80 Persen Investasi

Danantara Tempatkan 80 Persen Investasi untuk Perkuat BUMN Domestik

Danantara Tempatkan 80 Persen Investasi untuk Perkuat BUMN Domestik
Danantara Tempatkan 80 Persen Investasi untuk Perkuat BUMN Domestik

JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) mengambil langkah strategis dengan menempatkan 80% investasinya di dalam negeri.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi memperkuat bisnis BUMN, meningkatkan profitabilitas, serta mendorong transformasi perusahaan nasional menjadi kelas dunia.

Dengan fokus pada pengelolaan aset yang optimal, Danantara berupaya memaksimalkan kontribusi investasi bagi perekonomian domestik, meski di tengah ketidakpastian geopolitik global.

Strategi Investasi di Pasar Domestik

Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa langkah ini sejalan dengan arahan Menteri Keuangan RI. Investasi akan dilakukan pada instrumen pasar publik, termasuk obligasi dan ekuitas, dengan tujuan meningkatkan likuiditas dan nilai tambah aset BUMN. 

Strategi ini menunjukkan bahwa Danantara menekankan pengelolaan dana secara cermat untuk mendukung pertumbuhan perusahaan negara sekaligus mendorong pasar modal domestik.

Selain itu, strategi ini menekankan alokasi yang proporsional antara investasi domestik dan internasional. Dari total portofolio, sekitar 80% akan ditaruh di dalam negeri, sementara sisanya akan disebar secara selektif di luar negeri. 

Pendekatan ini diharapkan memberikan keseimbangan antara stabilitas dan peluang pertumbuhan investasi, sehingga risiko global dapat diminimalkan.

Fokus pada pasar domestik juga menunjukkan upaya Danantara memperkuat peran BUMN sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Dengan investasi yang optimal, perusahaan negara dapat naik kelas, menjadi lebih efisien, dan meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan nasional.

Menghadapi Ketidakpastian Global

Pandu menegaskan, investasi ini dilakukan di tengah tingginya ketidakpastian geopolitik global. Kondisi ini menuntut manajemen risiko yang ketat agar aset BUMN tetap aman dan menguntungkan. 

Dengan pengalaman Danantara dalam pengelolaan portofolio, risiko global dapat diminimalkan melalui strategi diversifikasi yang seimbang antara instrumen domestik dan internasional.

Selain itu, ketidakpastian ini juga menjadi alasan mengapa Danantara menempatkan sebagian besar investasi di dalam negeri. Dengan fokus pada pasar domestik, pengelolaan aset menjadi lebih terkendali dan sesuai dengan tujuan strategis BUMN. 

Pandu menekankan bahwa pendekatan ini merupakan langkah fundamental untuk membangun ketahanan perusahaan di tengah dinamika pasar global.

Langkah ini juga menunjukkan bahwa Danantara berkomitmen pada strategi investasi jangka panjang. Meskipun menghadapi ketidakpastian geopolitik, perusahaan tetap optimis bahwa pengelolaan aset yang cermat dapat menghasilkan pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan.

Transformasi BUMN dan Profitabilitas

Fokus utama Danantara saat ini adalah memanajemen aset BUMN sebagai bisnis yang berprofit dan meningkatkan kualitas perusahaan. Pandu menjelaskan bahwa BUMN yang sudah unggul di tingkat nasional akan diarahkan menjadi kelas dunia, sementara yang belum akan ditingkatkan menjadi kelas nasional. 

Transformasi ini mencakup perbaikan fundamental pada model bisnis, efisiensi operasional, dan pengelolaan aset secara profesional.

Dengan strategi ini, Danantara berharap dapat memajukan bisnis BUMN secara menyeluruh. Langkah tersebut meliputi peningkatan kualitas manajemen, inovasi produk dan layanan, serta optimalisasi sumber daya. Semua upaya ini diarahkan untuk menjadikan BUMN lebih kompetitif di pasar domestik maupun global.

Selain itu, transformasi BUMN juga bertujuan untuk memperkuat kontribusi mereka terhadap perekonomian nasional. Dengan manajemen aset yang optimal, BUMN tidak hanya menjadi perusahaan yang menguntungkan, tetapi juga menjadi instrumen strategis dalam pembangunan ekonomi.

Respon Terhadap Kritik dan Likuiditas Investasi

Sebelumnya, Menteri Keuangan sempat mengkritik Danantara yang menempatkan sebagian dana dari dividen BUMN ke obligasi pemerintah. Kritik ini dinilai kurang optimal karena tidak sepenuhnya mencerminkan peran Danantara sebagai pengelola investasi yang strategis. 

Menanggapi hal ini, Pandu menegaskan bahwa instrumen tersebut dipilih karena likuiditasnya tinggi, memungkinkan fleksibilitas dalam pengelolaan portofolio dan respons cepat terhadap kondisi pasar.

Respons ini menunjukkan bahwa Danantara tetap mempertimbangkan keseimbangan antara keamanan, likuiditas, dan potensi return investasi. Dengan pendekatan yang terukur, dana BUMN dapat dialokasikan secara efisien, tetap sesuai strategi, dan mendukung profitabilitas perusahaan. 

Pandu menambahkan bahwa langkah ini sejalan dengan tujuan meningkatkan kelas dan daya saing BUMN di tingkat nasional maupun global.

Selain itu, pilihan instrumen likuid juga memudahkan Danantara dalam menyesuaikan alokasi dana sesuai kebutuhan dan peluang pasar. Dengan demikian, investasi tetap aman, efisien, dan optimal untuk mendukung transformasi BUMN ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index