JAKARTA - Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota budaya dan pendidikan, tetapi juga sebagai surga kuliner dengan banyak makanan legendaris yang masih eksis hingga kini.
Kota ini menawarkan berbagai pilihan hidangan, mulai dari makanan ringan hingga menu berat, yang selalu menarik perhatian wisatawan maupun penduduk lokal. Bakmi Jawa Mbah Gito menjadi salah satu ikon kuliner sejak 1960-an dengan cita rasa bakmi Jawa autentik dan aroma rempah yang kuat.
Tempat ini selalu ramai pengunjung yang ingin menikmati bakmi godog, bakmi goreng, magelangan, nasi goreng, rica-rica ayam, hingga capcay.
Sementara Lupis Mbah Satinem, sejak 1963, menawarkan jajanan sederhana berupa kue lupis ketan yang disiram gula jawa dan parutan kelapa. Cita rasanya yang gurih, manis, dan lembut menjadi favorit pengunjung, terutama saat pagi hari di dekat Stasiun Tugu.
Selain itu, Sate Klathak Pak Pong sejak 1960 menghadirkan sate kambing dengan bumbu rahasia yang meresap sempurna. Satu tusuk daging cukup besar dan juicy, disajikan bersama tongseng kambing, gulai, dan tengkleng, memberikan pengalaman kuliner yang memuaskan.
Keberadaan ketiga kuliner legendaris ini menunjukkan bagaimana cita rasa klasik mampu bertahan sekaligus menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi kuliner tempo dulu.
Kelezatan Masakan Rumahan dan Tradisional
Warung Bu Sirep, sejak 1980-an, menghadirkan masakan rumahan khas Jawa dengan bumbu sederhana namun tetap nikmat. Setiap hari menu berganti, mulai dari sayur lodeh, sayur bening bayam, opor ayam, gudeg rumahan, oseng tempe/tahu, hingga aneka sambal.
Suasana makan di sini memberikan kesan hangat seperti menikmati hidangan di rumah nenek sendiri. Selain itu, Gudeg Yu Djum sejak 1951 menawarkan gudeg basah dan kering lengkap dengan ayam kampung, tahu, tempe, krecek pedas, serta telur pindang.
Proses memasak masih tradisional menggunakan tungku dan kayu bakar, sehingga aroma dan rasa gudeg terasa lebih autentik.
Jenang Yu Jamilah, warung bubur sederhana di Pasar Ngasem, juga menjadi favorit sejak 1980-an. Menyajikan sembilan jenis jenang yang bisa dicampur dalam satu piring, seperti jenang sumsum, jenang grendul, jenang mutiara, jenang candil, bubur kacang hijau, dan bubur ketan hitam.
Tekstur lembut dan kuah santan gurih membuatnya selalu dicari pengunjung. Kuliner-kuliner legendaris ini membuktikan bahwa masakan tradisional dan rumahan tetap mampu bertahan, mempertahankan cita rasa yang konsisten dari generasi ke generasi.
Hidangan Pedas dan Minuman Legendaris
Soto Kadipiro, sejak 1928, menghadirkan soto ayam kampung kuah bening yang ringan namun gurih. Dalam satu porsi terdapat suwiran ayam kampung, kol, soun, dan taburan bawang goreng, lengkap dengan sate telur puyuh, tempe, perkedel, dan aneka gorengan.
Di sisi lain, Oseng Mercon Bu Narti sejak 1997 menawarkan kuliner pedas ekstrim khas Jogja dengan kikil, daging sapi, dan tetelan yang dimasak dengan bumbu rempah melimpah. Warna merah menyala dan sensasi pedas yang “meledak” menjadikannya favorit penggemar pedas.
Sementara Susu Murni Pak Warto sejak 1977 menjadi incaran pecinta susu murni segar. Menyajikan berbagai varian seperti susu panas, dingin, coklat, stroberi, jahe, hingga yogurt rumahan, lengkap dengan pendamping roti kukus, pisang bakar, atau roti bakar.
Keunikan rasa yang murni tanpa campuran air atau pemanis menambah daya tarik tersendiri. Wedang Ronde Lek Dhie, sejak 1950-an, juga menawarkan minuman hangat legendaris di sekitar Malioboro dengan ronde kecil/besar, kacang tanah, kolang-kaling, dan potongan roti tawar.
Kuah jahe hangat yang lembut dan rasa kacang sangrai gurih-manis membuatnya selalu ramai pengunjung.
Eksplorasi Kuliner Legendaris untuk Wisatawan
Beragam kuliner legendaris di Jogja menawarkan pengalaman makan yang unik, mulai dari bakmi, sate, gudeg, jenang, soto, hingga minuman hangat tradisional. Setiap tempat tidak hanya menawarkan rasa autentik tetapi juga suasana khas yang memudahkan wisatawan merasakan nuansa klasik Jogja.
Dari Bakmi Jawa Mbah Gito hingga Wedang Ronde Lek Dhie, pengalaman kuliner ini menunjukkan bahwa warisan rasa tempo dulu tetap eksis, menjadi daya tarik yang konsisten bagi pecinta kuliner.
Menikmati kuliner legendaris di Jogja bukan sekadar makan, tetapi juga menyelami budaya, tradisi, dan nostalgia yang terkandung dalam setiap hidangan.
Dengan variasi menu yang tersedia, baik makanan berat, ringan, pedas, maupun minuman manis dan hangat, wisata kuliner di Yogyakarta menawarkan pengalaman lengkap.
Pengunjung bisa merasakan perpaduan cita rasa klasik, tekstur unik, dan aroma yang khas, sekaligus belajar tentang warisan kuliner yang telah ada sejak puluhan tahun lalu.
Menjelajahi kuliner legendaris ini juga memberi kesempatan bagi wisatawan untuk mengeksplorasi kota dengan cara yang berbeda, menyatu dengan budaya, sejarah, dan tradisi yang dijaga dengan baik oleh para pelaku kuliner lokal.