JAKARTA - Dolar Amerika Serikat bergerak stabil di awal perdagangan setelah ketegangan perdagangan antara AS dan China mulai menunjukkan tanda mereda, seiring Presiden AS melunak dalam retorika terkait tarif impor.
Harapan meningkat bahwa pertemuan kedua pemimpin akan membawa arah positif bagi pasar global, khususnya pasar valuta asing yang sempat bergejolak pekan lalu.
Pergerakan Dolar AS dan Pasar Valuta Asing
Dolar AS tercatat menguat tipis 0,04% ke level 99,34, mencerminkan respons positif pasar terhadap sinyal meredanya ketegangan dagang.
Penguatan ini menahan laju euro di bawah US$1,16, dengan perdagangan terakhir berada di US$1,1566. Poundsterling juga melemah 0,06% ke US$1,3328, sementara dolar Selandia Baru mencapai posisi terendah enam bulan di US$0,57145.
Pasar Asia bergerak lebih tenang di awal sesi perdagangan, setelah sebelumnya mengalami volatilitas tinggi akibat pengumuman tambahan tarif yang mengejutkan.
Reaksi positif muncul setelah pernyataan Presiden AS yang lebih bersahabat, memunculkan optimisme bahwa jalur diplomasi dapat menurunkan ketegangan secara bertahap.
Analisis menunjukkan bahwa pergerakan dolar tidak hanya dipengaruhi retorika, tetapi juga ekspektasi pasar terhadap pertemuan mendatang antara pemimpin kedua negara. Kejadian ini menegaskan bahwa sentimen diplomasi internasional memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas mata uang global.
Harapan Redanya Ketegangan AS–China
Presiden AS mengumumkan sikap yang lebih lunak terkait tarif, seiring rencana pertemuan dengan Presiden China yang dijadwalkan akhir Oktober. Pernyataan ini meningkatkan harapan pasar akan jalur penyelesaian yang menguntungkan kedua pihak, dan menjadi katalis positif bagi dolar.
“Ada keinginan bersama untuk mencari jalan keluar dan mencegah hubungan bilateral memburuk, karena kedua negara sadar akan pengaruh satu sama lain,” kata seorang analis strategi makro.
Pernyataan ini memperkuat pandangan bahwa ketegangan tanpa arah penyelesaian dapat merugikan kedua belah pihak, sehingga jalur penurunan eskalasi diperkirakan menjadi fokus utama.
Pasar menilai, kesepakatan atau pernyataan positif dari pertemuan pemimpin akan menjadi faktor utama penstabil mata uang. Harapan ini membuat investor cenderung lebih berhati-hati dalam pengambilan posisi, menjaga volatilitas tetap moderat di pasar valuta asing.
Dampak Situasi Global terhadap Mata Uang Asia
Di Asia, dolar Australia nyaris stagnan di US$0,6516, sedangkan yen Jepang melemah 0,2% ke 152,57 per dolar. Pelemahan yen dipengaruhi kondisi politik domestik, di mana calon perdana menteri perempuan menghadapi tantangan setelah partai koalisi kecil keluar dari pemerintahan.
Ketidakpastian politik menahan pelemahan yen yang tajam, namun mata uang Jepang masih berada di dekat posisi terendah delapan bulan. Analis memperkirakan tren ini akan berbalik seiring selisih suku bunga antara AS dan Jepang, yang seharusnya menjadi penggerak utama nilai tukar, kembali memengaruhi arah pergerakan dolar/yen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa selain faktor perdagangan global, dinamika politik domestik di negara-negara utama turut memengaruhi pergerakan mata uang. Investor kini menaruh perhatian tinggi pada perkembangan politik Jepang dan kebijakan moneter, yang berdampak langsung pada volatilitas pasar Asia.
Pasar Aset Kripto dan Likuiditas Global
Sementara itu, pasar kripto masih mengalami tekanan. Bitcoin turun 0,36% ke US$115.380, setelah pekan sebelumnya anjlok lebih dari 6% akibat pelemahan sentimen risiko. Ether juga terkoreksi 0,77% ke US$4.256, mencerminkan aksi jual yang masih berlangsung di segmen aset digital.
Pasar kripto mencatat likuidasi lebih dari US$19 miliar posisi leverage pada pekan sebelumnya, seiring meningkatnya aksi jual panik. Minimnya likuiditas memicu pergerakan tajam, menekankan kerentanan aset kripto terhadap gejolak pasar global dan sentimen investor.
Para analis menilai bahwa volatilitas kripto saat ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, termasuk pergerakan dolar AS dan ketegangan perdagangan global. Perkembangan diplomasi antara AS dan China berpotensi memberikan efek menenangkan, namun risiko tetap ada karena likuiditas pasar masih terbatas.