JAKARTA - Setelah mengalami tekanan selama tiga hari berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpeluang menguat kembali atau rebound pada perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025.
Sejumlah analis menilai, momentum perbaikan teknikal serta dukungan dari data ekonomi domestik bisa menjadi pendorong bagi indeks untuk kembali bergerak positif.
Pada perdagangan Rabu 15 Oktober, IHSG ditutup melemah 0,19% ke level 8.051,18. Meski terkoreksi, posisi tersebut masih bertahan di atas support kuat di area 8.000, yang menandakan pasar belum kehilangan tenaga untuk melanjutkan tren kenaikan dalam jangka menengah.
Tim Riset Sinarmas Sekuritas menyebutkan bahwa IHSG berpotensi menguji resistance 8.132 dan next resistance 8.169 pada sesi perdagangan hari ini. Adapun support terdekat berada di kisaran 7.936–7.893, sementara dynamic support di 7.619 diperkirakan masih cukup kuat menahan tekanan jual.
“Selama IHSG masih mampu bertahan di atas area support utama, peluang rebound tetap terbuka lebar. Investor disarankan untuk memanfaatkan momentum koreksi untuk melakukan akumulasi,” tulis tim riset dalam laporannya.
Sentimen Global: Sektor Perbankan AS Menguat, Pasar Masih Waspada
Dari bursa global, pergerakan Wall Street ditutup beragam pada perdagangan terakhir. Saham-saham di sektor perbankan seperti Goldman Sachs, Bank of America, dan Morgan Stanley mencatatkan penguatan seiring laporan kinerja keuangan kuartal III yang lebih baik dari ekspektasi pasar.
Namun, ketidakpastian geopolitik masih membayangi. Pelaku pasar global masih memantau perkembangan perang tarif antara Amerika Serikat dan China, terutama setelah Menteri Keuangan AS menyampaikan bahwa Presiden Donald Trump kemungkinan besar tidak akan mundur dari sikap negosiasinya.
Trump bahkan dikabarkan mempertimbangkan langkah ekstrem, yakni membatasi sebagian hubungan dagang dengan China, termasuk pada sektor komoditas strategis seperti minyak goreng.
Sentimen ini menciptakan kekhawatiran baru akan potensi gangguan rantai pasokan global dan tekanan terhadap harga bahan baku. Sementara itu, dari China, data ekonomi menunjukkan pertumbuhan pinjaman baru meningkat menjadi USD 181,06 miliar pada September 2025.
Meski demikian, angka tersebut masih di bawah ekspektasi pasar, lantaran permintaan kredit tetap lemah akibat krisis sektor properti yang belum mereda. Kondisi ini menandakan bahwa pemulihan ekonomi di negeri Tirai Bambu masih berjalan lambat.
Sentimen Domestik: Optimisme Ekonomi dan Potensi Dorongan dari FDI
Dari dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang baru saja merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2025 menjadi 5,67% year-on-year (YoY), meningkat dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,5%.
Kenaikan proyeksi ini menandakan keyakinan pemerintah terhadap stabilitas ekonomi nasional, di tengah berbagai tantangan global.
Menurut analis Sinarmas Sekuritas, revisi ini bisa memberikan sentimen positif terhadap pasar saham Indonesia, terutama pada sektor-sektor yang berkaitan dengan investasi dan konsumsi domestik.
Selain itu, adanya potensi masuknya kembali aliran modal asing (foreign direct investment/FDI) pada kuartal terakhir tahun ini juga dapat menjadi faktor penguat IHSG.
Apalagi, tren penurunan yield obligasi pemerintah diperkirakan akan terus berlanjut, sehingga menarik minat investor global untuk masuk ke pasar saham Indonesia yang relatif stabil.
Strategi dan Rekomendasi Saham dari Sinarmas Sekuritas
Tim riset Sinarmas Sekuritas menyarankan investor agar tetap berhati-hati di tengah volatilitas pasar, namun tidak melewatkan peluang akumulasi saham unggulan. Berikut rekomendasi saham yang dapat diperhatikan untuk perdagangan harian maupun mingguan:
Rekomendasi Harian
DSNG (Dharma Satya Nusantara Tbk) – Speculative Buy
Last Price: Rp 1.695
Target Price: Rp 1.750 – Rp 1.800
Entry Price: Rp 1.630 – Rp 1.700
Stop Loss: Rp 1.555
SCMA (Surya Citra Media Tbk) – Speculative Buy
Last Price: Rp 410
Target Price: Rp 422 – Rp 434
Entry Price: Rp 396 – Rp 412
Stop Loss: Rp 380
Rekomendasi Mingguan
DSSA (Dian Swastatika Sentosa Tbk) – Hold
Last Price: Rp 111.000
Target Price: Rp 107.000 – Rp 113.400
Entry Price: Rp 103.625 (3 Oktober)
Stop Loss: Rp 93.000
ASII (Astra International Tbk) – Hold
Last Price: Rp 5.775
Target Price: Rp 5.750 – Rp 6.000
Entry Price: Rp 5.600 (22 Agustus)
Stop Loss: Rp 5.100
INDY (Indika Energy Tbk) – Hold
Last Price: Rp 2.330
Target Price: Rp 2.470 – Rp 2.610
Entry Price: Rp 2.240 (15 Oktober)
Stop Loss: Rp 2.140
Prospek IHSG Masih Positif
Secara keseluruhan, arah IHSG pada Kamis ini dinilai masih dalam tren positif dengan peluang rebound yang cukup besar. Dukungan fundamental dari ekonomi domestik, proyeksi pertumbuhan yang direvisi naik, serta sentimen global yang mulai membaik menjadi kombinasi faktor pendorong bagi pasar.
Meski demikian, investor tetap disarankan untuk menerapkan strategi disiplin dalam mengambil posisi, termasuk memperhatikan batas stop loss dan take profit agar tidak terjebak dalam volatilitas jangka pendek.
Dengan dukungan katalis positif dari berbagai sisi, IHSG berpeluang menguat kembali di atas level 8.100 pada perdagangan hari ini. Jika momentum tersebut berlanjut, pasar saham Indonesia berpotensi kembali bergerak di jalur bullish menjelang akhir Oktober 2025.