JAKARTA - Keinginan wisatawan Indonesia untuk bepergian ke luar negeri kini tidak lagi sekadar soal liburan singkat atau mengunjungi destinasi populer yang ramai di media sosial. Perjalanan mereka sudah bergeser menjadi pencarian pengalaman yang benar-benar berbeda dari keseharian di tanah air.
Fenomena berburu salju, menanti aurora, mencicipi kuliner khas yang otentik, hingga menikmati budaya pop negara lain menjadi tujuan utama yang mendorong terjadinya perubahan tren wisata internasional. Pergeseran pola ini membuat liburan ke luar negeri memiliki nilai emosional dan sensorial yang jauh lebih personal bagi para pelancong.
Meskipun data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2025 masih menempatkan Malaysia sebagai destinasi favorit wisatawan Indonesia, tren beberapa bulan terakhir menunjukkan preferensi baru.
Wisatawan kini cenderung mengarah ke negara-negara yang memiliki karakter iklim ekstrem, atmosfer musim dingin, serta nuansa budaya pop yang sedang naik daun. Jepang, Korea Selatan, dan Singapura menjadi tiga tujuan yang paling sering dipilih oleh wisatawan Indonesia yang ingin mendapatkan pengalaman tematik dan unik.
Vice President Amethyst Group, Handi Pratama, mengungkapkan bahwa lonjakan minat terhadap liburan ke luar negeri masih sangat tinggi, namun pola perjalanan mulai berubah.
“Minat masyarakat Indonesia untuk liburan ke luar negeri masih sangat tinggi. Yang berubah adalah pola mereka: sekarang lebih mengejar pengalaman unik dan tematik yang tak ada di dalam negeri, terutama salju, aurora, serta budaya pop yang lagi viral,” ujarnya.
Perburuan Sensasi Musim Dingin dan Fenomena Alam
Salah satu pendorong utama perubahan tren perjalanan adalah semakin tingginya keinginan wisatawan Indonesia untuk merasakan pengalaman iklim yang ekstrem. Bagi masyarakat di negara tropis, melihat salju turun atau berada di tengah badai salju kecil merupakan pengalaman yang sulit dilupakan. Tak heran, Jepang dan Korea Selatan menjadi destinasi favorit karena menawarkan akses mudah menuju lokasi-lokasi bersalju, seperti Hokkaido atau Nami Island.
Selain salju, fenomena aurora borealis juga menjadi incaran wisatawan. Banyak yang rela terbang jauh ke negara-negara yang memiliki peluang besar untuk menyaksikan aurora, karena keindahan langit hijau berpendar itu tidak mungkin ditemukan di Indonesia. Pengalaman seperti ini sering kali menjadi highlight perjalanan dan menjadi alasan utama seseorang memilih destinasi yang jauh lebih mahal dan jauh.
Dalam konteks ini, Jepang masih menempati posisi unggul sebagai destinasi incaran. Bunga sakura, budaya anime dan manga, serta teknologi yang memukau menjadi paket lengkap yang sulit disaingi. Sementara itu, Korea Selatan semakin menguatkan posisinya lewat popularitas budaya K-Pop dan drama Korea. Wisatawan datang tidak hanya untuk melihat salju, tetapi juga merasakan sendiri atmosfer kota dan budaya pop yang selama ini mereka konsumsi melalui layar.
Destinasi Terdekat Tetap Jadi Favorit Keluarga
Meski destinasi yang menawarkan sensasi musim dingin sedang naik daun, negara seperti Singapura tetap mempertahankan tempatnya di hati wisatawan Indonesia, terutama keluarga. Faktor jarak dekat, proses keimigrasian yang sederhana, serta banyaknya lokasi wisata ramah anak menjadikan Singapura pilihan yang sangat praktis.
Universal Studios, Gardens by the Bay, dan berbagai atraksi modern lainnya menjaga negara ini tetap relevan di tengah tren baru yang berkembang. Dalam banyak kasus, kemudahan akses masih menjadi pertimbangan penting.
“Faktor kemudahan akses dan proses visa masih jadi pertimbangan utama. Makanya Jepang, Korea, dan Singapura selalu nangkring di posisi teratas,” kata Handi.
Dengan visa yang relatif mudah, jadwal penerbangan yang banyak, serta banyaknya pilihan paket tour, wisatawan Indonesia merasa lebih percaya diri untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
Peran Teknologi dalam Mempermudah Perjalanan Wisata
Tren wisata ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI). Wisatawan kini jauh lebih mudah menyusun rencana perjalanan tanpa harus mencari informasi satu per satu. Banyak yang menggunakan aplikasi seperti ChatGPT, Grok, atau platform travel khusus untuk merancang itinerary secara otomatis dalam hitungan menit. Hal ini membuat proses persiapan liburan menjadi jauh lebih efisien.
“AI sangat membantu masyarakat menyusun rencana perjalanan yang realistis. Ditambah promo tiket pesawat dan hotel yang gencar, orang jadi lebih percaya diri langsung booking,” lanjut Handi.
Dengan bantuan teknologi, wisatawan bisa memperkirakan cuaca, memprediksi kepadatan lokasi wisata, hingga mencari rute tercepat ke berbagai tempat menarik. Semua ini menambah kenyamanan dan mengurangi beban perencanaan.
Pada akhirnya, perubahan ini memperlihatkan bagaimana wisatawan Indonesia sudah naik kelas dalam hal preferensi perjalanan. Mereka tidak hanya mengincar spot foto, tetapi juga pengalaman imersif yang benar-benar berbeda, mulai dari sensasi dinginnya salju pertama hingga menghadiri konser idol favorit secara langsung.
Bagi kamu yang masih bingung menentukan destinasi akhir tahun, mungkin ini saatnya membuka kembali paspor dan melihat peluang liburan. Jepang atau Korea sedang memasuki musim dingin yang memesona—dan siapa tahu, aurora pun sedang menunggu untuk dilihat langsung.