JAKARTA - Upaya Jakarta mengejar target masuk dalam Happy City Index 2027 menghadirkan beragam pendekatan baru yang melibatkan banyak sektor. Salah satu gagasan yang kini ikut mencuri perhatian muncul dari Dewan Atsiri Indonesia.
Melalui pandangan Wakil Sekjen Dewan Atsiri Indonesia, Feri Agustian Soleh, aromaterapi disebut memiliki potensi besar untuk mendukung peningkatan kesejahteraan warga, sekaligus berkontribusi pada indikator penilaian kota bahagia. Pendekatan ini bukan hanya menyentuh aspek kesehatan, tetapi juga kondisi emosional dan kualitas hidup masyarakat urban.
Happy City Index sendiri merupakan studi berbasis komunitas yang mengevaluasi kota berdasarkan 82 indikator di enam tema utama: penduduk, tata kelola, lingkungan, ekonomi, kesehatan, dan mobilitas.
Menurut Feri, seluruh pilar itu pada dasarnya saling berkaitan dengan kondisi fisik dan emosional warga, yang dapat diperkuat melalui penggunaan aromaterapi dalam situasi-situasi tertentu. Usulan tersebut ia rincikan dalam empat gagasan utama yang berangkat dari kebutuhan nyata masyarakat, khususnya di kota besar seperti Jakarta.
Pendekatan Aromaterapi untuk Kesiapsiagaan Bencana
Di Jakarta, petugas penanggulangan bencana seperti Basarnas maupun pemadam kebakaran kerap berada di garis depan menghadapi situasi penuh risiko. Dari paparan asap beracun, tekanan emosional, hingga beban mental saat menangani keadaan darurat, pekerjaan mereka membuat aspek kesejahteraan sering kali terabaikan. Feri menilai bahwa meskipun mereka menjalani tugas berat, pendekatan kesehatan holistik hampir tidak pernah dimasukkan dalam sistem dukungan bagi petugas.
Ia menyebut aromaterapi sebagai cara sederhana namun efektif untuk menangani stres dan mengurangi potensi gangguan kesehatan akibat paparan jangka panjang. “Kalau sudah kena, (aromaterapi) bisa membantu mengobati,” kata Feri.
Lavender menjadi salah satu jenis aromaterapi yang direkomendasikan karena efeknya yang menenangkan, sedatif, sekaligus memiliki sifat antiseptik, antijamur, dan antiinflamasi.
Selain lavender, minyak kayu putih juga menjadi pilihan penting. Kandungan eukaliptol di dalamnya bersifat antiinflamasi dan antibakteri, membantu melegakan pernapasan, mengurangi peradangan, serta meningkatkan kewaspadaan.
Bahkan, minyak kayu putih dikenal sebagai antimikroba yang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, sekaligus menjadi pengusir serangga alami. Dukungan aromaterapi untuk para petugas dianggap sebagai langkah awal menuju lingkungan kerja yang lebih baik, yang pada akhirnya ikut meningkatkan kualitas hidup warga kota.
Peran Aromaterapi dalam Menangani Gangguan Tidur
Tingkat stres yang tinggi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat urban, terutama di Jakarta. Tuntutan pekerjaan dan ritme hidup yang cepat membuat banyak warga mengalami penurunan kualitas tidur. Feri menyebut kondisi ini sudah sangat umum, namun tidak boleh dianggap sepele.
“Semua pekerjaan banyak stresnya, tapi bagaimana kita mengelola itu supaya kalau sudah waktunya tidur, tidur. Jangan pikirin lagi yang lain,” ujarnya.
Aromaterapi menjadi salah satu cara yang dapat membantu warga memasuki kondisi rileks sebelum tidur. Lavender kembali menjadi pilihan utama karena sifatnya sebagai penenang dan ansiolitik. Berbagai studi menunjukkan bahwa lavender dapat meningkatkan total waktu tidur, memperbaiki efisiensi tidur, serta mempermudah proses untuk tertidur. Efek menenangkan ini membuat lavender relevan bagi mereka yang mengalami kecemasan atau kegelisahan.
Aromaterapi mawar juga mendapat sorotan. Dengan kemampuannya menurunkan tekanan darah dan memperlambat laju pernapasan, minyak mawar dapat membantu menciptakan kondisi fisik yang siap untuk tidur. Relaksasi emosional yang dihasilkan minyak ini menjadi nilai tambah bagi warga kota yang sering terjebak dalam tekanan pekerjaan, target, serta aktivitas harian yang padat.
Pendampingan Emosional Melalui Aromaterapi di Perawatan Paliatif
Selain untuk kebutuhan sehari-hari, aromaterapi juga dinilai dapat memberi dampak signifikan bagi pasien dalam perawatan paliatif. Feri menyebut pendekatan paliatif sebagai bentuk dukungan komprehensif yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien dengan penyakit parah. Pendekatan ini menekankan kenyamanan, pengelolaan gejala, serta pendampingan emosional bagi pasien dan keluarganya.
Menurutnya, aromaterapi mampu memberikan rasa tenang melalui pengaruh langsung pada sistem limbik di otak, bagian yang mengatur emosi dan respons fisik terhadap stres.
“Orang-orang yang sudah dekat ajal itu biasanya makin takut. Bantuan aroma terapi itu menenangkan,” ujar Feri.
Ketika tubuh mencapai kondisi rileks, rasa takut dapat menurun dan pasien merasa lebih damai. Ylang-ylang termasuk aromaterapi yang direkomendasikan untuk keperluan ini.
Minyak atsiri dari Cananga odorata itu memiliki aroma manis dan eksotis yang mampu meningkatkan suasana hati serta memberikan efek harmoni. Sifatnya yang menenangkan menjadikan ylang-ylang relevan untuk mendukung suasana emosional pasien di masa-masa kritis.
Dukungan Aromaterapi untuk Fokus dan Konsentrasi Belajar
Tak hanya orang dewasa, pelajar dan mahasiswa pun menghadapi tekanan tersendiri. Mulai dari tuntutan akademis, ekspektasi keluarga, hingga persaingan di lingkungan sekolah atau kampus. Semua ini memengaruhi kemampuan berkonsentrasi dan berdampak pada produktivitas belajar. Feri menegaskan bahwa masalah ini serupa dengan tantangan stres pada orang dewasa, hanya berbeda konteks.
Ia merekomendasikan aromaterapi kenanga sebagai dukungan bagi para pelajar. Kenanga adalah aromatik asli Indonesia yang telah lama digunakan untuk mengatasi pusing dan demam. Studi menunjukkan bahwa aromaterapi kenanga dapat mengurangi kecemasan dan menurunkan hormon stres, sehingga membantu otak tetap fokus lebih lama.
Feri mengingatkan bahwa reaksi tubuh terhadap aromaterapi dapat berbeda pada setiap orang. “Kimia di badan kita masing-masing beda,” ucapnya. Namun, empat usulan penggunaan aromaterapi ini dianggap cukup relevan sebagai kontribusi nyata bagi Jakarta dalam mengejar peningkatan kualitas hidup warganya.