Waktu Ideal Screen Time untuk Remaja yang Sehat

Kamis, 27 November 2025 | 14:42:01 WIB
Waktu Ideal Screen Time untuk Remaja yang Sehat

JAKARTA - Di era digital saat ini, hampir setiap remaja mahir mengakses internet, baik untuk sekolah maupun hiburan. Namun, banyak orang tua bertanya-tanya, berapa lama sebenarnya waktu ideal bagi remaja untuk berselancar di dunia maya? Psikolog sekaligus Ketua Bidang E Himpunan Psikologi Indonesia, Samanta Elsener, M.Psi., menyebut, “Kalau kita bicara ideal, mungkin maksimal dua jam.”

Meski demikian, remaja masa kini sering menemukan “waktu colongan” untuk tetap online. Gadget yang dimiliki sendiri membuat mereka bisa membawanya ke mana pun, termasuk ke kamar mandi atau saat sedang di sekolah tanpa pengawasan orang tua. 

“Mereka sudah sangat kreatif, bisa sambil curi waktu di sekolah atau saat lagi mandi ketika enggak dalam pengawasan orangtua. Jadi sebetulnya balik lagi pada bagaimana kita sebagai orangtua bisa mengajarkan mereka self-control (kontrol diri),” tutur Samanta.

Membahas Screen Time Bersama Anak

Salah satu kunci agar remaja mampu mengatur waktu online adalah melalui komunikasi terbuka dengan orang tua. Diskusi santai membantu anak memahami penggunaan internet secara bijak, sehingga mereka bisa mengembangkan self-control.

“Dari kita ngobrol dengan mereka, mereka punya pemahaman (menggunakan dunia maya dengan bijak) dan akhirnya itu menjadi self-control mereka,” jelas Samanta.

Panduan dari Family Online Safety Institute menyebutkan bahwa obrolan terbuka adalah salah satu cara digital parenting yang efektif. Orang tua dianjurkan menanggapi pertanyaan anak terkait ruang digital dengan santai dan tidak menghakimi. Cara ini membuat anak lebih nyaman berbagi pengalaman mereka di dunia maya.

Menyepakati Durasi dan Aturan Penggunaan Gadget

Setelah berdiskusi, langkah berikutnya adalah menyepakati durasi penggunaan internet. Misalnya, anak hanya boleh berselancar maksimal dua jam sehari untuk belajar atau hiburan. Penting bagi orang tua untuk konsisten menegakkan aturan dan memberikan konsekuensi bila dilanggar.

Saat ini, banyak gawai dilengkapi aplikasi yang membantu orang tua membatasi penggunaan gadget, seperti Google Family Link. Aplikasi ini memungkinkan pengaturan durasi, jenis aplikasi, dan konten yang bisa diakses. Namun, Samanta menekankan, fitur pengingat waktu sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya alat pengendali.

“Kalau seperti itu, berarti dia tidak berkembang self-control-nya. Jadi kayak, sudah otomatis (gawai) mati, baru dia setop. Sementara, yang kita harapkan adalah anak punya self-control yang tepat,” kata Samanta.

Pentingnya Literasi Digital untuk Orang Tua

Agar bisa efektif mengawasi dan membimbing anak, orang tua perlu memiliki literasi digital. Pemahaman tentang cara algoritma media sosial bekerja akan memudahkan komunikasi dengan anak. Misalnya, ketika remaja menonton satu video, algoritma akan menampilkan konten serupa secara berulang.

“Ini yang jadi PR untuk orangtua, untuk bisa ngajarin ke anak. Kalau anak punya akun Instagram, ada fitur ‘Explore’ yang memungkinkan mereka terpapar berbagai macam konten. Orangtua yang memahami algoritma bisa membimbing anak agar tetap melihat konten positif,” jelas Samanta.

Dengan literasi digital, anak juga bisa diajarkan untuk memilih opsi “tidak tertarik” pada konten negatif, sehingga paparan mereka terhadap konten yang tidak sehat dapat diminimalkan. Ini penting agar remaja tetap bisa mengakses internet secara aman dan bermanfaat.

Mengembangkan Kontrol Diri untuk Keseimbangan Digital

Selain diskusi dan pengaturan durasi, tujuan utama orang tua adalah membantu anak mengembangkan kontrol diri. Self-control memungkinkan remaja memilih kapan berhenti menggunakan gadget tanpa harus bergantung pada alarm atau pengingat dari aplikasi.

Dengan pendekatan ini, anak belajar bertanggung jawab atas waktu mereka sendiri, sambil tetap mendapat manfaat edukatif dan hiburan dari internet. Keseimbangan antara dunia digital dan aktivitas offline akan menjaga kesehatan mental serta fisik remaja.

Kesimpulannya, waktu ideal screen time remaja sekitar dua jam sehari, namun yang lebih penting adalah kualitas penggunaan dan kemampuan anak mengendalikan diri. Diskusi terbuka, kesepakatan durasi, literasi digital, dan pengembangan kontrol diri menjadi kunci agar remaja bisa memanfaatkan teknologi secara sehat dan produktif.

Terkini