasi antara investasi, konsumsi domestik, dan hilirisasi industri diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara merata, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Strategi ini sekaligus menunjukkan kesiapan pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu ekonomi yang semakin kompetitif di kawasan.