JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai pekan ini dengan tekanan kuat dari investor asing. Pada penutupan perdagangan Senin 14 Oktober , IHSG anjlok 1,95% ke level 8.066,52, mencerminkan pelemahan yang cukup tajam di hampir seluruh sektor.
Meski mayoritas saham terkoreksi, sejumlah emiten masih mampu mencetak penguatan signifikan di tengah volatilitas pasar.
Mengutip riset Mega Capital Sekuritas, Rabu 15 Oktober 2025, saham-saham seperti DSSA naik 2,09%, FILM melonjak 13,93%, dan ENRG menguat 8,54%, menjadi jajaran top gainers pada perdagangan tersebut.
Sebaliknya, saham unggulan seperti BBRI turun 3,01%, BRPT melemah 6,41%, dan CUAN merosot 13%, menjadi kontributor utama penekan indeks.
Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,32 triliun di pasar reguler dan Rp 1,36 triliun di seluruh pasar, menunjukkan masih tingginya aksi jual lintas sektor. Secara sektoral, 10 dari 11 sektor tercatat berada di zona merah.
Sektor transportasi menjadi yang paling tertekan dengan pelemahan mencapai 3,99%, sementara satu-satunya sektor yang bertahan di zona hijau adalah properti, meskipun hanya naik tipis 0,03%.
Kebijakan PPN DTP Jadi Penopang Harapan Pasar
Dari sisi kebijakan dalam negeri, sentimen positif datang dari keputusan pemerintah memperpanjang fasilitas PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) 100% untuk pembelian properti baru, baik rumah tapak maupun rumah susun, hingga 31 Desember 2027.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan, kebijakan ini diharapkan menjadi stimulus kuat bagi sektor properti dan industri pendukungnya. Fasilitas tersebut diberikan untuk rumah dengan harga jual maksimal Rp 5 miliar dan dasar pengenaan pajak hingga Rp 2 miliar.
Pemerintah memperkirakan perpanjangan fasilitas PPN DTP ini mampu mendorong pembangunan hingga 40.000 unit properti per tahun.
Kebijakan ini menjadi peluang bagi sejumlah emiten properti seperti BSDE, CTRA, MTLA, SMRA, dan PWON untuk memperkuat penjualan di tengah tantangan ekonomi global.
Langkah pemerintah memperpanjang insentif pajak ini memberikan angin segar di tengah tekanan pasar saham yang sedang terkoreksi. Sektor properti pun menjadi sorotan karena berpotensi menjadi penyeimbang ketika mayoritas sektor lain tertekan akibat aksi jual asing.
Aksi Korporasi dan Sentimen Pasar
Dari sisi emiten, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) menjadi sorotan setelah resmi menetapkan harga pelaksanaan rights issue di level Rp 15.000 per saham. Melalui aksi korporasi ini, PANI menargetkan dana sebesar Rp 16,73 triliun dari penerbitan 1,12 miliar saham baru.
Langkah tersebut diharapkan memperkuat struktur permodalan sekaligus mendukung ekspansi bisnis perusahaan di sektor properti premium. Aksi ini juga menjadi salah satu faktor yang mendorong perhatian investor terhadap saham-saham properti di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.
Meski IHSG terkoreksi hampir 2%, sejumlah saham dinilai masih memiliki potensi memberikan cuan (keuntungan) bagi investor jangka pendek. Dalam riset Mega Capital Sekuritas, beberapa saham direkomendasikan untuk aksi beli (buy) dengan target harga tertentu, antara lain:
INDY – Buy di 2.330–2.360 | Target 2.420–2.470 | Stop Loss 2.150
SOLA – Buy di 154–157 | Target 160–166 | Stop Loss 142
INET – Buy di 288–294 | Target 304–310 | Stop Loss 270
CYBR – Buy di 1.240–1.260 | Target 1.285–1.305 | Stop Loss 1.170
NCKL – Buy di 1.180–1.195 | Target 1.215–1.235 | Stop Loss 1.100
Rekomendasi ini menunjukkan masih adanya peluang trading harian bagi investor yang siap mengambil risiko di tengah volatilitas tinggi. Namun demikian, pelaku pasar diimbau untuk tetap berhati-hati dan menyesuaikan strategi investasi dengan profil risiko masing-masing.
Prospek Pasar Masih Terbuka
Koreksi tajam yang dialami IHSG pada awal pekan dipandang sebagai bagian dari tekanan jangka pendek yang masih bisa berbalik arah apabila terjadi aliran dana masuk (capital inflow) baru dari investor asing.
Sejumlah analis memproyeksikan potensi rebound IHSG bisa terjadi jika tekanan eksternal mulai mereda, terutama dari sisi kebijakan moneter global dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Sentimen positif dari perpanjangan insentif properti juga diharapkan mampu memperkuat sektor riil, yang dalam jangka menengah dapat berkontribusi terhadap pemulihan pasar modal.
Kondisi pasar saat ini juga menjadi momentum bagi investor jangka panjang untuk melakukan akumulasi bertahap pada saham-saham fundamental kuat, khususnya yang memiliki eksposur terhadap sektor properti, infrastruktur, dan konsumsi.
Catatan Bagi Investor
Perlu diingat, seluruh analisis dan rekomendasi saham dalam artikel ini bersifat informasi umum dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan berinvestasi sepenuhnya berada di tangan masing-masing investor sesuai profil risiko dan tujuan keuangan pribadi.
Investor disarankan untuk tetap melakukan riset mendalam dan tidak semata-mata mengandalkan rekomendasi jangka pendek. Dengan strategi yang disiplin dan analisis yang matang, peluang keuntungan tetap terbuka meski pasar sedang bergejolak.